Title: My Love is Only You
Pairing: YutoYama
Genre: Angst
Rating: PG-15
Malam telah menyelimuti langit yang sudah meninggalkan teriknya matahari dan menyambut terangnya sinar bulan dan juga bintang.
Terlihat sang empu apartemen -sosok tubuh yang chibi, Ryosuke, sedang memandangi indah nya langit malam dari balkon kamar nya. Seakan ia sedang menunggu seseorang yang akan menemani nya setiap saat sambil menikmati hembusan angin nan sejuk. Tapi ia tau bahwa orang yang sedang ia tunggu itu tidak akan menemui nya untuk saat ini.
Hari pertama tanpa Yuto bagi Ryosuke itu sangat sepi. Tak ada yang bisa diajak bermesraan maupun bermanja-ria. Ia hanya menatap kosong langit sambil meminum minuman kaleng dengan rasa stroberi. Ia sangat kesepian saat ini. Ia ingin mengirimi mail kepada kekasihnya, namun ia takut akan mengganggu waktu syutingnya dan membuat kekasihnya itu menjadi tak fokus dengan peran nya.
Karena bingung ia harus melakukan apa di apartemen nya seorang diri, akhirnya ia memutuskan untuk mengajak Chinen dan Keito untuk ke tempat favorite mereka bertiga. Tak butuh waktu lama, akhirnya Ryosuke mendapat balasan dari Chinen dan Keito. Dan mereka bertiga pun langsung menuju ke tempat favorite mereka.
Mereka bertiga berbicara banyak hal. Seperti lelucon, bagaimana Ryosuke yang tak mengerti mengenai teknologi sama sekali, pekerjaan, dan cerita seputar mereka bertiga. Hingga akhirnya Ryosuke meminta password GPS milik Keito, yang diberikannya dengan senang hati. Tapi tidak untuk Chinen, ia menolak untuk memberikan password nya kepada Ryosuke. Mungkin ia tidak ingin keberadaan nya diketahui lebih dalam oleh sahabatnya itu. Ryosuke pun tidak memberitahu tentang ini kepada Yuto. Entah apa reaksi Yuto ketika mengetahui nya, ia berharap kekasihnya ini tidak akan mempermasalahkannya.
Setelah dua jam berbincang-bincang, mereka pun kembali ke apartemen mereka masing-masing. Baru saja Ryosuke memasuki kamarnya dan merebahkan dirinya di kasur miliknya yang empuk itu, handphone miliknya berdering. Ia melihat ID penelpon nya. Ternyata itu dari kekasihnya. Dengan segera ia pun mengangkat telpon nya dengan senyuman yang terkembang dibibirnya yang mungil itu.
“Moshi-moshi Yutti~”
“Holla, Ryochan. Bahagia sekali kau, ada apa?”, tanya Yuto heran
“Haruskah aku murung ketika menerima telpon dari mu?”, tanya Ryosuke balik, seakan ia kesal dengan pertanyaan kekasih bertubuh tinggi disebrang telpon nya sana.
“Iya.. tidak seperti itu” berhenti sebentar, “Mou.. apa kau kesal dengan pertanyaan ku tadi?”, akhirnya Yuto menyadari nya
“....” Ryosuke tak menjawab
“Mou.. Ryochan.. gomenne. Aku kira kau memiliki hal lain yang membuatmu senang. Gomenne gomenne?”, kata Yuto merujuk
“Bagaimana syuting mu?”
Yuto merasa bersyukur bahwa kekasihnya sudah menanggapi nya lagi. “Seperti biasa, syuting ku berjalan lancar juga berkat mu, Ryochan”
“Hm.. yokatta”, jawab Ryosuke singkat, namun ada seulas senyum yang terlihat dibibir Ryosuke
“Ryochan, gomen. Mungkin setelah ini aku tidak bisa menelpon mu lagi. Waktu ku sangat sibuk. Dan sepertinya aku tak punya waktu untuk memberi mu kabar. Hontou ni gomenne?”
Senyum yang terulas dari bibir Ryosuke seketika menghilang. Ia sangat kecewa dengan perkataan Yuto tadi. Sungguh, ia tidak menyangka bahwa hal seperti ini akan terjadi. Walaupun hanya berbeda wilayah, ia merasa sangat jauh dengan kekasihnya itu.
Hening. Tak ada jawaban dari Ryosuke
“Ryochan?” akhirnya Ryosuke tersadar dari lamunan nya
“E-eh? Un, daijoubu, Yutti. Aku tak masalah dengan itu. Yang terpenting jaga dirimu baik-baik disana ya”, katanya seakan ingin mengakhiri sambungan telpon mereka, berhubung sudah hampir larut malam juga.
“Pasti! Kau juga, ne. Jaa, kalau gitu mari kita istirahat. Oyasumi”
Sambungan telpon terputus. Ryosuke menatap nanar handphone yang berada di genggaman tangannya. Ia justru tidak bisa tidur karena terus saja memikirkan hari-hari nya tanpa Yuto. Hingga tepat pukul 1 dini hari, ia baru bisa terlelap di kasur empuk miliknya.
***
Sudah tiga hari berlalu. Namun Yuto tak kunjung memberi nya kabar akan kembali, ataupun semacam nya. Ryosuke sudah mencoba mengirimi mail kepadanya pun tak kunjung mendapat balasan dari kekasihnya. Ia coba menelpon nya juga tak mendapat jawaban dari Yuto. Berhubung ini masih pagi, ia berpikir mungkin kekasihnya masih terlelap dalam tidurnya.
