just a little fanfics

Oct 27, 2015 22:28


it's just a little fiction with the random jeon and the cute kim.
why should jeon wonwoo and kim mingyu? because they are my new otp.....
i will post the title of this fanfics and their photos later,,,,
oh, just fyi, the name for this otp is meanie. so they are literally is meanie couple.
prepare yourself, you will read the random fanfics ever. wkwkwkwk

Namaku Jeon Wonwoo. Aku kehilangan keluargaku didalam sebuah kecelakaan beruntun saat aku berumur 14 tahun. Walaupun aku tidak berada di tempat kejadian dimana orangtuaku meninggal, namun di hari itu pula aku kehilangan semua ingatanku. Semua orang mengatakan jika ingatanku yang hilang ini dikarenakan adanya trauma berat karena datangnya musibah yang secara beruntun menderaku. Saat itu sebenarnya aku tidak hanya kehilangan orang tuaku, tapi juga semua rumah dan asset kekayaan kami. Aku juga tidak tahu bagaimana semua kekayaan ini bisa kembali kepadaku. Hanya saja sejak aku kehilangan ingatanku, ada seorang lelaki yang berusia lebih muda daripadaku, dia selalu berada disisiku dan dialah yang mengurus semuanya untukku. Aku merasa tidak berguna dihadapannya, namun aku mempercayainya. Bahkan jika dia meminta hidupku sekalipun, aku juga akan mempercayakan hidupku ditangannya.
.
.
.
Aku sedang memakan roti bakarku sekarang. Tentu saja roti. Kita semua para bangsawan akan memakan roti bukan untuk sarapan? Bahkan aku selalu memakan dan menghabiskan roti-roti ini disaat aku tidak seharusnya melakukannya. Aku sedang memakan roti-roti ini sambil menatapnya. Iya, menatapnya yang sedang tersenyum ramah melayaniku. Aku benar-benar tidak tahu apa niatnya dimasa depan dan apa yang dia inginkan dariku. Tapi semuanya terlalu sempurna untukku. Karena terlalu sempurnanya, bahkan semua ini membuatku berpikir tentang apa yang telah kujalani hingga aku pantas untuk mendapatkan hidup yang seperti ini. Apakah hilangnya ingatanku juga ada hubungannya dengan semua ini? Lalu apa yang akan terjadi seandainya aku mendapatkan ingatanku kembali? Apakah ia akan menghilang dari hidupku? Apakah mungkin jika kesempurnaan yang ia tunjukkan padaku ini adalah upaya untuk menebus apa yang telah ia lakukan padaku dimasa lalu? Lalu, apa yang pernah ia lakukan padaku dimasa lalu? Apakah seburuk itu hingga memang seharusnya semua kenangan itu dilupakan?

