Aishiteru yo

Jan 16, 2010 13:16


Title : Aishiteru yo
Author: amamae
Genre : romance, comedy, but not comedy-romance
Pairing : yabu/inoo
Disclaimer : nothing
Author’s note : hehe gomen, I use Indonesian language. I’m too reluctant to think and use eigo instead. Have you watched Sherlock Holmes? Watson was really handsome, you know^^


“oh hahaha inoo-chan haha matamu, ampun deh, kayak disengat lebah aja hahaha”. Oke, aku terlalu capek untuk menanggapi lelucon ini. Yamada, lagi-lagi yamada. Emang anak satu itu selalu punya bahan ejekan buatku. Entah sudah menjadi hobinya atau apa lah, yang jelas dia benar-benar membuatku kesal, tapi aku juga tidak punya tenaga untuk membalasnya atau sekedar menanggapinya.

“inoo-chan, mite” yamada melempar majalah duet bulan februari tepat diwajahku dan membuatku mengeluarkan erangan yang terdengar sedikit memilukan bagi remaja umur 19 tahun.

“kau sangat sangat lucu inoo-chan, sungguh. Mata mu yang sebesar bola golf ini benar-benar sukses menghilangkan stresku. Thank you honey, thank you so much.” Aku tidak tau kenapa, tapi sepertinya dia sangat menikmati mengejekku, aku bisa merasakannya dari aura yang ada disekitar tubuhnya. Ouh kenapa aku jadi  merinding tiba-tiba ya. Untung dia adalah yamada ryosuke, salah satu anggota Hey! Say! JUMP yang cukup, bukan, tapi sangat terkenal dan punya banyak fans. Aku takut kalau aku melakukan hal yang aneh-aneh terhadap dia, aku bakal kena kutukan dari fansnya yang bejibun banyaknya. Tau sendiri kan gimana kelakuan para fangirl. It’s a nightmare yo.

“your welcome yama-chan,” mungkin hanya kata ini yang bisa keluar dari mulutku untuk sedikit mengurangi aktivitas bibirnya yang terlalu berlebihan.

“aaaa inoo-chan bersuara oh my god, kukira kau mengalami bisu tiba-tiba hahaha.” Sepertinya aku salah, justru dia lebih bersemangat untuk mengejekku. Oh, pangeran berkuda putihku, tolong singkirkan anak ini dari hadapanku atau bawalah aku ke kerajaanmu yang bebas dari lalat pengganggu satu ini. Ups, sepertinya aku keterlaluan menyebutnya lalat pengganggu but, I’m not in the mood now. Jadi aku anggap ini impas.

“yama-chan, tidak bisakah kau berhenti mengejek inoo?” Yabu. Ya, itu suaranya yabu. Jadi apakah yabu adalah pangeran berkuda putih yang ditakdirkan menolongku? Sepertinya takdir memang sudah digariskan begitu rapi, yabu si pangeran berkuda putih adalah cowokku. Dan aku sangat bersyukur menjadi pacarnya. Mungkin aku adalah laki-laki yang paling beruntung di dunia. Inilah alasannya mengapa aku tidak angkat kaki saja dari group boyband ini dan memilih untuk berkonsentrasi pada kuliahku saja. Lagipula aku tidak perlu mendengar ejekan yamada kalau aku keluar. Bukan berarti aku membencinya, aku menyayanginya, sangat menyayanginya. Aku anggap dia adalah adik laki-laki ku. Tapi tak dapat dipungkiri kan, kalau antara kakak adik pasti sutau saat ada konflik yang terjadi. Dan itulah yang aku rasakan terhadap yamada sekarang. Adik yang sedang dalam “waktu” menyebalkan.

“ah yabu-kun, sorry, tapi coba deh liat hasil photo shoot di duet bulan februari ini. Liat matanya inoo kayak….”

“yama-chan”, aku melihat sekilas dia melotot ke arah yamada, memberi sinyal untuk diam dengan tatapan mematikan yang dimilikinya. Kalau aku pikir-pikir, mungkin yakuza aja takut kalau liat yabu lagi begini, tapi dia pasti langsung di hajar habis-habisan. Ya secara, dia kalah telak kalau dilihat dari sudut bodynya. Ups, bukannya aku mengejek pangeran berkuda putihku loh, tapi kita harus rasional kan?

“inoo, ikut aku”, yabu menarik paksa tanganku dengan gaya khasnya yang sangat lembut. Aku berdiri dari kursiku dan dengan malas-malasan mengikuti dia pergi.