Akhirnya ia pun memutuskan untuk bersiap-siap menuju Jimusho seperti biasa. Sekitar satu jam berlalu, ia mulai keluar apartemennya dan menuju stasiun agar bisa sampai di Jimusho lebih cepat.
Sesampainya di ruangan, ia disambut oleh beberapa member yang terbiasa datang lebih awal -Daichan, Yuya, Hikaru, dan Yabu.
“Yamachan, bagaimana Yuto? Dia belum kembali dari lokasi syuting nya?” tanya Daichan, karena ia tau ini sudah hari ketiga setelah Yuto tak memberi kabar kepada Ryosuke dan berkata bahwa ia tidak akan menginap di apartemen kekasihnya selama tiga hari.
Ryosuke hanya menggelengkan kepala nya. “Aku sudah mencoba mengirimi mail dan juga menelponnya sebelum berangkat kesini, namun tak ada balasan ataupun jawaban dari nya”, ujar Ryosuke datar. Namun Daiki tau bahwa teman nya ini sedang sedih perasaan nya.
“Maa, mungkin nanti siang dia akan memberi mu kabar. Ne,Yabuchan?”, sahut Daichan, meminta persetujuan dengan unofficial leader mereka.
“Ya, benar apa kata Daichan. Berpikir lah positif. Jangan memikirkan yang tidak perlu. Aku tau kau kuat menghadapi ini semua”, Yabu, sang unofficial leader ini menasihati nya. Ryosuke hanya tersenyum menanggapi perkataan Yabu dan Daiki.
.
.
Siang hari, seperti yang dikatakan Daichan dan Yabu, Ryosuke mencoba menghubungi kekasihnya lagi. Walaupun sudah ia tinggal dengan berlatih, ia tak kunjung mendapat mail ataupun telpon dari Yuto. Namun, ternyata hasil yang di dapat membuatnya lebih sakit. Nomor Yuto tidak dapat dihubungi. Ia sudah mencoba nya berulang kali, namun hasilnya tetap sama. Tetap tak bisa dihubungi.
Daiki yang memperhatikan Ryosuke dari jauh pun terlihat menghampiri nya dan menenangkan nya. Seakan ia tau apa yang terjadi dengan Ryosuke, ia mulai menepuk-nepukan tangan nya di pundak Ryosuke, seolah-olah mengatakan bahwa ini baik-baik saja.
Ia pun memutuskan untuk ke Shibuya setelah dari Jimusho, menenangkan dirinya dari cobaan yang sedang menimpa nya. Ia pergi ke salah satu tempat restaurant favorite nya, membeli ice cream dengan rasa dan topping stroberi yang menghiasi nya.
Setelah dirasa cukup tenang, ia pun mencoba mengecek keberadaan Keito melalui GPS nya. Ternyata Keito juga sedang berada tak jauh dari Shibuya. Tanpa berpikir lagi pun ia mencoba menghubungi Keito dan mengajaknya untuk makan malam bersama.
Disinilah mereka sekarang. Di salah satu tempat restaurant perbatasan antara Shibuya dan tempat Keito tadi berada. Sepertinya mereka kali ini berbicara mengenai Yuto yang jauh disana. Tanpa kabar sama sekali.
***
Sudah satu minggu berlalu dan Yuto tak kunjung memberinya kabar. Ingin sekali ia menghampiri nya ke lokasi syutingnya, namun sayangnya ia tak tau sama sekali mengenai alamatnya. Ia mencoba untuk menghubungi nya sekali lagi. Keberuntungan sedang bersama nya kali ini. Yuto pun menjawab telpon dari kekasihnya itu
“Yutti, bisa kita bertemu di suatu restaurant dekat tempat lokasi syuting mu?” tanya nya tanpa memprotes mengenai handphone kekasihnya itu yang tidak aktif beberapa hari lalu.
“Gomen, Ryochan.. aku tidak bisa. Aku masih syuting sekarang. Maaf, aku tak sempat memberitahu mu bahwa aku lebih dari tiga hari tak menginap di apartemen mu”
“Un, tak apa. Jaa, lakukan yang terbaik untuk syuting mu, ne”, sahut Ryosuke dengan hati yang sangat pedih. Sebisa mungkin ia tahan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya. Hingga sesaat setelah ia mematikan sambungan telponnya, air mata itu jatuh membasahi pipi halusnya.
Ia tidak tau harus percaya atau tidak dengan apa yang dikatakan kekasihnya tadi melalui telpon. Seakan dari dalam dirinya ada yang menghasutnya. Menghasutnya bahwa saat ini sang kekasih sedang berduaan bersama seorang gadis.
Setelah mendapat penolakan mengenai ajakannya bertemu sang kekasih, ia pun memutuskan untuk mengurung diri di apartemen nya yang luas itu. Mencoba mengalihkan perhatiannya pada manga favorite nya serta memakan ice cream dengan rasa stroberi.
.
.
.
Sepertinya Ryosuke tak kunjung putus asa untuk mengajak kekasihnya untuk bertemu. Sudah lebih dari satu minggu ini ia terus-menerus mengajaknya untuk kencan, namun hanya penolakan dari Yuto yang didapatnya.
Seperti siang ini, ia tetap mencoba untuk mengajak Yuto bertemu di malam hari. Namun tak ada yang berbeda dengan jawaban-jawaban sebelumnya. Yuto tetap menolaknya dengan alasan masih sibuk dengan syuting nya yang padat.
