Fake
Author: Noe Ichijo
Chapter: 1??
Pairing: RenoxShin, ToraxShou more to come
Genre: romance, angst, fluff
Rating: PG to NC-17
Language: Indonesia
Author's Note: fic ini dibikin gara2 eke mupeng liatin Shin joget2 gaje di PV fake LOL, tolong jangan bunuh gw karena gw belum lanjutin NNY ama 69-II LOL *kabur*
comments are really appreciated guys~~
Chapter 1
Shin menggeliat di atas futonnya. Ia mengerjapkan matanya perlahan, saat mencium bau harum masakan dari dapur. Setelah puas berbaring untuk beberapa saat, Shin menyambar sebuah sweater putih, lalu berjalan menuju dapur apartemennya. Disana, tampak Shou sedang memasak sarapan untuk Shin dan adik-adiknya. Shou tersenyum saat melihat sosok Shin, dan langsung mengamilkan sarapan untuknya.
“Ohayou Shinchan, kau segeralah sarapan. Aku masak miso dan ikan bakar. Oh ya, Ivu sudah berangkat ke sekolah, jadi kau hanya perlu mengantarkan Ko-ki saja nanti.” Ucap Shou.
“Ah, arigatou Shouyan~ kau tak perlu repot memasakkan aku dan adik-adikku sarapan. Sebaiknya kau menemani Torashii saja..”
“Bukan masalah buatku. Kau dan adik-adikmu sudah seperti keluarga kami. Lagipula kau pasti masih lelah karena semalam.”
Shin hanya mengangguk singkat. Pengalamannya malam sebelumnya cukup membuat ia menguras tenaga. Bagaimanapun itu adalah pertama kalinya ia melakukan pertunjukan tunggal. Shin menghela nafas, lalu menghabiskan sarapannya dan beranjak ke kamarnya, mengganti pakaiannya lalu bersiap untuk berangkat kuliah.
“Ne, Shouyan, aku berangkat dulu ya, Ko-ki ada di rumahmu bersama Torashii kan?”
“Un, hati-hati di jalan ya.”
“Haik”
Shin kemudian berjalan menuju genkan, merapikan rambutnya sejenak lalu beranjak untuk menjemput Ko-ki di apartemen sebelah kemudian mengantarkan bocah itu ke sekolah. Perjalanan Shin mengantar bocah itu cukup lancar tanpa halangan yang berarti. Setelah Shin mengantarkan Ko-ki, Shin kemudian memacu sepedanya menuju bangunan universitas yang tidak jauh dari SD Ko-ki yang kebetulan satu yayasan dengan universitasnya.
Saat Shin memarkirkan sepedanya, dari kejauhan ia melihat kerumunan para gadis sibuk berteriak kegenitan sambil merubung dua orang pemuda. Kedua pemuda itu tak lain adalah Reno dan Ryoga yang memang sangat terkenal akan ketampanan mereka.
Shin bergidik saat melihat para gadis itu semakin liar. Ia benar-benar tidak ingin memiliki sedikitpun urusan dan tidak ingin memiliki kontak sama sekali dengan kedua orang itu.
Sementara Shin sibuk dengan pikirannya, tanpa ia sadari ia berjalan dengan sangat cepat -nyaris berlari sebetulnya- hingga ia menarak lengan Reno. Shin tidak mempedulikan itu. Ia terus berjalan hingga akhirnya memasuki gedung utama universitasnya. Tanpa ia sadari, Reno menoleh ke arahnya, dan menatap punggungnya yang semakin menjauh hingga lama kelamaan semakin menghilang.
Ryoga menatap Reno yang saat itu masih tidak bisa mengalihkan pandangannya dari arah pintu masuk gedung utama. Ditepuknya pundak sahabatnya dengan lembut, lalu ia berkata,
“Siapa yang kau lihat?”
Reno tersenyum, lalu menyentuh bibirnya pelan.
“Seseorang yang sudah mencuri hatiku. Rupanya dia juga mahasiswa disini. Dunia begitu sempit ya.”
Ryoga terkekeh. Ia teringat kejadian semalam, saat ia berjalan mencari Reno di club Rainbows. Ia menemukan temannya itu, tengah terpaku menatap penari baru di klub itu. Dan saat ia hendak menghampiri temannya itu, Ryoga terkejut saat melihat sang penari memberikan ciuman kepada Reno.
Ryoga hanya menggeleng lalu menepuk pundak sahabatnya pelan,
“Sebaiknya pikirkan kembali rencanamu. Kau pasti tidak ingin kalau malaikat kecilmu itu menjadi incaran para fansmu kan?”
Reno tersentak. Ia nyaris saja melupakan hal yang sangat krusial itu. Sambil menghela nafas berat, Reno kemudian berjalan memasuki mobilnya, dan memacunya keluar dari lingkungan kampus.
--
Waktu terasa berjalan sangat cepat. Saat ini, Reno, tampak duduk di tempat seperti biasa setiap kali ia mengunjungi club Rainbows. Reno kembali menyambangi club ini, karena ia sangat penasaran dengan malaikat kecilnya. Setelah memenangkan perdebatan dengan Ryoga (yang saat itu sesungguhnya malas untuk diseret Reno ke club), Reno langsung memacu mobilnya dan seperti yang bisa kita lihat, kini ia sudah berada lagi di club malam yang sangat terkenal itu.
Reno menyapukan pandangannya ke sekeliling ruangan. Ia menghela nafas pelan, saat ia tak menemukan sosok malaikat kecilnya. Saat Reno hendak melangkahkan kaki meninggalkan club itu, terdengar suara musik yang menghentak dari arah panggung. Pria itu kemudian mengalihkan pandangannya, menatap panggung yang disinari cahaya-cahaya lampu terang dan bersinar keperakan. Dari arah back stage, Shin muncul, dan mengenakan tight jeans warna hitam, tank top hitam dan jaket bulu yang juga berwarna hitam.
