Secrets of Our Hearts +part 2+

Feb 13, 2008 10:29

Secrets of Our Hearts +part 2+

Fanfic by Mizuno

Rating : PG-15

Pairing : Akame
Summary : Akanishi Jin realized that he fell in love with Kamenashi Kazuya, and...

CHAPTER TWO~THE PAINFUL DISTANCE THAT KEEPS US APART

Rumah Kamenashi Kazuya

--KAMAR KAME--

Di kamarnya, Kame sedang bertumpu dekat jendela. Pemandangan langit malam yang bertaburan bintang terlihat sangat indah, tapi Kame lebih sibuk melihat layar HPnya. Satu per satu foto muncul dan menghilang dari layar setiap kali Kame menggerakkan jarinya. Foto - foto dalam folder itu sangat banyak, jumlahnya mencapai lebih dari seratus. Walaupun semuanya terdiri dari berbagai ukuran, pose, sampai usia objeknya, ada satu kesamaan pada semua foto itu. Semuanya didominasi dengan foto Akanishi Jin.

Dimulai dari foto mereka saat masih kecil, tersenyum bodoh pada kamera saat mereka lolos audisi JE. Kame ingat pertemuan pertama mereka, saat audisi itu. Kame hanya mengenakan pakaian baseball lusuh dan sama sekali tidak berminat. Apalagi dia datang hanya karena saudaranya mendaftarkan dia dan ayahnya yang membawanya ke sini. Semua orang di ruang tunggu itu mengenakan pakaian yang bagus dan stylish, berlawanan dengan dirinya. Dan Kame ingat, pada saat dia gugup itulah seorang anak menyapanya. Jin. Dia juga bertemu Nakamaru dan ibunya di sana, sehingga dia berhasil menguatkan dirinya. Mereka bertiga lolos bersama, dan sejak saat itu Kame dekat dengan Jin.

Foto - foto mereka sebelum debut memamerkan wajah - wajah jadul mereka. Itu memang diambil terang - terangan, bahkan beberapa pose yang agak gila diambil dengan kamuflase bercanda. Namun, kebanyakkan foto - foto itu diambil diam - diam. Kame bahkan menjadikan salah satu yang paling disukainya sebagai sreen saver. Foto Jin yang sedang tertidur nyenyak di sela - sela perjalanan tour mereka. Foto Jin baik sendiri maupun beramai - ramai yang sedang (pura-pura) tidur untuk keperluan komersil memang banyak, tapi wajah tidur Jin yang sebenarnya karena terlalu lelah jauh lebih mempesona daripada foto rekaan.

“ Sepertinya aku sudah menyukainya sejak dulu “ Kame bergumam pada dirinya sendiri. Kenapa selama ini aku tidak pernah menyadarinya ? Atau sebenarnya aku yang pura - pura tidak mau tahu ?

Kame menatap foto Jin yang sedang tersenyum manis ke kamera. Gaya tengilnya yang kekanakkan terlihat begitu memikat.

Tapi dia tidak menyukaiku dalam arti yang kuinginkan…

Kame teringat dengan ekspresi wajah Jin saat dia mendesak sahabatnya itu di sofa usai konser Real Face. Pada saat itu, Kame nyaris tidak dapat menahan dirinya untuk tidak mencium Jin sepenuh hatinya. Wajah Jin yang memerah karena panik terlihat sangat… mengundang. Matanya yang berkaca - kaca dengan bibir merah basah…seolah meminta Kame untuk melakukan sesuatu yang spontan dan liar.

“ Co… cotto matte ! Kazuya ? “
“ Cotto…! Kazuya-kun ?! “
“ Ya… Yamette kudasaiii…! Kazuya-kun ! “

Suara Jin yang gemetar dan lirih terdengar bagaikan isyarat yang mengundang. Jika saja pada saat itu anggota KAT-TUN lainnya tidak ada di sana, Kame pasti telah mencium Jin. Atau bahkan lebih dari itu ? Seperti me…

“ Aaaargh !!! Apa yang kupikirkan !! “ Kame memukul tembok dengan gusar. Dia mencoba menenangkan debaran yang merayap di hatinya.