Ryosuke tak berani untuk mendebatnya. Ia mencoba untuk mengerti bahwa kekasihnya ini memang sedang sangat sibuk untuk drama terbaru nya. Ia berusaha semaksimal mungkin untuk mengeluarkan pikiran-pikiran negatif tentang kekasihnya diluar sana. Dan seperti biasa, Ryosuke hanya bisa mengalihkan perhatian dari sakit hatinya itu dengan membaca manga, memakan ice cream, atau bahkan keluar seorang diri menuju salah satu tempat kuliner favorite nya.
Ya, malam ini ia mencoba untuk ke tempat kuliner favorite nya di Harajuku. Lagi-lagi ice cream dengan topping stroberi yang menghiasi nya. Tak pernah bosan dengan menu itu.
Sekembali nya ke apartemen, ia melewati salah satu toko buku. Entah apa yang membuatnya kesana, ia pun akhirnya memasuki toko buku itu, dan langsung menuju ke bagian majalah maupun koran. Sungguh, ia sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya sekarang. Tulisan besar yang terpampang di salah satu koran yang ia lewati. Tulisan yang bertuliskan nama kekasihnya. Nakajima Yuto. Dan juga foto yang terpampang jelas di sisi lain koran, sang kekasih bersama seorang gadis saling berpegangan tangan. Ia pun dengan segera mengambil salah satu koran itu dan menuju kasir untuk membayarnya. Dan seperti orang sedang terburu-buru, ia berusaha mempercepat langkahnya untuk sampai di apartemen nya.
Sesampainya ia di apartemen, ia langsung memposisikan dirinya di sofa depan televisi nya. Dan mulai membaca apa yang tertulis disana.
“Nakajima Yuto dan Yoshida Yo terlihat meninggalkan kediaman Yoshida dan hendak memanggil taksi, keduanya menutupi wajah mereka dengan masker putih dan mengenakan topi. Mereka pergi ke salah satu restoran terdekat. Kurang lebih satu jam, mereka terlihat meninggalkan restoran dan kembali ke kediaman Yoshida, dimana mereka menghabiskan malam bersama. Yoshida berangkat kerja pukul 9 pagi, sementara Nakajima tinggal disana hingga sore. Mereka telah menghabiskan 7 hari seperti ini...”
Tanpa sadar Ryosuke telah meneteskan air mata nya. Perih. Hati nya sangat perih saat ini. Kekasih yang selama ini tidak memberi nya kabar ternyata sedang berduaan dengan seorang gadis, melupakan dirinya yang seorang diri di apartemen, yang hanya menunggu kabar dari kekasih tercinta nya itu. Sungguh, ia tidak bisa berpikir jernih saat ini. Ia sangat kesal dengan kekasihnya saat ini. Tidak memberi nya kabar, lalu tiba-tiba ada berita seperti ini.
Hatinya tidak bisa mencerna semua nya dengan baik. Dan ia mulai berpikir, jadi karena gadis yang terpaut jauh umur dengan kekasihnya itulah yang menyebabkan ia selalu mendapatkan penolakan dari Yuto. Terjawab sudah apa yang selama ini menghinggapi benak Ryosuke, bahwa kekasihnya hanya beralasan karena tak ingin diganggu waktunya bersama seorang gadis.
Air mata Ryosuke masih saja mengalir deras. Ia tak tau bagaimana cara menghentikannya. Ketika sudah mereda dan kembali menatap koran yang ia letakkan di meja di hadapannya, ia kembali menangis, meratapi hubungan nya dengan Yuto saat ini. Hubungannya kali ini sudah seperti diambang kehancuran.
Ia memutuskan untuk ke kamar dan istirahat. Namun hingga jam sudah menunjukkan pukul 00.00 ia tak kunjung tertidur. Masih meratapi hubungan nya dengan Yuto. Masih tak percaya kekasihnya yang jauh disana dan tak memberi nya kabar telah mengkhianati perasaan nya yang teramat dalam. Ia masih terisak dibalik selimut tebal nya -tetapi tak ada air mata yang keluar dari matanya, mungkin karena sudah terlalu lama ia menangis. Dan di setiap isak tangisnya, ia selalu memanggil nama kekasih tercinta nya itu. Seakan memang ia tak bisa percaya dengan apa yang sudah ia baca di koran tadi.
.
.
Keesokan paginya. Ia terbangun tepat pukul 6 pagi. Lagi-lagi ia terbangun dan langsung teringat berita mengenai kekasihnya. Akhirnya ia pun memutuskan untuk menyalakan televisi, ingin tau apakah acara televisi ada yang menayangkan tentang berita terbaru kekasihnya ini.
Ya, benar dugaan nya. Salah satu stasiun televisi ada yang menayangkan mengenai berita terbaru kekasihnya. Ia tersenyum getir ketika mendengar komentar sang MC di televisi itu, dan lagi foto yang ditampilkan itu membuat hatinya teriris, bagaikan pisau yang menancap dalam di perut. Hingga pagi ini pun kekasihnya belum memberi nya kabar walaupun berita mengenai dirinya sudah beredar luas.
