初恋
Author:
noe_sakamoto Chapter: oneshot
Pairing: ToraxShou
Genre: fluff
Rating: PG
Language: Indonesian
Author's Note: fanfic iseng, maap kalo jelek*kabur*
Aku menghela nafas pelan,
Sudah beberapa hari ini aku selalu melakukan ini. Aku selalu memandangi tingkah lucunya itu dari balik jendela kelasku. Aku selalu tersenyum kecil setiap saat aku melihat wajah cemberutnya, senyumnya juga tawanya. Hanya ada satu yang aku inginkan, aku ingin sekali mengungkapkan isi hatiku ini kepadanya, tapi…. Entah kenapa aku tidak pernah bisa mengungkapkannya.
Hari demi hari berlalu,
Dan aku masih melakukan rutinitas harianku ini, aku masih setia memandanginya itu dari balik jendela ini. Saat aku masih asik memandanginya, aku merasakan sebuah tepukan mendarat di pundakku. Aku menoleh dan melihat beberapa sahabat karibku di belakangku.
“Hei, kenapa hanya dilihat saja hm? Sebaiknya segera saja kamu jujur kepadanya Torashi, daripada nanti malah ada yang mendahuluimu." kata Nao sambil tersenyum lembut.
“Iya, sebaiknya sih segera saja kau bicara jujur ke Shouyan, aku dengar para senpai banyak yang suka dengan dia juga.” tambah Hiroto.
“Entahlah Hiroto-kun, Rasanya aku masih belum berani untuk jujur. Dia.. terlalu sulit untuk aku raih.” Kataku sambil tersenyum masam.
“Hee... seorang Amano Tora tidak berani mengungkapkan perasannya. Julukan playboy sudah seharusnya kau tanggalkan Torashi.” Saga terkekeh sambil merangkulku dan sesekali mengacak rambutku.
"Siapa juga yang playboy." Ucapku sambil cemberut, dan kembali menghela nafas saat aku melihat sosok Shou tertawa bersama teman-temannya di seberang sana.
Yeah, saat ini aku menyukai salah satu kouhaiku, yang kebetulan adalah sahabat dekat Hiroto dan juga Saga. Entah kenapa hal ini terjadi aku juga tidak tahu. Pokoknya hal ini terjadi begitu saja, sangat alami dan tanpa aku sadari, kini aku tidak bisa memalingkan mataku darinya.
++
Latihan hari ini berjalan cukup lancar, hari ini kami sukses menciptakan lagu baru dan menyelesaikan musiknya. Saat kami sedang istirahat, tiba-tiba masuklah Shin, adik dari orang yang aku sukai itu ke dalam ruang latihan kami. Yang membuatku heran pastinya cuma satu hal, entah kenapa dia masuk dengan cengiran yang sangat mencurigakan menurutku, aku merasa kalau dia sedang merencanakan sesuatu.
Aku hanya mengamati Shin sambil bermain PSP milikku sambil berjaga-jaga kalau2 aku akan menjadi korban keisengannya. Tapi anehnya, hal yang aku takutkan tidak terjadi, yang ada malah Saga kini menghampiriku dan kemudian berkata,
“Hei, Shou ada di bawah. Kau tidak mau menghampirinya sekedar untuk say hello?” Kata Saga sambil menyeringai dengan lebar.
Mendadak aku merasa wajahku memanas, aku serasa kehilangan kata-kata. Hal ini tampaknya membuat teman-temanku itu menjadi tidak sabar dan kemudian mereka menyeretku paksa ke ruang tamu lalu meninggalkanku sendirian bersama Shou disana. Akan tetapi, sebelum mereka meninggalkan aku, mereka membisikkan sesuatu kepadaku,
“Good Luck…” kata mereka sambil menyeringai dan kemudian meninggalkan aku yang sudah merasa seperti terkena serangan demam panggung seorang diri di tempat ini bersama Shou.
Aku yang merasa sangat grogi, kali ini hanya bisa menggaruk kepalaku yang tidak gatal. Sial, padahal hanya bersama seperti ini aku sudah kebingungan setengah mati, baru pertama kali hal ini terjadi kepadaku. Sebelumnya aku tidak pernah merasa sebingung ini saat berhadapan dengan orang lain. Saat aku sibuk dengan pikiranku sendiri, tiba-tiba Shou sudah berada di depanku dan melambaikan tangannya tepat di depan wajahku.