Siaaaal… Bahkan sejak konser itu, aku selalu berdebar - debar tidak karuan hanya karena melihatnya. Aku menahan diriku mati - matian untuk tidak menyerangnya sampai jatuh… aku tidak bisa begini terus…

Esok harinya, Kantor JE, bagian pemasaran

--AREA VENDING MACHINE--

Akanishi Jin berjalan menyusuri sepanjang koridor seraya merapikan rambut cokelatnya yang halus dengan jemarinya. Dia terlihat agak gugup, wajah tampannya yang mempesona itu tampak gelisah. Ketika beberapa kali berpapasan dengan staf atau anak JE lain, dia menganggukan kepalanya dan memaksakan sebuah senyum bisnis, “ Ohayou Gozaimasu*’  (*di dunia hiburan tidak peduli pukul berapa itu, salamnya selalu ‘pagi’. It feels weird for me…)

“ Hhh… “ Jin menghela nafas panjang. Dia mencoba menenangkan dirinya sendiri. Ayolah Jin, ujarnya pada dirinya sendiri, Kazuya bilang dia cuma bercanda. Cuma bercanda, oke ? Jangan terlalu berharap…

Jin merogoh kantongnya dan mengeluarkan uang recehan. Dimasukkannya uang itu ke slot dan sibuk memilih - milih minuman. Ada minuman baru yang baru keluar, tapi dia tetap memilih minuman yang biasa dibelinya. Jin tersenyum melihat botol minuman baru itu. Kazuya pasti akan langsung membeli rasa baru itu, pikirnya geli. Setelah ragu - ragu sejenak, akhirnya dia mengeluarkan uang recehan lagi dan membeli minuman rasa baru itu.

Kazuya pasti senang, pikirnya sambil membayangkan ekspresi Kame saat menerima minuman itu.

Sambil membawa dua buah minuman kaleng di tangannya, Jin mencoba menghubungi Kame lewat HPnya. Tuuuuuttt… tuuuuuuttt… Terdengar nada sambung, tetapi Kame tidak juga mengangkatnya. “ Apa dia sedang sibuk ? “ Jin bertanya pada dirinya sendiri, memandangi layar HPnya. “ Mm, aku akan coba menanyakan pada staf di mana dia berada sekarang “

Saat Jin berniat mengetuk pintu, didengarnya suara yang sangat dikenalnya di dalam. Jin mengintip lewat celah pintu yang tidak tertutup rapat itu. Dilihatnya Kame sedang berbicara dengan kepala divisi. Nani..? Kenapa Kazuya terlihat begitu serius ?

Kame membungkukkan badannya lagi ke arah kepala divisi. “ Kumohon, pertimbangkan keinginanku ini “

Kepala divisi itu terlihat binggung, “ Yaaah, sulit untuk melakukannya. Aku tidak mengerti. Kenapa kau meminta pemecahan formasi partner KAT-TUN tiba - tiba begini ? “

Senyum di wajah Jin menghilang. Minuman kaleng di tangannya nyaris jatuh karena dia tiba - tiba merasa lemas. …kenapa dia mengatakan hal itu ? Kenapa ?? Kenapa Kazuya meminta pemecahan formasi ? Maksudnya dia ingin berpisah dariku begitu ? Apa dia bercanda ? Tolong segera tertawa dan katakan kau hanya bercanda…

Kame menghela nafas dan mulai berbicara dengan lirih, “ Aku tidak bisa terus bersamanya “

“ Eh ? “ Kepala divisi itu terlihat makin binggung.