Ia menatap nanar televisi, sampai ia tak sadar air mata nya sudah tercelos keluar dari mata nya. Ia membiarkan air mata itu mengalir di pipinya. Dan berharap sang kekasih yang akan menghapuskan air mata nya, serta memberikan beberapa kata bahwa semua itu tidak benar. Namun naas nya itu hanya harapan Ryosuke belaka. Tak akan ada yang seperti itu untuk saat ini. Kekasihnya yang berada jauh dari dirinya mana mungkin untuk ada di sisinya saat ini dan menghapus air mata nya. Dan itu membuat Ryosuke lebih deras mengeluarkan air matanya.
Ryosuke kembali mengurungkan dirinya dikamar. Dan mengecek handphone nya yang sejak tadi selalu bergetar. Ternyata teman-teman satu grup nya itu sudah tau juga mengenai berita kekasihnya ini. Semua dari mereka menanyai kondisi nya saat ini -yang dengan pasti jauh dari kata baik. Hatinya benar-benar teriris. Bagaikan terpisah menjadi kepingan-kepingan yang tak ada lagi artinya.
Sungguh ia sangat berharap ada salah satu dari sekian banyak mail yang masuk ke handphone nya itu adalah kekasihnya. Namun, harapan pun hanya harapan. Ia scroll down mail-mail yang ia terima, tidak ada satupun mail dari kekasihnya. Ia pun mencoba scroll down chatting-chatting para member di grup LINE mereka, berharap Yuto muncul untuk memberinya kabar walaupun hanya satu kalimat. Tetap saja nihil. Dan karena sudah merasa putus asa, ia pun akhirnya meletakkan handphone nya kembali di meja lalu ia memposisikan diri duduk bersandar di dinding -menatap kosong dinding putih di depan nya. Ryosuke tak bisa mempercayai apa yang sedang dialami nya saat ini. Ia sangat frustasi. Untuk saat ini pun sepertinya ice cream stroberi nya tidak bisa membantu untuk menenangkan dirinya.
“Mou.. Yuto-kun, apa yang kau perbuat disana?” tanya nya miris pada dirinya sendiri, dan tanpa sadar pun ia sudah memanggil kekasihnya dengan sebutan ‘Yuto’ dan ada penambahan ‘-kun’ dibelakang namanya.
***
Sudah tiga hari sejak berita kekasihnya itu Ryosuke masih mengurungkan diri di kamarnya. Makan pun hanya beberapa suap dan juga pola tidur yang sangat tidak teratur. Sejak berita itu Ryosuke selalu tidur larut malam dan bangun dipagi hari hanya untuk mengecek handphone nya -masih berharap kekasihnya itu memberi kabar mengenai berita nya bersama seorang gadis.
Seperti saat ini pun ia masih menunggu Yuto untuk memberi kabar. Karena setiap kali ia mencoba menghubungi kekasihnya itu, selalu saja tidak mendapat balasan mail maupun telpon dan juga terkadang handphone sang kekasih yang tidak aktif.
Tetapi sepertinya malam ini sedang ada keajaiban untuknya. Handphone Ryosuke berdering. Dengan tatapan yang masih sedikit kosong itupun Ryosuke menolehkan pandangan nya pada handphone yang berada disamping nya. Setelah melihat ID penelponnya, antara malas dan juga senang, tetapi dari dalam dirinya seakan tidak ingin menjawab telpon dari sang kekasih nya itu. Ia pun akhirnya hanya mendiamkan suara dering yang berasal dari handphone nya.
Satu menit..
Cukup lelah ia mendengar suara handphone nya itu sampai akhirnya suara dering dari handphone nya itu terhenti.
Namun, tak lama handphone nya itu berdering kembali. Nama kekasihnya masih terpampang di layar handphone nya. Karena kesal, ia pun menekan tombol merah yang berarti ia menolak panggilan kekasihnya itu.
Seakan Yuto tak pantang menyerah, ia masih mencoba menelpon Ryosuke hingga akhirnya panggilan itu di jawab oleh Ryosuke.
“Berisik” satu kata keluar dari mulut Ryosuke
“....”
Tak ada yang bicara. Yuto terkejut mendengar satu kata yang dikeluarkan oleh Ryosuke, sedangkan Ryosuke terdiam menunggu Yuto untuk menyahut apa yang telah ia ucapkan tadi. Tak tau percakapan seperti apa yang akan Yuto mulai untuk keadaan yang sangat mencengkram bagi keduanya.
“Ryosuke..?” akhirnya Yuto mengeluarkan suara nya dengan ragu
Ryosuke yang menyadari ada perbedaan panggilan dari kekasihnya itu pun sedikit terkejut. Mengapa kekasihnya itu memanggil nya seperti itu? Seharusnya dirinya lah yang memanggil Yuto dengan panggilan yang berbeda. Yang menunjukkan bahwa ada sesuatu yang membuatnya sangat marah hingga mengharuskan nya mengganti nama panggilan mereka.
“Hm?” jawaban singkat yang diberikan oleh Ryosuke. Ia tidak tau harus menjawabnya seperti apa, sedangkan hati nya kini sangat teriris mendengar suara kekasihnya karena mengingat berita mengenai kekasihnya waktu lalu.
“Bagaimana keadaan mu?” satu kalimat keluar lagi dari bibir Yuto. Sungguh pertanyaan yang sangat dibenci oleh Ryosuke sekarang ini adalah yang baru saja dilontarkan oleh kekasihnya. Bagaimana bisa kekasihnya itu menanyakan kondisinya untuk saat ini, yang jelas-jelas itu sangat jauh dari kata ‘baik’. Tidakkah kekasihnya itu memikirkan apa yang sedang ia rasakan saat ini? tanya Ryosuke dibenaknya dengan kesal.