“ah yabu-kun, kenapa kau bawa inoo?” yamada protes karena sudah pasti dia tidak punya bahan ejekan lagi.

“yama-chan, biarkan mereka berdua.” Daiki yang sedari tadi duduk disudut ruangan membaca novel detektif yang baru dibelinya pagi ini, akhirnya bicara juga.

“tapi dai-chan…”

***

Dia mengggandengku melewati lorong-lorong gedung Johnny’s Entertainment, memilih menaiki tangga daripada naik lift. Beberapa kali aku menundukkan kepalaku jika bertemu dengan para senpai, yang kemudian menatap curiga setelah melihat tanganku yang bergandengan dengan yabu. Mungkin mukaku sudah semerah tomat sekarang, tapi saat aku melirik ke arah yabu, dia justru dengan kepala tegak terus menyeretku entah kemana. Satu lantai, dua lantai, tiga lantai, empat lantai, lima lantai, enam lantai, tujuh lantai aku menghitung, hingga aku merasa kakiku sudah tak sanggup untuk menaikki tangga berikutnya lagi, jadi aku memutuskan untu bertanya.

“yabu-kun, berapa lantai lagi yang tersisa? Kakiku sudah pegal sekali. Kenapa tidak naik lift saja sih?” tapi yabu tidak menjawab. Mungkin dia tidak mendengar. Aku coba bertanya lagi.

“yabu-kun, masih jauh kah kau menyeretku? Aku capek.” Tetap saja dia tidak mau menjawab. “yabu-kun, kau dengar aku tidak sih?” yabu tetap diam, bahkan menoleh pun tidak. Kesbaranku habis, aku berjenti dan menyentakkan tanganku. Aku tidak marah, tepatnya aku tidak akan bisa marah jika itu yabu, hanya saja aku kesal. Kesal karena dia nyuekin aku.

“aku capek. Kau seenaknya saja menyeret aku dan mengajak aku pergi entah kemana. Kenapa tidak naik lift saja sih, kan lebih cepat dan tidak bikin capek.”

“rusak.” Oh dia mau berakting cool ceritanya. Ini bukan yabu seperti biasanya. Aku tau itu, karena setiap saat aku selalu ada disisinya.

“apa?” aku balik tanya. Sungguh, aku tidak paham apa yang ada di otaknya sekarang.

“aku bilang rusak. Liftnya rusak”

“oooh. Lalu kau mau bawa aku kemana?” seingatku aku tadi pergi ke ruang ganti Hey! Say! JUMP naik lift,tTapi aku tidak mau memusingkannya lagi, biarlah.

“ayo ikut aku, cepat. Dasar lelet.” Dia kembali menarik lenganku tanpa sempat aku protes sedikit saja. Seenaknya sendiri mengatai aku lelet. Tapi, diri yabu bagian ini lah yang membuatku jatuh cinta padanya. Mungkin terdengar aneh, tapi cinta itu memang aneh kan?

“nah sampai.”

“hah?” apa sih yang dipikirkannya, aku benar-benar tidak mengerti.

“ne inoo, bagaimana rasanya? Nyaman sekali kan diterpa angin seperti ini?” tiba-tiba suaranya berubah menjadi lembut sekali, benar-benar suara sseorang yang berjiwa romantis. Aku yakin, semua orang akan langsung jatuh cinta padanya ketika mendengar suaranya yang begitu sayu tapi menenangkan. Tapi sepertinya itu tidak mungkin, karena suara itu hanya ditujukan padaku. Hanya didepanku lah dia menunjukkan sifatnya yang satu ini. Nilai plus buat yabu dimataku. Romantis.

Yabu merantangkan kedua tangannya, berbalik menghadap ke arahku. “kemarilah Kei.” Satu lagi rahasiaku dan yabu, saat hanya ada kita berdua, dia selalu memanggilku dengan nama kecilku. Ketika aku mendengarnya, aku bagai dihempaskan ke langit, melayang karena bahagianya.

“kekanak-kanakkan.” Aku menjawab sambil tersenyum tipis. Sepertinya tenagaku benar-benar sudah terkuras habis.