“Torashi? Kata Saga-kun dan juga Shinchan, Torashi ingin berbicara sesuatu denganku??” Tanya Shou dan hal ini membuatku langsung tercengang seketika.
Sialan, rupanya mereka sudah merencanakan hal ini, aku benar-benar tidak tahu harus menjawab apa dan aku benar-benar kehilangan kata-kata sama sekali.
“Torashi? “ Shou tampak bertanya sambil melambaikan tangannya lagi tepat di depan wajahku.
“Ah, maafkan aku. Err...ah...” aku hanya bisa menatap Shou pasrah sambil menggaruk kepalaku yang tidak gatal.
“Ahahaha... Kau kenapa Torashi? Aku membuatmu canggung ya?” ucap Shou sambil tertawa.
"Ehh... err.. yaa begitulah. Ah! Maaf, bukan maksudku untuk.."
"Sudah-sudah, sebaiknya jangan terlalu memaksakan diri Torashi. Kau sungguh orang yang menyenangkan." Shou kembali tersenyum, lalu ia pun duduk di sofa besar di sebelahnya dan melambaikan tangannya kepadaku lalu berkata, "Kemarilah, kita bicara hal-hal yang ringan dulu saja. Kebetulan aku membawa beberapa manga dan PSP milikku." Ucapnya sambil menunjuk tumpukan manga dan juga sebuah PSP hitam yang dia lamai-lambaikan ke arahku.
Aku pun menghela nafas pelan, lalu tersenyum dan mengangguk. Senyuman Shou mengembang semakin lebar saat aku duduk di sebelahnya dan menyodorkan PSP milikku. Dan tanpa kusadari, tiba-tiba alur pembicaraan kami mengalir dengan sangat lancar, aku bahkan tidak merasa gugup sama sekali, berbeda dengan beberapa saat yang lalu. Kami berdua terus berbicang, dan juga sesekali bercanda dan mengomentari teman-teman kami. Ah.. Sepertinya aku harus mengucapkan terimakasih kepada Saga dan juga Shin setelah ini, karena berkat mereka aku bisa berbicara dengan Shou dan bisa melihat senyuman yang sangat aku kagumi itu dari dekat.
++
Sejak pembicaraan pertama kami di ruang tamu rumah Saga, kini aku dan Shou jadi lebih sering berbincang-bincang dan lebih sering bertemu. Kami memang sering bertemu, tapi itu pun tidak pernah sendirian, pasti selalu ada yang menemani, entah itu Hiroto, Saga atau Nao-san bahkan kadang Shin dan juga adikku, Reno ikut menemani.
Saat ini sudah hampir tiga bulan setelah pertemuan pertama kami. Aku dan Shou menjadi semakin dekat dan aku pun jadi semakin memahami bagaimana sifat Shou. Dia sangat tidak suka dimanjakan terlalu berlebihan, keras kepala, agak egois, sangat menyukai cream puff, soymilk, anime dan dia saangaat menyukai gyudon dan film horror. Aku masih ingat saat kami dan teman-teman kami pergi menonton film, Shou dengan otomatis langsung menunjuk ke arah film horror yang sedang diputar saat itu, sehingga otomatis aku, Nao-san dan juga Shin langsung memucat seketika.
Semakin lama aku mengenal Shou, semakin besar pula perasaanku kini tumbuh. Aku semakin merasa bahwa perasaanku kepada Shou bukan sekedar perasaan suka saja, perasaanku kepada Shou benar-benar murni rasa sayang. Semakin lama, aku semakin tidak tahan untuk mengungkapkan perasaanku kepadanya, aku benar-benar ingin Shou mengetahui bagaimana perasaanku, aku ingin membuatnya tahu tentang segala hal yang aku rasakan kepadanya.