“Bisa kau kembali malam ini?” bukannya menjawab pertanyaan dari sang kekasih bertubuh tinggi nya itu, Ryosuke justru balik bertanya dengan intonasi yang dingin
Yuto membeku. Tak menyangka bahwa kekasihnya membalas perkataan nya tadi dengan intonasi yang sangat dingin. Sungguh menyeramkan baginya.
Yuto pun menjawab dengan tergagap, “U-un, tentu saja. Matte ne”, namun ada seulas senyum tipis yang menghiasi bibirnya
Setelah itu telpon terputus. Lebih tepatnya Ryosuke yang memutuskan sambungan telpon mereka.
Dan saat ini Ryosuke mencoba untuk menunggu kekasihnya yang akan pulang malam ini. Sekitar tiga jam sudah ia menunggu, namun tak kunjung ada bel apartemen nya yang berbunyi. Sekarang pun jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Entah seperti tak lelah menunggu sang kekasih kembali, ia masih menunggu hingga pukul 2 dini hari. Ia hanya berpikir mungkin Yuto sedang terjebak macet dan lokasi syuting yang jaraknya lumayan jauh dari tempat apartemen nya.
Berbagai posisi sudah Ryosuke lakukan untuk menunggu sang kekasih yang juga tak kunjung datang. Hingga ia terlihat lelah, memutuskan untuk menunggu nya sambil berbaring di kasurnya. Namun yang didapat ternyata kantuk yang amat susah untuk dihindari. Tanpa bisa dihindari, akhirnya Ryosuke pun terlelap di kasur nan empuk nya itu.
.
.
Keesokan harinya, ia memutuskan untuk datang ke Jimusho setelah beberapa hari meliburkan diri karena kondisi mental dan fisiknya yang tak memungkinkan nya untuk keluar dari apartemen. Ia berusaha menghilangkan sang kekasih dari pikirannya dan kembali fokus untuk gerakan-gerakan baru yang sempat tertinggal.
Tak ada satupun member yang berani bertanya mengenai kondisi nya saat ini, serta hubungan nya dengan Yuto sekarang seperti apa dan bagaimana. Mereka sangat tau itu bukan lah pertanyaan bagus untuk saat ini. Mereka mencoba mengerti apa yang sedang dialami oleh teman satu grup nya itu.
Chinen dan Keito berusaha menghiburnya dengan mengajaknya ke tempat restaurant favorite Ryosuke dan membelikannya semangkuk ice cream stroberi dengan topping berbagai buah-buahan diatasnya. Ryosuke mencoba menghargai usaha yang dilakukan Chinen dan Keito untuk menghiburnya. Sebisa mungkin ia memberikan senyuman terbaiknya -walaupun mereka berdua pasti tau Ryosuke terlalu memaksakan nya.
Sekitar pukul 8 malam, Ryosuke kembali ke apartemen. Dan ketika memasuki ruang tamu yang langsung tersambung dengan ruang televisi, ia melihat sosok bertubuh tinggi yang sudah ia tunggu sejak lama. Ia senang sekaligus kecewa terhadap kekasihnya. Yuto sudah membohongi dirinya untuk yang kedua kali nya.
“Okaeri, Ryosuke..” ujar Yuto sambil berdiri dan menghampiri Ryosuke yang masih terpaku di ruangan khusus tamu itu. Dari intonasi yang Yuto keluarkan, Ryosuke menangkap seakan kekasihnya itu tidak menyadari apa yang telah diperbuatnya dan telah menyakiti hati nya ini menjadi berkeping-keping.
“Apa kau tidak bisa menangkap apa maksud pertanyaan ku kemarin?”, tanya Ryosuke dingin. Tatapan yang diberikan oleh Ryosuke pun tak kalah tajam nya dengan perkataan nya tadi.
“Nani, Ryosuke?”, tanya Yuto seakan tak merasa punya salah
Ryosuke makin tajam saja menatap kekasih bertubuh tinggi nya itu. “Aku bilang untuk kembali kemarin malam, bukan? Mengapa kau baru kembali malam ini?!” tanpa disadari Ryosuke sudah menaikan intonasi bicara nya
“Gomen.. soal itu..” Yuto terlihat mencari alasan yang masuk akal untuk menjawab pertanyaan dari kekasihnya itu. Mata Yuto pun terlihat menghindari tatapan tajam yang Ryosuke berikan
“Apa? Karena gadis itu?!” terlihat keterkejutan dari ekspresi Yuto. Ia tak menyangka bahwa Ryosuke mengetahui berita yang beredar itu.
“Kau... sudah mengetahui tentang berita itu?”, tanya Yuto pelan, terselip ketakutan dalam intonasinya. Namun tetap tak menghilangkan rasa kekesalan yang Ryosuke pendam saat ini, justru kekesalan itu semakin bertambah. ‘apa-apaan dia bertanya seperti itu’, rutuk Ryosuke
Ryosuke pun berlalu meninggalkan Yuto dan melemparkan tas serta jaketnya di sofa depan televisi. Dan ia segera mengambil sesuatu dari dalam kamarnya.
Yuto hanya terpaku ditempat berdirinya sekarang. Sekembali nya Ryosuke dari kamar...
BRAG!
Ryosuke melemparkan sesuatu yang terlihat sedikit tebal namun keras itu
Sebuah koran.
