Tentang R

Dec 08, 2012 13:24


Tentang R

Ini kisah tentang R dan (terutama) groupies-nya. Siapakah R? Hm. Pertanyaan ini lebih baik dijawab dengan kisah pertemuan kami dengan R. Ya, kami  bukan aku.

Aku belajar tari bali sudah cukup lama (dengan skill yang konsisten nggak berkembang :D) dan sekarang gabung dengan komunitas tari bali SJ. Aku belajar tari-tari putra karena selain suka, karakterku memang lebih cocok dengan tari putra. Pada pentas rutin kemarin, aku menari Baris. Tari itu termasuk jenis tari putra gagah. Semula, guru tari Baris itu adalah Pak P yang walau udah 60 tahun tapi masih cakep dan charming (dan playboy :P). Karena beliau sibuk berat mengajar di kampusnya, tugas mengajar tari Baris diserahkan pada mahasiswanya yang mumpuni di tari itu. Dialah R.


Aku sih biasa-biasa aja diajar R. Pendekatan dan gaya yang dipakai R memang beda dengan gaya Pak P, dan lebih menguras tenaga. Jadi wajar dong kalo aku yang udah uzur ini lebih cepet capek dibanding kalo diajar Pak P. Tapi temen-temen cewek menganggap itu lain. Mereka memandang itu karena faktor R yang masih oh-so-brondong dan -ahem- bening. Mereka diam-diam (semacam) ngiri melihat aku bertiga diajar R. oh ya, cuma tiga orang yang menarikan tari Baris ini, dan aku satu-satunya yang kaum hawa. Eh padahal kalo diajar R mah rasanya biasa aja lho. Boro-boro inget buat merhatiin wajahnya (dan menyimpulkan kalo dia bening). Aku lebih sibuk merhatiin gerakan dia dan stress karena nggak bisa menirukan. Jadi wajar dong kalo aku rajin dateng dan sering nanya-nanya. Nah itu mungkin yang dikira temen-temen sebagai ‘mulai muncul sisi feminine alias genitnya’.orz

Beberapa hari menjelang pementasan, kami semua latihan bareng penabuh gamelan. Maksudnya biar bisa klop antara tari dan musiknya gitu. Nah suatu hari eh malem deng, R tampil dengan kaos tanpa lengan. Yeah sebetulnya sih bau yang meruap jadi terasa kurang nyaman gitu sih bagiku, belum lagi ditambah aku kerepotan antara merhatiin musik live, menyelaraskan gerak dengan musik (dan harus memimpin musik), plus minder melihat gerakan tari R yang serba indah. Eh ternyata di pinggir ruangan itu terjadi banjir darah! Selepas kami penari Baris latihan, temen-temen cewek menebar pengakuan. Mereka mengaku mimisan melihat R menari dengan kostum tanpa lengan itu. Uwoh. Gara-gara cerita mereka yang serba bombastis itu, aku jadi penasaran pengen nonton R menari solo.

R memang dijadwalkan menyumbang satu tarian di pentas itu. Dia menari Jauk yang menggambarkan raksasa yang sedang mencari mangsa ato apalah gitu. intinya, itu jenis tari putra keras (gagah) yang cucok dengan karakter R…atau setidaknya karakter yang ada di benak kami, para fangirls R. hehe. So, pada saat gladi resik, aku bertekad harus nonton dia latihan. Kenapa? Karena kostum tari Jauk itu pake topeng, jadi wajah manis R bakal tertutup topeng dong kalo doi pentas. Lagipula selama aku belajar menari, aku menganggap para penari itu justru lebih cakep dan seksi kalo sedang latihan. Tanpa riasan, tanpa wibawa kegagahan atau kecantikan kostum, wajah lelah penuh keringat mereka justru kelihatan lebih seksi. Cobain deh kalo gak percaya (lho?!) Oke balik ke R. Menjelang giliran R latihan di panggung, itu cewek-cewek udah pada berbaris di depan panggung sambil bawa tisu. Wkwkwk. Aku tentu saja ikut bersama mereka. Kapan lagi bisa fangirling berjamaah seperti ini? :D Dan bener aja, waktu R menari, itu fangirls udah pada resah sendiri. “Aku bergetar atas-bawah nih,” , “pegang tanganku. nih, badanku merinding semua,”, “pegangin aku dong, biar aku nggak lari ke panggung buat meluk dia.” Wakakak heboh kan komentar-komentar mereka.