Jika aku boleh berkata jujur, bahkan ia adalah hal yang paling sempurna yang pernah terjadi padaku.
.
.
“mingyu-ya, kita akan kemana setelah selesai sekolah?”, tanyaku padanya. Sekarang aku sudah berumur 18 tahun. Sudah 4 tahun ini dia bersamaku. Entah kenapa ia memiliki sifat yang bertolak belakang denganku. Aku adalah seorang lelaki yang tidak memiliki orang tua, yang dikasihani oleh orang di seluruh kota. Aku jarang tertawa, pergerakanku terbatas, mukaku datar, sikapku pasif, dan seluruh hal negative lainnya yang ada di dunia ini. Yang paling buruk dari itu semua adalah kenyataan bahwa aku kehilangan ingatanku. Sedangkan dia, dia lebih tinggi dariku, walaupun pada kenyataannya dia beberapa tahun lebih muda dariku. Dia sangat ramah, murah senyum, dapat diandalkan, dapat dipercaya, mudah bergaul, dan memiliki semua hal positive lainnya yang ada di dunia ini. Yang paling penting adalah ia selalu ada disisiku dan menemaniku disaat-saat terberatku, walaupun sejak hari pertama aku bertemu dengannya juga adalah hari pertama terberatku sejak aku hidup dengan memulai dunia dan kenangan yang baru.
“jadwal kita sepulang sekolah adalah mengunjungi cabang perusahaan yang baru dibangun di Pulau Jeju. Lalu nanti malam kita mendapatkan undangan makan malam dari Tuan Choi”, katanya menjelaskan dengan senyum yang ramah dibibirnya.
“mingyu-yaa, sebenarnya apa yang telah terjadi padaku?” kataku lagi padanya dengan menerawang diantara pohon-pohon yang kami lewati. Kami sekarang berada didalam mobil yang sedang bergerak menuju ke sekolah. “apakah kau pernah berpikir untuk meninggalkanku?”, sambungku kepadanya, ia hanya menatapku dan menungguku hingga aku menyelesaikan kalimat-kalimatku. “aku telah kehilangan orang tuaku, pernah kehilangan semua harta kekayaan penopang kehidupanku, dan hingga sekarang aku kehilangan ingatanku. Apakah aku memang layak untuk tetap hidup?”
“sebenarnya apa yang coba kau katakan, hyung?”, jawabnya padaku dengan tutur kata yang lembut dan dengan wajah yang tidak bisa ditebak. “kau bilang aku bisa menganggapmu sebagai temanku sehingga aku memanggilmu dengan sebutan hyung. Jujur saja, aku lebih nyaman memanggilmu dengan sebutan tuan dan membuatmu menyadari jika aku adalah pelayanmu dan sampai kapanpun aku akan tetap disisimu dan tidak akan pernah meninggalkanmu.”, sambungnya dengan tersenyum. Sekarang kita sudah sampai didepan gerbang sekolah dan ia menghentikan kata-katanya untuk sekedar turun dari mobil dan membukakanku pintu. Setelah turun dari mobil, aku segera berjalan tanpa menunggunya karena aku tahu ia akan mengikutiku dibelakang. Aku sengaja memelankan langkahku karena aku tau perkataannya tadi belumlah selesai. Aku menunggunya untuk melanjutkan kata tanda kesetiaannya padaku itu. “kau memang kehilangan orang tuamu hyung, tapi kau menemukan aku. Kau juga pernah kehilangan hartamu kan, karena itu aku ada, membuatmu bangkit, dan bahkan mengembalikan semua harta yang pernah kau miliki. Dan hingga kini kau tak kunjung mendapatkan ingatanmu kembali, walaupun aku tidak tahu bagaimana masa lalumu, tapi disinilah aku, berdiri untuk mengisi hari-harimu dan ada untuk menciptakan ingatan-ingatan baru yang takkan pernah lagi bisa kau lupakan. Jadi jika kau bertanya tentang kelayakanmu untuk tetap hidup, maka jawabannya adalah tentu saja. Tentu kau harus hidup. Dan disinilah aku sebagai pelayanmu untuk membuat hidupmu menjadi semakin mudah sehingga kau akan lebih memandang kedepan dan tidak lagi mempermasalahkan apa yang ada dibelakang”. Kata-katanya cukup membuat hatiku menghangat. Jujur saja, saat ini jawaban itulah yang memang kubutuhkan. Sampai saat ini dia tidak pernah sekalipun mengecewakanku, tapi aku tetap merasa tidak pantas untuk mendapatkan seorang pelayan yang seloyal ini kepadaku.
.
.
.