Yuto pun dengan segera membaca judul yang terpampang jelas karena tulisan yang sangat besar itu. Dan lagi foto dirinya bersama seorang gadis yang terlihat lebih tua darinya.
Setelah membaca judul dari artikel koran itu pun Yuto langsung menatap Ryosuke dengan tampang yang tak bisa di definisikan. Antara memelas -meminta Ryosuke untuk memaafkan nya, sedih, kecewa, frustasi, berbagai ekspresi yang menjadi satu itu terlihat jelas di wajah Yuto saat ini.
“BERITA MACAM APA ITU, HAH?!” Ryosuke kalap. Ia sudah tidak bisa menahan kekesalan nya lagi lebih lama.
Yuto terdiam. Ia tidak bisa menjawab pertanyaan sang kekasih chibinya itu. Yuto pun mencoba untuk mengalihkan tatapan nya agar tatapan mata nya tidak bertemu dengan tatapan tajam yang Ryosuke berikan.
“APA KAU SUDAH PUAS MENGINAP DIRUMAH GADIS ITU SELAMA TUJUH HARI TUJUH MALAM?!” sikap manis yang biasa Ryosuke perlihatkan saat itu hilang seketika. Tatapan tajam dan marah nya itu menjadi satu. Tak mengizinkan Yuto untuk menghindari tatapan matanya. Ia pun saat ini sudah mencengkram kerah jaket jeans milik Yuto
Dada Yuto sangat sesak.
Dan ternyata Ryosuke belum selesai meluapkan amarahnya pada sang kekasih
“APA YANG KAU PERBUAT DENGAN NYA HINGGA KAU HARUS MEMILIKI DUPLIKAT KUNCI APARTEMEN GADIS ITU?!!” Ryosuke mendorong kencang tubuh tinggi Yuto yang sudah terjerambab ke dinding dibelakang nya. Tubuh Yuto sudah lemas. Ia sudah tidak kuat lagi menopang dirinya sendiri.
Sedangkan Ryosuke terlihat meneteskan air mata nya setelah mengeluarkan semua amarah yang ada di dalam hati nya sejak berita itu beredar. Ya, karena sejak berita itu Ryosuke hanya memendamnya, tanpa mengeluarkan kekesalan ataupun kemarahan nya pada seseorang.
Namun tatapan tajam yang masih melekat pada Ryosuke itu pun tetap tak memberikan Yuto jeda untuk mengalihkan tatapan nya.
Mengetahui bahwa Ryosuke sudah selesai dengan meluapkan amarahnya, sekarang giliran Yuto yang menyerang Ryosuke dengan beberapa pertanyaan yang menusuknya. Namun, Ryosuke memiliki alasan yang jelas untuk semua pertanyaan yang dilontarkan oleh Yuto
“Ryocha--”
“Jangan memanggilku Ryochan” geram Ryosuke pelan
Namun sepertinya Yuto mengabaikan kata-kata Ryosuke tadi
“Apa yang kau lakukan selama aku tidak ada disisi mu?”, tanya Yuto tenang namun ada penusukan di beberapa kata -seakan sedang mengintrogasi kekasihnya
“Apa-apaan kau. Jawab pertanyaan ku terlebih dahulu, Yuto-kun!”
“Sepertinya kau harus intropeksi diri mu dulu, Ryochan..” jawabnya santai, seakan lupa dengan amarah yang Ryosuke luapkan tadi. Tetapi dibalik kata-kata nya yang santai itu terdapat kata-kata tajam yang siap meluncur dari mulut Yuto.
“Jangan main-main kau. JAWAB PERTANYAAN KU!!” geram Ryosuke tak sabar. Kekasihnya kali ini sungguh sangat menyebalkan baginya. Ryosuke yang sudah berubah posisi menjadi bersandar di dinding pun mendorong kekasihnya lagi dengan kencang.
“UNTUK APA KAU MEMINTA PASSWORD GPS MILIK KEITO, HAH?!” Yuto yang sudah tak sabar dengan sikap kekasihnya pun akhirnya meledakkan apa yang ada dihati nya sekarang ini. Terlihat ia mendorong Ryosuke ke dinding lagi yang berada dibelakang kekasihnya -mengunci tubuh chibi kekasihnya dengan kedua lengan panjangnya.
Ryosuke yang tak terima pun memberikan tatapan tajam yang penuh dengan amarah, masih belum menghilang sedikit pun ekspresi di wajah nya itu. “Kau pikir aku melakukan itu tanpa alasan? Kau pikir ditinggal oleh kekasih yang sangat kita cinta tanpa mendapat kabar darinya itu tidak menyakitkan? Jangan egois” balas Ryosuke tajam
Yuto terdiam. Terpaku dengan jawaban telak yang dilontarkan oleh kekasihnya. Ya, ia memang salah.
“AKU MELAKUKAN ITU SEMUA KARNA AKU KESEPIAN!!”, jawab Ryosuke jujur. Ingin sekali menyadarkan Yuto yang sejak tadi tak peka dengan semua pertanyaan dan luapan amarahnya yang telah ia lontarkan. “Kau tidak merasakan itu, kan?” Ryosuke sebisa mungkin menahan air mata nya yang sudah menggenangi pelupuk mata nya itu.
“Selama kau tidak ada, Keito lah yang menemani ku dan menenangkan ku. Selalu memberikan hal-hal positif selama pikiran negatif ku berkecamuk dipikiran ku. Seharusnya kau berterimakasih pada nya!”