“ayolah Kei,” sungguh sulit rasanya menolak undangan yabu. Dia bagaikan magnet dan aku adalah baja yang tak mungkin sanggup lari dari gaya tarik sang magnet. Entah kerana terlalu lelah atau tubuhku yang tidak mau mendengar perintahku untuk tetap diam, aku merasa kakiku melangkah dengan sendirinya ke arah yabu. Semakin aku mendekat, aku bias mencium bau tubuhnya yang memabukkan. Bahkan aku sanggup mendengar detak jantungnya yang teratur, dan aku tau itu hanya imajinasiku saja karena tidak mungkin kita bisa mendengar detak jantung orang lain dari jarak 10 m, kecuali dia habis lari keliling Tokyo dome tiga kali tanpa henti. Aku tidak sadar sejak kapan tubuhku bersentuhan dengan tubuh yabu, dan sejak kapan tangannya yang tadi terentang kini membungkus tubuhku. Aku berada di pelukan yabu. Sekarang aku benar-benar bisa mencium baunya, mendengar detak jantungnya, bahkan aku mampu merasakan hembusan nafasnya yang sejuk.

“kau harum,” ah lidahku terpeleset, seenaknya mengeluarkan kalimat. Pasti bukan itu yang diharapkan oleh yabu yang bakal keluar dari mulutku. Bodohnya aku.

“thank you Kei” aku bisa merasakan rahangnya bergerak di kepalaku, membentuk sebuah senyuman lebar yang tulus. Kadang aku bertanya, mengapa yabu bisa mencintai aku yang bodoh ini. Tapi seperti yang pernah aku bilang, cinta itu aneh. Jadi bukan tidak mungkin yabu suka aku.

“aku suka bau mu,” sudah kepalang basah, jadi aku biarkan saja lidahku terpeleset semakin dalam. Aku matikan sistem otakku untuk sementara, karena aku tau apapun yang ku perintahkan tidak akan dilaksanakan, dan membiarkan naluriku berbicara sendirinya.

“sungguh?”

“ya, membuat hatiku tenang. Bau tubuhmu bagaikan aroma terapi untukku.”

“kalau begitu, buat dirimu nyaman disini.”

“ya.” Aku merasa benar-benar melayang, dan tenagaku sungguh sudah habis. Mungkin jika tidak ada yabu, aku akan jatuh. Mengenaskan.

“Kei”

“hmmm”

“jangan paksakan dirimu”

“apa? Aku tidak pernah memaksakan diriku kok.”

“aku khawatir”

“kau tak perlu khawatir. Sungguh” aku tak pernah sekalipun merubah posisiku, dan yabu juga sepertinya tidak berusaha berpindah posisi. Kami nyaman begini.

“Kei, kau tau maksudku. Foto di majalah duet ini buktinya.”

“Kota, aku….”

“sssstt, aku tidak mau dengar alasanmu, apapun itu.”

“tapi…”

“Kalau kau tak bisa lakukan itu demi dirimu, lakukan demi aku. Kau mau kan Kei?”

“fuuuuuh baiklah. Malam ini aku tidak menelponmu, aku janji. Tapi aku nggak akan tanggung jawab kalau kamu tiba-tiba kangen.” Tak ada gunanya menentang keinginan yabu. Mungkin juga aku yang salah, sudah terlalu membuatnya khawatir.

“nggak akan.”

“bohong”

“ingat, tata buku-buku mu dengan rapi ya.”

“I’m a neat person”

“hahaha okay. Lalu tugasmu…”

“tugasku? Apa?”

“Tugas kuliahmu. Aku tau itu sangat penting. Tapi kau sudah bekerja terlalu keras. Kuliah dari pagi hingga sore, lalu kau juga harus latihan, dan kau masih mengerjakan tugasmu yang menumpuk.”

“tapi itu kan…”

“malam ini saja Kei, kumohon. Aku tau kau adalah orang yang bertanggung jawab. Tapi aku minta, malam ini saja. Bisakah kau melupakannya. Aku janji aku akan membantumu mengerjakannya.”

“oh haha Ko, kau kan tidak ikut kuliah bareng aku. Memangnya kau bisa?”

“mungkin tidak, tapi aku bisa bantu dengan cara lain. How?”

“ok.”

“tidur yang nyenyak malam ini. Jangan sampai yamada mengejekmu gara-gara kantung matamu yang besar itu muncul lagi.”

“dasar anak itu.”

“janji?”

“janji. Hm Ko,…”

“ya.”

“aku senang kau adalah pacarku dan aku bersyukur aku adalah milikmu.”

“I love you, Kei.”

“Ko, love me more, please.” Walaupun aku sudah setengah sadar  waktu itu, tapi aku bisa merasakan yabu mengangguk di kepalaku. Sungguh, aku adalah laki-laki yang palng beruntung di dunia ini.

***

#inoo kei, #yabu kota, !fanfiction

Previous post Next post
Up