(Fanfic) Under the Full Moon

Apr 26, 2013 18:02

Under the Full Moon
Author: noe_sakamoto
Chapter: One Shot
Rating: PG-13
Pairing: Yukimi x Yui (main), Tora x Shou (secondary)
Genre: fluff, a little bit (dikit banget sumpah) angst, romance
Language: Indonesia
A/N: saya ngidam kwetiaw #duagh

Kau tahu? Saat kau memandang langit malam yang penuh bintang, dan saat itu kau berada di suatu malam dimana bulan tengah bersinar dengan terangnya, maka pada saat itu akan terjadi sebuah keajaiban. Kamu mungkin tidak menyadarinya, tapi aku sangat menyadarinya. Namaku adalah Yui, aku adalah salah satu malaikat yang ditugaskan untuk mengawasi bumi. Aku besar di kalangan para malaikat, dimana aku selalu dididik untuk menjadi seorang malaikat yang kelak menjadi malaikat berdedikasi tinggi untuk mengabdikan diri kami kepada Tuhan.

Walaupun aku dididik di lingkungan malaikat yang sangat ketat oleh peraturan yang mengikat, sesungguhnya aku bukanlah seorang malaikat yang benar-benar mematuhi semua peraturan tersebut. Ada sebuah hal tabu bagi kami, para malaikat. Hal itu adalah membicarakan mengenai fallen angel. Fallen angel adalah seorang malaikat yang rela melepaskan kedudukannya sebagai malaikat, dan bergabung dengan entah dunia manusia atau dunia iblis.

Dalam sejarah malaikat, terdapat cukup banyak malaikat yang menjadi fallen angel. Namun, diantara sekian banyak malaikat yang menjelma menjadi fallen angel, terdapat sesosok malaikat yang sangat aku kagumi. Beliau adalah Tora-sama atau dikenal sebagai Satan. Beliau rela berubah menjadi fallen angel, demi iblis yang sangat beliau cintai, Shou atau biasa dikenal manusia sebagai Asmodeus. Tora-sama terpikat dengan kecantikan Shou-sama dan juga kepandaiannya. Sungguh, kalau aku berada di posisi Tora-sama, aku yakin sekali bahwa aku juga tidak akan keberatan menjadi seorang fallen angel.

Aku sendiri juga tidak menyangka, sebuah kejadian di malam bulan purnama kelak akan merubah takdirku sepenuhnya. Takdirku sebagai malaikat, yang akhirnya terjerumus ke dalam sebuah jurang gelap yang amat dalam, dan membuatku berubah menjadi seorang fallen angel juga.

--

Kejadian itu masih terasa sangat segar di ingatanku walaupun sudah terjadi ratusan tahun yang lalu. Saat itu, aku tengah menjalankan tugasku sebagai salah seorang pengantar pesan dari para Archangel kepada malaikat-malaikat yang bertugas di bumi. Pada saat aku selesai melakukan tugasku, aku memutuskan untuk beristirahat sejenak di sebuah padang rumput, pada malam hari dimana bulan tengah berada di titik sempurna, membentuk sebuah bulan purnama yang sangat sempurna dan juga terang.

Aku tersenyum sambil memandang bulan, dan sesekali memejamkan mataku, menikmati hembusan angin malam yang dingin. Aku terus memejamkan mata, dan kemudian tanpa aku sadari, aku sudah melantunkan lagu-lagu pujian yang biasa aku nyanyikan. Saat aku masih bernyanyi, telingaku menangkap suara kekehan pelan, dan hal ini otomatis membuatku tersentak kaget, dan melihat ke arah belakangku.

Seorang pria, memakai jubah putih, tampak duduk di atas dahan pohon yang menaungiku. Aku bisa melihat wajahnya yang tersenyum, dan juga kilauan matanya. Saat aku berdiri, pria itu kemudian melompat ringan dan duduk di sebelahku, tersenyum dan berkata,

“Suara yang merdu. Tapi sebaiknya kamu segera pulang malaikat kecil. Tidak baik untukmu, kalau kau berkeliaran seorang diri pada saat dimana bulan sedang berada di titik sempurna.” Ucapnya.

Aku terdiam saat ia berkata seperti itu. Memang benar yang dia ucapkan, pada kondisi seperti ini, iblis tengah berpesta dan berkeliaran untuk mencari mangsa. Aku sedikit bergidik saat membayangkan bagaimana seandainya aku bertemu dengan salah satu dari mereka.