“Kau tau? Aku disini hanya bisa menunggu mu kembali. Kau hanya berkata tiga hari tak menginap di apartemen ku. Tapi apa? Lebih dari satu bulan kau meninggalkan ku sendiri disini. Belum lagi ketika aku mengajak mu untuk bertemu. Kau ingat? Kau menolak ku dengan alasan sibuk dengan syuting mu...”
“Ch-cho--” Yuto tampak tak terima dengan perkataan Ryosuke yang terakhir. Namun Ryosuke tetap tak memberinya kesempatan untuk membantah
“Dan lagi, ketika aku berusaha untuk menghubungi mu, selalu saja handphone tidak aktif. Aku sungguh sangat sabar menghadapi mu saat itu, Yuto. Tapi kesabaran ku selama ini tidak mendapatkan balasan yang sesuai dengan apa yang telah aku perbuat..” ujar Ryosuke panjang lebar, mengutarakan isi hati nya yang berujung dengan kekecewaan. “Aku tidak mendapatkan balasan yang sesuai... huh” senyum getir di bibir Ryosuke. “Ternyata kau malah asik berduaan dengan seorang gadis yang umurnya justru jauh lebih tua darimu”
Mendengar semua perkataan Ryosuke membuat Yuto tak dapat menahan diri nya lagi untuk tak memeluk kekasih chubby nya itu. Namun, Ryosuke dengan cepat menolak pergerakan tangan yang Yuto lakukan. Lalu ia terlihat mendorong tubuh tinggi Yuto ke belakang dan meninggalkan sendiri di perbatasan antara ruang televisi dan ruang tamu. Sedangkan ia dengan langkah cepat memasuki kamarnya dan mengunci nya. Menelusupkan dirinya dibalik selimut tebal yang siap menyembunyikan diri nya dari isak tangis nya.
Dilain ruangan, Yuto terduduk di sofa depan televisi. Ia mengingat semua perkataan yang terlontar dari bibir mungil kekasihnya tadi. Ia merasa sangat bersalah kepada kekasihnya itu. Membohongi nya dua kali. Dan mengkhianati perasaan nya dengan berduaan dengan seorang gadis yang terpaut jauh umur mereka. Yuto sangat frustasi memikirkan kesalahan nya selama ini kepada Ryosuke.
Akhirnya, Yuto pun memutuskan untuk menuju kamar Ryosuke - tak lupa dengan duplikat kunci kamar Ryosuke. Ya, ia tau bahwa kekasihnya ini sedang mengurung dirinya dikamar dan berusaha menghindar dari dirinya.
Namun usaha menghindar darinya itu adalah sia-sia. Karena saat ini pun Yuto sudah berada di kamar Ryosuke dan bersiap menyelinap ke dalam selimut tebal milik kekasihnya, dimana sang pemiliknya pun sedang bersembunyi dibalik selimut tebal itu.
Ketika sudah memposisikan dirinya diatas kasur dan disamping Ryosuke, ia mulai memeluk Ryosuke dari belakang -karena posisi tidur Ryosuke saat ini membelakangi nya.
Ryosuke yang merasakan pergerakan di kasurnya dan juga rambatan tangan Yuto di perutnya yang hangat membuatnya terbangun dari tidurnya. Tetapi ia tetap pada posisi nya, tidak membiarkan Yuto mengetahui pergerakan nya yang membuatnya ia terbangun.
‘aku sangat merindukan ini, Yutti...’ katanya dalam hati
Sungguh, ia sangat merindukan pelukan, rangkulan, maupun sentuhan yang diberikan oleh Yuto. Di setiap pergerakan yang Yuto lakukan selalu ada kehangatan yang menyelinap masuk ke pori-pori kulitnya yang membuatnya merasa nyaman.
Tanpa sadar air mata sudah jatuh membasahi pipi nya. Ingin sekali rasanya ia memaafkan Yuto, tetapi seakan hati ini belum siap untuk memulai setelah mengetahui berita waktu lalu. Yuto pun belum memberitahu satu kata pun mengenai hubungan nya dengan gadis yang 20 tahun lebih tua dari nya itu.
Ryosuke kembali terlelap ketika dirasa pergelangan Yuto yang mengusap-usap lengan nya, memberikan kehangatan yang lain.
.
.
Pagi harinya, Yuto terbangun lebih awal dari Ryosuke. Melihat jam kecil yang bertengger di meja samping tempat tidurnya itu pun ia memutuskan untuk membuat roti panggang dan coklat hangat untuk kekasihnya serta dirinya.
Usai membuat roti panggang dan melahapnya hingga tak bersisa, Yuto langsung menuju kamar mandi untuk bersiap berangkat ke Jimusho.
“Oii, Yuto! Kau sudah kembali?” tanya salah satu member yang memiliki gigi gingsul ketika Yuto memasuki ruangan nya di Jimusho. Yuto hanya memberikan senyuman khas nya.
Dilain tempat, Ryosuke terbangun dari tidurnya dan menyadari bahwa kekasihnya sudah tak ada di sisi nya. Melihat jam yang terus berjalan membuat Ryosuke beranjak dari kasurnya menuju kamar mandi untuk bersiap-siap ke Jimusho. Setelah selesai mandi, ia menyadari ada sepotong roti panggang dan juga coklat hangat yang tersedia diatas meja makan. Tanpa pikir panjang pun Ryosuke menghabiskan semua nya dengan cepat.