“ Jadi kumohon, pecah formasi yang sekarang ini “

“ Tapi kenapa, Kazuya ? Beri kami alasan “

“ Bila aku dan Jin terus bersama… “ Kame terdiam sejenak, “ Kami hanya akan membuat personel yang lain tenggelam karena kedekatan kami. Popularitas hanya akan bertumpu pada kami berdua. Dengan memecah formasi yang ada sekarang, perhatian fans akan lebih merata “

“ Sebenarnya itu cukup masuk akal, tapi… “

“ Kumohon !! “ Lagi - lagi Kame membungkukkan badannya. Kepala divisi itu kelabakan, “ Jangan membungkuk begitu. Yaaah, aku akan mencoba membicarakan ini dengan kepala bagian… “

Di balik pintu, wajah Jin terlihat sangat gelap. Tanpa mengatakan sepatah kata pun, dia meletakkan minuman kaleng yang menjadi jatah Kame di dekat pintu, lalu perlahan melangkah meninggalkan tempat itu.

Tak lama kemudian, Kame melangkah keluar dari ruangan itu. Kame menghela nafas setelah menutup pintu. Pada saat itulah kakinya menyenggol minuman kaleng yang diletakkan di dekat pintu. Kaleng itu bergoyang sebentar, tetapi tidak sampai terjatuh.

“ Apa ini ? Minuman kaleng ? “

Kame memunggut kaleng minuman bersoda yang diletakkan dekat pintu itu. Menelengkan wajahnya dengan binggung, Kame membuka minuman itu.

“ Uwwaaaa…!!! “

Isi kaleng itu langsung muncrat ke udara begitu segelnya dibuka. Minuman yang bersoda itu sebenarnya telah dikocok kuat - kuat oleh Jin sebelum ditinggalkan di dekat pintu karena kesal dengan Kame. Kame yang kebinggungan hanya bisa memandang bajunya yang basah kuyup tersiram minuman soda itu.

“ Manis… “ gumamnya ketika dia meminum sedikit yang masih tersisa di kaleng dan melihat komposisinya, “ Rasa apa ini ? Rasa baru ? Campuran rapsberry dan strawberry…? “

…siapa yang meletakkan kaleng minuman ini di sini ?

Kame tersentak. Hanya ada satu orang yang mungkin membelikannya minuman rasa baru. Dan jika kaleng itu diletakkan di sini, berarti orang itu sempat mendengar apa yang dikatakannya di dalam tadi…

“ Sial ! “ Kame meraih HPnya. Ada dua missed call dari Jin. Kame segera mencoba meneleponnya balik. Tuuuuuttt…tuuuuuttt… HP Jin tidak aktif. Berkali - kali Kame berusaha untuk menghubunginya, namun gagal. Kame nyaris membanting HPnya ke lantai. “ Siaaaaaaal…!!! “

Tiga minggu kemudian, Kantor JE, bagian pemasaran

--AREA VENDING MACHINE--

Kame terpaku sejenak melihat jenis - jenis minuman kaleng yang ada di vending machine. Senyum pahit menghiasi bibirnya ketika dia melihat merek minuman yang sama dengan minuman yang dibelikan Jin untuknya waktu itu.

Sesuai dengan permintaan Kame, pihak JE memecah ulang formasi mereka. Pasangan awal yang merupakan Kame-Jin, Koki-Maru, Junno-Ueda menjadi Jin-Junno, Kame-Koki, Maru-Ueda. Setelah kejadian di kantor itu, Jin menghindarinya selama tiga minggu. Dia menerima perubahan itu dengan pasif, padahal anggota lain langsung terkejut. HPnya tidak pernah aktif, tidak bisa ditemui, bahkan jika mereka bertemu karena pekerjaan, Jin menghindarinya sampai yang lain heran. Mereka mengira Kame dan Jin sedang bertengkar. Hal itu sudah biasa, tapi biasanya hanya dalam hitungan hari mereka sudah tertawa - tawa bersama lagi. Kali ini tidak.