Ya, aku harus membuat keputusan. Aku meyakinkan diri untuk menyatakan perasaanku kepada Shou, aku tidak ingin menyesal karena aku tidak menyatakan perasaanku kepadanya. Dan sekarang, aku telah menggenggam ponselku, dan aku mengirimkan pesan singkat kepada Shou, memintanya untuk datang ke café tempat dimana kami biasa berkumpul dengan teman-teman kami sepulang sekolah.
++
Beberapa saat kemudian, saat aku baru saja menyedot frappuccino milikku, aku melihat sosok Shou memasuki cafe, dan dia langsung berjalan menghampiriku lalu berkata,
“Maaf ya, aku terlambat. Torashi sudah lama menunggu?” Tanya Shou kepadaku yang saat itu kebetulan baru saja datang dan memesan minuman.
“Mm.. tidak Shou-kun. Aku baru saja datang dan memesan minuman. Kemarilah.." Kataku sambil menarik tangannya lalu mempersilakannya duduk di depanku.
“Ah, baiklah. Tumben Torashi mengundangku sendirian? Biasanya pasti selalu ada Saga-kun dan juga teman-teman kita yang lain.” Ucap Shou sambil tersenyum, lalu melambaikan tangan ke waitress dan memesan minumannya.
“Sesungguhnya ada yang ingin aku bicarakan denganmu Shou-kun.” Ucapku sambil -lagi-lagi- menggaruk kepalaku yang tidak gatal karena grogi.
“Eh? Mau membicarakan apa?” tanya Shou sambil mengaduk cappuccino miliknya.
“Err...bagaimana ya memulainya..uhh... ” lagi-lagi aku kembali menggaruk kepalaku yang tidak gatal.
Shou yang melihatku bertingkah seperti itu hanya bisa memandangku keheranan. Astaga Shou, kumohon jangan tatap aku seperti itu... aku malah akan semakin kehilangan kata-kata kalau kau menatapku seperti itu. Aku benar-benar bingung dan semua kata-kata yang telah kususun dengan sangat rapi di otakku seolah menguap seketika. Saat aku baru saja ingin memulai bicara lagi, tiba-tiba Saga dan juga Hiroto datang, lalu mereka berdua menepuk pundak Shou sambil berkata,
“Shouyan,” kata Saga sambil tersenyum, "Tora-kun sesungguhnya ingin mengungkapkan perasaannya kepadamu." katanya dengan santai dan diikuti oleh anggukan kepala Hiroto.
"Yup, dia menyukaimu Shouyan, tapi si macan tolol itu terlalu canggung dan terlalu pemalu untuk berkata jujur kepadamu." tambah Hiroto.
Aku langsung melongo begitu mendengar apa yang dikatakan oleh Hiroto dan juga Saga. Astaga, padahal aku belum berkata apapun, tapi kedua temanku itu malah sudah mendahuluiku untuk berbicara. Akan tetapi, hal membuatku menjadi semakin kaget, adalah ketika Shou bertanya kepadaku..
“I..itu.. Torashi, kau sungguh-sungguh menyukai aku?” tanya Shou dengan nada tidak percaya.
Aku bingung harus menjawab apa, karena sekali lagi, semua kata-kata yang ingin kuucapkan seolah tertelan lagi setiap kali aku melihat mata indah Shou. Aku cuma bisa diam dan meringis pelan lalu mengangguk. Akan tetapi, pada saat itu juga cengirannku langsung hilang seketika, ketika aku merasakan sebuah pelukan hangat mendarat di tubuhku.
Aku merasakan Shou memelukku, sebuah pelukan yang memang belum pernah aku rasakan dan aku dapatkan dari siapapun yang pernah menjalin hubungan denganku, pelukan yang hangat, nyaman dan menentramkan hati. Aku terdiam dalam pelukan Shou. Setelah beberapa saat, kuberanikan diriku untuk mengelus pelan rambut Shou yang terasa sangat lembut dan halus di tanganku. Saat aku masih menikmati pelukan Shou, aku merasakan dadaku basah dan aku pun melepas pelukan Shou lalu memandang wajahnya yang sembab karena dia menangis.
Aku pun menggerakkan tanganku untuk menghapus air matanya, dan kemudian aku mengecup dahinya lalu berkata,
“Aku.. menyukaimu Shou-kun.” kataku sambil tersenyum, lalu aku memeluknya lagi.