Tapi itu belum seberapa dengan yang terjadi di malam pentas. Aku membahas dulu pentas dia ya. Ternyata pesona R tak terkalahkan oleh tebalnya topeng, sodara-sodari! Walau tampil dengan busana serba tertutup, wig gimbal, kuku panjang, dan topeng, R tetap bikin fangirls berkali-kali menyeka bawah hidung mereka. Mau tahu komentar mereka? Nih: “aih, kalo di pelukan dia, pasti rasanya nyaman sekali,” , “awww itu gerakan nangkep apa? Mau dong ditangkep dia”, dan “eh tubuh dia yang bergetar, kok gue yang basah ya?” jyahahah. Masih lebih seru peristiwa di ruang rias sih. Hehe

Ceritanya, tiga orang penari Baris ini dicuekin para perias karena yang kebagian jatah merias kami adalah R. Aku udah menduga kalo fangirls bakal heboh. Ternyata bener aja. Begitu giliranku dirias R, mereka mondar-mandir nggodain aku. Sampai-sampai R heran. Mungkin dalam hati bertanya, kok mbak yang satu ini populer amat sih sampe digodain temen-temennya? Padahal yang digodain itu sebetulnya kamu, dik R. Aku antara geli dan sebel gitu digodain mereka. Sebelnya karena aku nggak bebas ikut fangirling bareng mereka. Hehehe. Trus setelah pentas usai, ada yang nanya, “enak dong mbak, kamu dirias R. Duduk berhadapan, berdekatan, nafas kalian saling beradu,… wah, kamu sudah dibuahi, mbaaak!” Hasyah! So, biar mereka makin heboh dan ngiri, aku tambah-tambahin donk. Aku bilang kalo tangan R itu haluuuus (ya iyalah doi kan penari, bukan tukang tambal ban ato angon kebo :P). Sewaktu jempol kaki kami bersentuhan, kulitnya terasa dingin. Eh ralat. Demi kepentingan fangirling, istilah ‘dingin’ harus diganti dengan ‘sejuk’. :P Trus, waktu menatap mata R dari jarak yang begitu dekat, kalian pasti bisa membayangkan bagaimana kalo sepasang mata itu menatap dengan penuh rasa sayang. Oh iya. Dan tahukah kalian rasanya ketika tangan R menyentuh ujung bibirmu? XDD.

Well, sebagian yang aku tulis itu nggak aku omongin sih ke mereka. Tapi tanpa itu aja mereka tetep heboh fangirling kok. Sampe beberapa cewek bilang kalo tahun depan mereka mau ambil kelas tari Baris. Padahal gerakan mereka itu cewek banget. Hahahah. Demi diajarin pak guru yang bronis, apa sih yang enggak? Wekekek.

Yeah, intinya sih jiwa fangirl itu ada di mana-mana. Dan aku menikmati fangirling ini. Serasa kembali ke masa SMA, kala cewek-cewek ngumpul untuk mengagumi seorang cokiber (cowok idaman bersama) lewat. Tidak ada rasa ingin memiliki si cowok, apalagi rasa ingin bersaing dan saling jegal untuk mendapatkan si cowok. Hanya ada keasyikan mengagumi sosok idaman dari jauh. Kalaupun si cowok datang dan menawarkan romansa pada salah satu dari kami, kami malah blingsatan dan sibuk bertanya ke sesama fangirls, “aduh gimana nih?” dan digemakan terus oleh fangirls lain  "gimana nih?",  "gimana nih?" … sampe si cowok capek dan bosan sendiri. Hahahah.

indonesia, rl, fangirling, rambling, tari

Previous post Next post
Up