Kame membeli minuman yang dibelikan Jin untuknya waktu itu dan minuman yang selalu diminum oleh Jin. Aneh rasanya memegang keduanya karena dia tidak tahu mau diapakan olehnya kedua kaleng minuman itu. Saat dia hendak melangkah pergi, dilihatnya sepasang kaki berdiri di hadapannya. Dia kenal kaki itu. Kame mengangkat wajahnya, mendapati Jin sedang bediri di hadapannya, masih dengan wajah merajuk yang kelam.

“ Jin ?! “ Kame nyaris berteriak karena senangnya. Tapi Jin yang masih BT hanya menelengkan kepalanya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

“ Kau marah padaku ? “

Jin masih diam. Kame membasahi bibirnya dan berbicara lagi, “ Dengar, Jin. Waktu itu aku… “

“ Aku akan pergi ke Amerika “ Jin memotong cepat, “ Tidak lama lagi “

Kame terdiam dengan ekspresi shock. Jin memandang langsung ke matanya saat itu. Ekspresinya serius, dia tidak berbohong atau sedang bercanda. Mata Jin tampak sayu. “ Aku akan pergi… “ ujarnya lagi untuk menegaskan dirinya serius.

” Apa ?! Katakan kau sedang bercanda “

“ Aku serius “

“ Tapi… “

“ Aku akan pergi ke Amerika… “

Kame menatap Jin dengan pandangan aneh. Aneh, karena semua perasaannya campur baur tanpa bisa dikendalikan. Jin melangkah mendekati Kame dan mengambil satu minuman kaleng dari tangannya. “ Ini untukku kan ? “ tanyanya seraya mengacungkan minuman yang memang dibelikan Kame untuknya. Kame mengangguk kaku.

“ Kalau begitu kuterima “ Jin perlahan - lahan berjalan meninggalkan Kame yang masih terpekur. Kame tidak tahan melihat sosok punggung Jin menjauh darinya. “ Jin, aku…! “ dia memanggil, tapi panggilannya tidak selesai karena tiba - tiba Jin berbalik dan menghambur memeluknya. Pelukan yang sangat erat, sampai Kame merasakan wajahnya merah padam. Rasa panik yang melandanya langsung membuat otaknya macet. Dia tidak melakukan apa pun kecuali menikmati pelukan Jin yang menenggelamkan wajahnya di dada Kame.

“ Aku perlu waktu untuk berpikir “

Kame mendengar suara lirih Jin. Perlahan Jin melepaskan pelukannya, lalu pergi dari situ. Jin tidak melihat ekspresi Kame karena dia langsung berpaling, tapi Kame sempat melihat ekspresi Jin yang seolah berusaha menahan tangis.

Masih dengan wajah merah padam, Kame berusaha menenangkan hatinya. Apa maksud Jin dengan pelukan dan perkataannya tadi ?

Hari keberangkatan Jin ke Amerika

--KAMAR KAME--

Dering HP terdengar nyaring. Perlahan - lahan Kame yang masih setengah tertidur menggeliat dan meraih HPnya. “ Moshi moshi…? “ ujarnya parau dengan mata setengah tertutup karena masih menggantuk. Tapi sesaat kemudian, matanya langsung terbuka lebar. Dia berusaha bangun, tetapi selimutnya melibat kakinya. Kame terjatuh ke lantai. Tanpa memperdulikan rasa sakitnya, Kame berbicara terus pada Ueda yang meneleponnya.

“ Apa katamu Tatsuya ?! Keberangkatan Jin dipercepat menjadi hari ini ?! “

“ Iya, kukira kau sudah diberitahu langsung olehnya “

“ Dia tidak mengatakan apa pun ! “ Kame menjerit histeris. Leader tak resmi mereka itu bergumam sejenak, “ Yang lain juga baru tahu. Aku tidak sengaja mendengarnya karena salah seorang staf kelepasan bicara “

“ Aku harus pergi ! “

“ Kau mau mengantarnya ? Kebetulan selain kau, yang lain sedang berhalangan… “

“ AKU PERGI SEKARANG ! “

Kame memutuskan sambungan dan buru - buru mengganti bajunya. Dia tidak mandi lagi karena berpacu dengan waktu. Pakaian yang dikenakannya pun sembarangan diambilnya, berupa kaus belel yang sudah pudar, jaket denim yang memiliki noda mayonaise di  bagian dada dan jeans yang kemarin dipakainya. Dia tidak bisa berpikir lagi.

