[Fiction] Jika Tidak Pernah Ada “Arashi” - Sakurai

Aug 13, 2015 10:41

Judul: Jika Tidak Pernah Ada “Arashi” - Sakurai
Fandom: Arashi
Length: Drabble
Summary: Apa yg mungkin terjadi jika Arashi tidak pernah terbentuk? Saat Sho mempunyai perjanjian dengan sang Ayah untuk meninggalkan JE, berhasilkah dia?
Discalimer: 100% Fiksi. Kesamaan nama, dan tempat adalah memang suatu kebetulan, karna itu merupakan ide dari cerita, hanya ditambah dengan beberapa ide dari si penulis.

--
“Sakurai Sho! Ingat selama kamu masih memakai nama itu, kamu harus mengikuti aturan yg Ayah berikan!”

Iya.. Iya.. Aku tau.. Aku tau. Huh, kenapa sih Ayah selalu saja mempermasalahkan hal itu? Memang apa salahnya jika aku menjadi seorang idol? Aku yakin aku tetap bisa sukses dengan menjadi idol.

“Sho? Apa kamu dengar yg Ayah katakan?” tanyanya, masih dengan nada yg tidak bersahabat, membuatku ingin pergi dari rumah ini.

“Iya, aku dengar, Ayah,” ujarku malas kemudian berjalan menuju kamarku.

“Jangan lupa, kamu ada ujian minggu depan. Ingat, jika nilai-nilaimu turun karna kegiatan Jhonnysmu, kamu harus segera mengundurkan diri. Tidak ada tawar menawar lagi,” ancam Ayah untuk kesekian kalinya dan hanya kujawab dengan anggukan. Aku lelah dengan segala tuntutan Ayah. Argh. Menyebalkan!

--
“Moshi-moshi~ Ah, Ikuta-kun. Ada apa?” tanyaku penasaran kepada Ikuta Toma, kouhaiku di Jhonnys, tumben dia meneleponku.

”Ah~ Sakurai-kun, apakah aku mengganggumu?” tanyanya di seberang sana.

“Errr. Sekarang sudah hampir jam 11 malam, dan aku sebenarnya sudah bersiap untuk tidur, jadi yah kamu sedikit menggangguku,” ujarku ketus, berharap dia segera mengakhir teleponnya, karna aku belum selesai mengerjakan tugas yg diberikan oleh sensei dan harus dikumpulkan esok hari.

“Ah, gomen na, tapi ada seseorang yg ingin berbicara denganmu, Sakurai-kun,” ujarnya agak terbata-bata. Di ujung telepon terdengar seperti beberapa orang sedang bertengkar tentang apakah harus berbicara denganku atau tidak. Argh. Jika memang belum jelas ingin berbicara denganku atau tidak, kenapa meneleponku sih? Mengganggu saja. Ck.

“Ah, maaf, Sakurai-kun, tapi sepertinya Aiba-kun merasa ragu untuk berbicara denganmu, sepertinya dia agak takut,” ujarnya setelah beberapa lama mereka bertengkar di ujung telepon. Samar-samar aku mendengar seseorang berkata ‘Aibaka!’

“Oh, baiklah. Oke, sudah selesaikan? Selamat malam, Ikuta-kun,” ujarku tegas menutup telepon.

‘sepertinya dia agak takut’ kalimat itu terus terngiang-ngiang di kepalaku. Memang aku terlihat begitu menakutkan?

--
Argh. Sial! Sial! Sial! Kenapa aku bisa salah mempelajari bahan yg harus diujikan saat pelajaran Bahasa Inggris dan Sastra Jepang? Argh. Bodohnya aku.

Seharian ini, tidak habis-habis aku memaki kebodohanku sendiri. Bisa-bisanya aku salah mempelajari bahan ujianku? Argh. Sakurai Sho, kamu bodoh sekali. Ini semua karna Aiba Masaki, kouhai yg dibilang Ikuta-kun takut terhadapku, dan karna hal itu aku terus memikirkan hal tersebut, membuat konsentrasiku terpecah. Argh. Menyebalkan.

--
“Bagaimana nilai-nilai ujianmu, Sho?” tanya Ayah begitu aku memasuki rumah, bahkan belum juga aku mengucapkan ‘tadaima’, padahal dia sendiri yg mengatakan jika kami harus selalu mengatakan salam saat kami memasuki rumah. Dasar orang tua plin-plan.

Tanpa berkata apa-apa, akupun menyerahkan kertas-kertas ujianku pada Ayah. Diapun segera melihatnya dengan seksama, dan ekspresi ketidakpuasan terlihat di wajahnya. ‘Yappari’ pikirku.

“Yah, sangat disayangkan, Sho. Tapi, perjanjian tetaplah sebuah perjanjian, dan seperti perjanjian kita, Sho, karna nilai-nilaimu turun di ujian kali ini, maka kamu harus berhenti dari jimusho, secepatnya,” ujarnya menyebalkan.

Owari~
-Yoha-

sakurai sho, arashi, ff, jika tidak pernah ada 'arashi'

Previous post Next post
Up