“bukankah mengagumkan bahwa kau bisa menemukan pelayan yang setangguh itu dan sangat bisa diandalkan diumurnya yang masih muda itu?”, kata tuan choi padaku diperjamuan makan malam kami. Dia sekarang sedang memuji mingyu. Aku setuju dengannya dan bahkan aku saja masih bingung bagaimana aku bisa menemukan seseorang sepertinya.
Namun, Kenapa aku harus melewati ini semua? Perjamuan ini sungguh membosankan karena selain aku, mereka semua adalah para bangsawan yang telah berumur. Hanya karena aku sekarang adalah kepala keluarga Jeon, bukan berarti aku juga harus berpura-pura tersenyum saat menemui para bangsawan-bangsawan terhormat ini yang selalu mengajakku mengenang seperti apa orang tuaku dulu dengan mengenyampingkan kenyataan jika aku telah melupakan segalanya.
“saya juga merasa terhormat, tuan, karena bisa menemukan seseorang yang umurnya tidak terpaut jauh dengan saya dan sangat dapat diandalkan seperti dia”, jawabku dengan senyum palsuku. Aku tahu apa maksud tuan Choi. Telah lama tuan choi mengincar mingyu dan sangat menginginkan mingyu untuk menjadi pelayannya dan bekerja dibawahnya. Bahkan tuan choi juga menggunakan anak gadisnya yang rupawan untuk menjerat mingyu dan membuat mingyu meninggalkanku. Sebenarnya, cara-cara kotor seperti itu tidak hanya dilakukan oleh tuan Choi, karena hampir sebagian besar para bangsawan yang kukenal di kota ini menginginkan mingyu. Mungkin karena itulah terkadang aku merasakan ketakutan jika seandainya nanti mingyu menerima ajakan dari salah satu para bangsawan tersebut dan meninggalkanku.
“mungkin saja jika kau memiliki pelayan lain yang dapat diandalkan sepertinya, kau bisa menyuruhnya untuk bekerja padaku”, kata tuan choi sambil tertawa lebar. Aku tau ia sedang bercanda dengan kata-kata seriusnya. Namun kata-katanya sama sekali tidak terasa lucu untukku.
“akan saya pastikan tuan jika saya sendiri yang akan mengirimnya untuk menghadap kepada tuan”, ucapku dengan tersenyum tipis. Aku sudah tidak kuat lagi untuk berada disini bersama orang-orang yang tidak kusukai ini. Karena itulah aku segera memberi tanda kepada mingyu untuk segera pergi menyiapkan mobil karena sebentar lagi aku akan meninggalkan kastil megah dengan suasana yang membosankan ini.
.
.
“kenapa hampir setiap hari aku selalu mendatangi perjamuan dengan para bangsawan itu? Aku sangat lelah. Bisakah semua ini berhenti?”, kataku dengan tegas padanya. Ia tidak terkejut dengan pernyataanku yang tiba-tiba ini. Dengan senyuman khasnya, dia mengatakan “tapi pertemuan ini hanya untuk urusan bisnis”. Memang selama ini aku mendatangi pertemuan menjemukan ini dengan alasan bisnis, namun saat aku disana selalu saja ada maksud tersembunyi yang dimiliki oleh para bangsawan tersebut. Semua ini hanya membuatku semakin muak saja. “lalu, dengan terang-terangan memintamu untuk bekerja dengan mereka apakah termasuk sebagai urusan bisnis? Hanya karena aku masih muda, tidak berarti mereka bisa memperlakukanku seperti ini”, kataku kemudian dengan sedikit nada emosi disetiap pengucapan kata-kataku. “tapi lihatlah, aku masih bersamamu. Aku sama sekali tidak tertarik untuk bekerja dibawah mereka”, kata mingyu menjawab pernyataan emosiku. Tapi bukankah itu untuk sekarang? Bagaimana jika nanti mingyu tertarik untuk meninggalkanku? “tapi mereka melakukan cara apapun untuk mendapatkanmu. Jujur, setiap hari aku sangat takut kehilanganmu. Aku membenci diriku karena aku tidak mampu untuk mempertahankanmu”, kataku dengan nada rendah, hampir seperti berbisik, kontras sekali dengan mataku yang mulai menyipit dan menajam.
“hyung, kau tidak perlu memikirkan bagaimana cara mempertahankanku. Akulah yang akan tetap bertahan bersamamu”, dan lagi, kata-katanya selalu berhasil untuk membuatku tersenyum dan menghangatkan hatiku yang membeku.
.
.
to be continued

Previous post Next post
Up