Aku merasakan dadaku semakin basah, aku hanya diam sambil mengelus kepala Shou pelan. Perlahan, akhirnya tangisan tanpa suara itu berhenti. Shou pun melepaskan pelukannya dari tubuhku dan kemudian dia memandangku dan memelukku lagi.
Saat memelukku, aku mendengarnya membisikkan sesuatu kepadaku.
“Maaf Torashi, aku... juga sudah tidak bisa menahan perasaanku juga. Aku juga sudah lelah untuk membohongi diriku sendiri, meyakinkan diriku kalau selama ini hanya aku yang menyukaimu. Aku... selama ini aku juga menyukai Torashi, maaf ya?" Shou berkata seperti itu sambil memeluk tubuhku makin erat.
Aku pun membalas pelukan Shou sambil mengecup kepalanya dengan lembut, aku sangat senang karena ternyata Shou memiliki perasaan yang sama seperti yang kurasakan padanya selama ini. Setelah berpelukan cukup lama, kami pun saling melepaskan pelukan tadi dan kemudian kami tersenyum bahagia. Aku dapat melihat kebahagiaan terpancar di mata Shou, dan aku juga bisa melihatnya bahwa dia juga sama bahagianya seperti aku saat ini.
Hari ini benar-benar hari yang sangat membahagiakan bagi kami, aku berjanji untuk tidak melupakan hari ini seumur hidupku. Oh ya, aku harus berterima kasih kepada Saga, Hiroto dan juga yang lainnya. Karena berkat mereka semua, akhirnya aku bisa mengungkapkan perasaanku yang sesungguhnya kepada Shou. Saat aku hendak mencari Saga dan juga Hiroto untuk mengucapkan terimakasih, ternyata mereka berdua sudah tidak ada. Mungkin mereka sudah pulang, lebih baik nanti aku telepon mereka berdua dan mengucapkan terimakasih karena berkat bantuan mereka, aku dan Shou akhirnya menjadi sepasang kekasih.
Karena kepentingan kami di café sudah selesai, aku pun mengajak Shou untuk pergi meninggalkan café. Kami sangat senang dan bahagia karena akhirnya kami bisa bersama seperti ini. Aku harap, hubungan kami dapat berjalan mulus selamanya, karena aku yakin, hanya Shou seorang yang akan terus mengisi celah di dalam hatiku ini. Baik sekarang maupun nanti, sosok Shou tidak akan pernah tergantikan oleh siapapun.
Saat kami berdua berjalan di trotoar, dengan malu-malu aku pun meraih tangan Shou, dan menggandengnya sambil menahan semburat merah di pipiku. Aku bisa melihat senyuman kembali mengembang di bibir Shou. Kami berdua pun terus berjalan tanpa tujuan, membiarkan langkah-langkah ringan kami membimbing kami untuk berjalan dan menapaki hubungan kami yang masih akan terus berkembang membentang seperti jalanan yang terbentang dengan lebar di depan kami. Selama kami bersama, aku yakin bahwa kami bisa melewati semua hambatan yang menunggu kami di depan sana, apapun bentuk hambatan itu pasti bisa kami lalui dengan sangat lancar. Saat aku tiba di depan gerbang rumah Shou, aku tersenyum, dan mengecup dahi Shou lalu berkata,
"Aku mencintaimu Shou-kun. Sekarang dan juga nanti."
Tersenyum, Shou menganggukkan kepalanya dan ia pun mengecup pipiku pelan.
"Aku juga Torashi. Sekarang, dan juga nanti, perasaan ini tidak akan berubah. Hati-hati di jalan ya."
Aku kembali mencengir lebar setelah Shou berkata seperti itu. Setelah beberapa saat, aku pun melambaikan tanganku ke arah Shou, berjalan meninggalkan Shou yang masih melambaikan tangannya juga sambil tersenyum kepadaku.
Namaku Amano Tora, usia 17 tahun. Saat ini aku mempunyai seorang kekasih yang sangat imut, cantik dan juga manis yang bernama Kohara Shou, dan aku berjanji untuk membahagiakan dia selamanya, baik sekarang maupun nanti.
FIN