Sungguh berbeda dengan image Shin malam sebelumnya.
Reno langsung berjalan menuju ke dekat panggung, mengamati setiap gerakan lentur Shin. Pria itu tak bisa mengalihkan pandangannya dari sosok yang terlihat sangat berkilau di depannya itu.
Shin menari dengan sangat lembut dan menggoda, membuat semua penonton terbang ke alam imajinasi mereka. Saat itu, tanpa sengaja Shin melihat sosok Reno. Shin tersenyum, lalu menghampiri pria itu lagi, dan mendekatkan tubuhnya hingga menyentuh dada bidang pria itu.
Shin tersenyum, dan menjilat bibirnya dengan gerakan menggoda. Ia kemudian membuang jaket bulunya, lalu mengelus pipi Reno perlahan. Reno tersentak saat melihat leher telanjang Shin. Sungguh menggoda, mengingat bahwa pria itu memiliki fetish terhadap leher yang jenjang seperti milik Shin.
Reno menelan ludahnya, saat ia merasakan tubuh Shin semakin menekan tubuhnya. Ia merasakan panas yang cukup menyengat di bagian tubuh bawahnya. Siksaan ini benar-benar keterlaluan. Saat ini, yang ada di otak pria itu hanya satu hal. Ia ingin menekan tubuh Shin di tembok, lalu memuaskan hasratnya yang semakin besar dikarenakan semua sentuhan Shin di tubuhnya, dan juga menyalurkan panas yang membuat dirinya berkobar akan hasrat untuk memiliki pria cantik di depannya itu.
Saat Reno hendak menyentuh Shin, pria itu langsung berkelit, dan kembali berjalan menuju panggung. Shin melakukan gerakan terakhir, lalu menatap Reno dan tersenyum kepada pria itu, dan berjalan kembali menuju back stage, meninggalkan Reno yang tersiksa dengan hasrat yang semakin memuncak.
Sambil menggigit bibir bawahnya, Reno langsung berjalan menuju toilet terdekat, kemudian memuaskan hasrat tak tertahannya yang semakin menggelora dan menyiksa tubuh bagian bawahnya itu.
---
“Otsukaresama deshita Shinchan!” Shou langsung memeluk Shin dengan sangat erat.
Shin tersenyum, dan memeluk balik pria cantik itu. Ia merasa lega karena pekerjaannya hari ini telah selesai. Sambil mengelap wajahnya yang basah akan peluh lalu menyambar air mineral terdekat. Saat itu, Tora tersenyum dan menepuk kepala Shin pelan.
“Kau sudah mempertimbangkan tawaranku Shinchan?” Tanya Tora.
Shin menatap Tora, lalu mengangguk. Shou tampak cemberut, tidak senang ada sesuatu yang dirahasiakan di balik punggungnya. Ia kemudian menubruk Tora hingga pria itu oleng, dan memancing rawa berderai dari Shin.
“Ne, Torashii, tawaran apa yang kau berikan kepada Shinchan?” Tanya Shou sambil memencet hidung Tora.
Tora tertawa, ia kemudian berdiri, dan membershihkan celananya yang terkena debu. Pria itu kemudian menepuk kepala Shin dengan lembut,kemudian berkata,
“Aku sudah mempertimbangkan, untuk membuat private room untuk Shin. Dan Shin sudah menyetujuinya. Dia sendirilah yang akan memilih siapa costumer yang pantas untuk memasuki private room miliknya.”
“Eeehh?? Secepat itu?” Shou terbelalak tak percaya.
Untuk mendapatkan private room, diperlukan banyak pengalaman agar tidak membuat tamu kecewa. Shou menatap Shin dengan ekspresi cemas. Ia khawatir, kalau Shin akan disakiti atau akan mendapat perlakuan tidak menyenangkan. Shin tersenyum, lalu menggenggam tangan Shou dengan erat.
“Tenanglah Shouyan, ruanganku nanti akan dilengkapi cctv, Torashii juga menempatkan security di depan ruanganku, kau tak perlu cemas denganku.”
“Lagipula Shouyan, kita menjual sisi polos Shin. Kita tidak menjual erotisme Shin, walaupun itu terserah Shin untuk mengeluarkan sensualitas miliknya atau tidak. Kau percaya kan kepada kami?” Tanya Tora, kemudian menggenggam tangan Shou, bersamaan dengan Shin.
Shou menghela nafas berat. Memang, ia yang mengajukan usul untuk mempekerjakan Shin. Tapi ia belum siap untuk membawa Shin ke jenjang lebih lanjut. Ia masih ingin melindungi sisi polos dan kekanakan bocah itu. Shou kemudian menatap Shin, tepat di mata Shin. Ia berusaha menyelami perasaan bocah itu, dan menemukan secercah tekad dan kemauan yang sangat kuat.
Shou endesah pelan, dan akhirnya menganggukkan kepalanya. Shin langsung tersenyum gembira, lalu memeluk Shou dengan erat.
“Arigatou Shouyan! Aku sayang sekali padamu!”
Shou tersenyum kecil dan mengangguk. Ia menatap Tora, memohon supaya pria itu menepati janjinya untuk menjaga Shin. Tora mengangguk mantap dan mengelus kepala Shou. Dia sudah berjanji akan menjaga Shin dan ia pasti dapat memenuhi janjinya itu kepada Shou, dan juga kepada almarhumah ibu Shin. Sambil menatap kedua pria di depannya, Tora memejamkan matanya, meyakinkan dirinya bahwa dia pasti, dan harus bisa untuk menepati janjinya itu, demi kebahagiaan orang-orang yang ia cintai.
TBC