“Ohayou” sapa Yuto ketika Ryosuke memasuki ruangan. Ryosuke hanya membalas dengan senyum tipisnya. Ya, karena sepasang kekasih ini masih mempunyai masalah diantara keduanya.
Untuk saat ini pun para member tak ada yang berani meledek sepasang kekasih ini, dan juga mereka seperti kehilangan keromantisan yang biasa diberikan oleh mereka berdua.
Ketika mereka ingin memulai latihan rutin nya, tiba-tiba ada seorang staff dari Itadaki High JUMP yang memanggil Yuto dan Hikaru. Dua sosok member yang memiliki tinggi hampir sejajar itupun mengikuti staff yang tadi memanggilnya. Sedangkan yang lain tetap berlatih.
.
.
.
To: Yutti
From: Ryosuke
Kita bertemu di apartemen mu pukul 7 malam.
Begitulah isi mail yang dikirim oleh Ryosuke. Selama di Jimusho tadi pun mereka masih belum memulai bercakap-cakap walaupun Yuto sudah mencoba nya. Namun sakit hati yang masih menghinggapi hati Ryosuke menyuruhnya untuk tidak meladeni semua rayuan yang diberikan oleh kekasih tingginya. Dan ketika waktu pulang tiba, ia dengan segera mengambil tas nya lalu menuju apartemen nya seorang diri - tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepada kekasihnya.
Ting tong... Ting tong
Terdengar suara bel dari apartemen milik Yuto. Sang pemilik pun beranjak dari duduk tenang nya diatas kasur yang sedang menonton televisi -ia sudah tau bahwa yang membunyikan bel adalah sang kekasih chubby nya.
Ryosuke masuk tanpa dipersilahkan oleh Yuto ketika pintu baru saja dibuka. Lalu ia langsung menuju kamar Yuto, seakan ia tau kekasihnya tadi itu sedang bersantai di dalam kamarnya.
Yuto yang mengetahui sikap Ryosuke yang seperti itu pun sama sekali tak mempermasalahkannya. Toh, itu sudah sering dilakukan oleh Ryosuke ketika setiap kali datang ke apartemen nya.
“Yuto-kun~ bisa ambilkan aku satu buah kaleng minuman dengan rasa stroberi?”
“Baik, Yamachan”
Tidak ada intonasi kekesalan ataupun kemarahan diantara kedua nya walaupun panggilan mereka seperti itu. Layaknya tak terjadi apa-apa di hari kemarin. Tetapi Yuto tau bahwa kedatangan nya Ryosuke kali ini untuk membahas mengenai masalah hubungan mereka kemarin.
“Ini satu buah kaleng minuman dengan rasa stroberi nya, Yamachan..” Yuto memberikan salah satu kaleng kepada Ryosuke dan ia pun terlihat membuka tutupan kaleng dengan minuman rasa chocolate
“Ne..” panggil Ryosuke tanpa basa basi setelah menerima minuman nya. Yuto terlihat was-was namun berusaha untuk tetap tenang. “Kau tau untuk apa aku datang ke apartemen mu?”
“Untuk membahas masalah kita kan?” jawab Yuto ragu
Hening..
“Yap, benar sekali” Ryosuke terlihat mengambil jeda untuk percakapan yang selanjutnya. “Dan seperti nya kau sudah tau apa yang ingin aku katakan saat ini”
“E-eh? Nani?”
“Apa kau tidak berminat untuk menjelaskan apa yang terjadi?” lirik Ryosuke kepada sang kekasih. “Mengapa kau terlihat tenang sekali? Apa jangan-jangan berita itu memang benar?”
“Mou.. Ryochan.. aku mohon jangan berkata seperti itu” ujar Yuto tampak memelas
“Jangan panggil aku Ryochan kalau masalah ini belum selesai” geram Ryosuke. Disetiap kata-kata yang ia ucapkan terdapat penekanan yang sangat tajam
“Baik, baik.. aku akan ceritakan semua--”
“Eits.. kau tidak perlu menceritakan jika kau memang tidak ingin menceritakan nya pada ku, Yuto-kun” Ryosuke memotong ucapan yang ingin dilontarkan oleh Yuto
“Ry-Ryochan.. dengar.. aku akan ceritakan semua nya pada mu malam in--”
“Tidak perlu, Yuto-kun” tangan Ryosuke memegang dua pundak milik Yuto, “Sebelumnya aku ingin minta maaf, dengan sangat terpaksa aku mengatakan ini”
Yuto sangat was-was apa yang akan diucapkan oleh kekasihnya saat ini
“Aku ingin hubungan kita berakhir. Sayonara”
Ryosuke bangkit dari duduk nya dan meletakkan kaleng minuman nya di meja yang ada disamping tempat tidur Yuto. Ia pun keluar dari apartemen Yuto. Namun...
Yuto menahan salah satu pergelangan Ryosuke ketika pintu masuk itu sudah hampir tertutup
“Ryochan.. apa yang kau katakan? Aku tidak ingin hubungan kita berakhir..”
Berbeda dengan Ryosuke, ia justru memberikan senyuman nya
“Gomenne, tapi itu keinginan ku. Aku tak peduli jika kau masih menganggap ku sebagai kekasih mu. Tapi yang jelas aku sudah mengakhiri hubungan kita. Oyasumi”
Lalu dengan perlahan Ryosuke melepaskan cengkraman tangan Yuto di lengan nya dan berlalu kembali ke apartemen miliknya.
Bersambung~
Leave a comment, please^^