“ Tunggu aku, Jin ! “

--BANDARA--

Jin sedang melangkah mendekati area check in ketika dia mendengar suara yang sangat dikenalnya. “ JIIIIIN…!!! “ Jin berbalik, mendapati Kame berdiri di hadapannya dengan nafas terenggah - enggah. He looked like hell, berantakan dengan kombinasi pakaian terburuk yang pernah dilihatnya, rambut acak - acakan dan wajah yang jelas baru bangun tidur. Kame bahkan masih memakai sandal rumahnya.

Jin tidak bisa menahan tawanya, “ Kenapa penampilanmu ? “

Tapi Kame tidak ikut tertawa. Diseretnya Jin menjauh dari tempat itu ke pojok yang lebih sepi. Ketika tidak ada orang lain lagi, Kame langsung memeluk Jin erat - erat.

“ Kumohon jangan pergi ! “

“ Kazuya ? “

“ Aku meminta pemecahan formasi itu karena… aku… aku MENCINTAIMU, Jin ! Aku SANGAT MENCINTAIMU ! AKU CINTA PADAMU SAMPAI AKU MAU GILA RASANYA ! “

Dengan kasar Kame meraih dagu Jin dan langsung mendaratkan sebuah ciuman yang panas di bibir orang yang dicintainya itu. Ketika Jin tidak melawan dan malah membalas ciumannya, Kame memegang kedua pipi Jin dan meningkatkan level ciuman mereka.

“ Please don’t go “ Kame berbisik di telinga Jin. Kame menatap Jin dengan ekspresi memohon. Jin tampak binggung, “ Tapi aku harus pergi “

Kame menggelengkan kepalanya, “ Kenapa ? Kenapa ?! Kukira kita sudah menyelesaikan salah paham kita ! Kita saling mencintai kan ? “

Kali ini Jin-lah yang menarik Kame dan mendaratkan ciuman di bibirnya. “ Dengar “ Jin berbisik di antara ciuman mereka, “ Aku harus pergi. Tapi aku akan segera kembali. Aku tidak selamanya di sana. Aku hanya belajar di sana selama enam bulan “

“ Enam bulan itu lama “

“ Aku tahu “

“ Jarak Amerika dan Jepang itu jauh “

“ Aku tahu “

“ Aku tidak ingin berpisah darimu “

“ Kita akan selalu bersama, Kazuya “ Jin mencoba meyakinkannya, “ Karena hati kita telah menjadi satu. Apa kau tidak bisa menungguku selama enam bulan saja ? “

Kame merenggut, “ Baiklah. Ingat untuk selalu telepon, SMS dan mengirim mail “

“ Pasti. Jangan kuatir “

Di pojokan yang tersembunyi itu, mereka masih terus berciuman. Sampai ketika pengumuman panggilan terakhir, Jin akhirnya melepaskan dirinya.

“ Aku harus pergi sekarang. Jyaa ne “

Kame mengangguk, mengawasi sosok Jin menghilang dari pandangannya. Setelah beberapa saat kemudian, barulah dia melangkahkan kakinya dari tempat itu.

Apakah kisah ini selesai sampai di sini ? Tidak, hubungan mereka baru saja mulai. Kame tidak tahu gelombang terbesar belum menerpa mereka…

TO BE CONTINUED...

yosh, this is the second part... I dunno what to say~
this part is written all in Indonesian, but at the next part, there are some scenes in English...
I put some smax there wakakakakakak~~
LOL

fanfic: secrets of our heart

Previous post Next post
Up