Pria di depanku kembali tertawa pelan, dan ia berjalan mendekat ke arahku. Aku dapat merasakan jemarinya mendekat ke wajahku, dan hal ini membuatku menjadi sedikit gemetar. Saat jemari pria itu menyentuh ujung rambutku, aku bisa merasakan sekujur tubuhku menjadi kaku. Pria itu tersenyum, dan mengeluskan jemarinya di pipiku. Ia mendekatkan wajahnya hingga bibirnya berada tepat di sebelah telingaku.

“Sebaiknya kau segera pulang malaikat kecil. Aku mungkin tidaklah berbahaya untukmu. Tapi hal ini mungkin tidak akan berlaku apabila kau bertemu dengan beberapa teman sejenisku.”

Sontak aku berjalan mundur, dan mengeluarkan sebuah belati dari saku jubahku. Aku dapat merasakan tanganku bergetar, pada saat aku tengah meremat belati tersebut. Kupaksakan diriku untuk berbicara, dan aku tahu, suaraku pasti bergetar penuh ketakutan.

“K..kau.. iblis?” tanyaku pelan, masih sambil mengacungkan belati milikku ke arah pria di depanku.

Pria itu tersenyum, dan ia menjentikkan jemarinya. Seketika sepasang sayap hitam membentang lebar di punggung pria tersebut, dan hempasan angin dari saat sayap itu terbentang, membuatku terdorong hingga tubuhku menabrak pohon yang berada di belakangku.

“Ya, aku adalah iblis. Sepertinya aku belum berkenalan denganmu ya, malaikat kecil?” ucap pria itu sambil tersenyum, dan ia berjalan mendekat ke arahku sambil menjentikkan jemarinya lagi.

Tubuhku terasa kaku, saat pria itu menjentikkan jemarinya. Pria itu kemudian berjalan ke arahku, dan mengambil belati milikku, lalu memainkan ujung belati tajam tersebut.

“Namaku Yukimi. Dan aku adalah iblis.” ucapnya.

Aku terkesiap, dan sesaat terdiam lagi. Aku menatap sosok iblis bernama Yukimi tersebut, dan tersenyum saat aku melihat sayapnya. Aku sangat tahu jenis iblis seperti apa dia. Aku bisa merasakan keheranan Yukimi, saat ia melihat aku tersenyum, bukannya ketakutan setelah ia membongkar sosok aslinya.

“Ya. Aku tahu kalau kau iblis. Baru saja kau memberitahuku.” Ucapku tenang, “Tapi aku juga tahu, bahwa kau bukanlah iblis biasa. Kau tidak akan melukai aku.” tambahku sambil tersenyum.

Yukimi mengangkat sebelah alisnya, dan terbang ke dahan pohon yang terletak di sebelahku. Aku dapat merasakan hembusan angin yang terjadi karena kepakan sayapnya tersebut.

“Kau yakin sekali, kalau aku tidak akan melukaimu.” Ucap Yukimi sambil tertawa pelan.

Aku tersenyum lagi, dan bersamaan dengan saat Yukimi duduk di atas dahan tersebut, aku merasakan bahwa ikatan tak kasat mata itu akhirnya terlepas juga, sehingga kini aku dapat bergerak bebas. Aku pun berjalan pelan, dan duduk di sebuah batu oval yang terletak tak jauh dari pohon dimana Yukimi tengah duduk sambil mengamatiku.

Tentu saja aku yakin. Karena kau dulunya juga sama dengan diriku. Kau adalah fallen angel juga. Sebagian dari dirimu, menolak untuk melukaiku, yah.. walaupun bagian iblismu itu tampaknya cukup senang untuk mengerjai aku.” aku berkata sambil tersenyum, dan menatap Yukimi yang juga tersenyum tipis di belakangku.
Pria itu menganggukkan kepalanya, dan aku dapat merasakan bahwa sekarang, ia tengah terbang menuju ke tempatku saat ini.

“Ternyata kau pandai juga ya malaikat kecil.” Ucap Yukimi.

Aku hanya terkekeh, dan mengalihkan pandanganku menuju bulan yang tampak seolah mengawasiku dan juga Yukimi. Aku dapat merasakan, bahwa Yukimi tengah menatap wajahku. Aku terus menatap bulan, berusaha mengacuhkan tatapan Yukimi yang aku sangat yakin, menyebabkan pipiku menjadi memanas.

Yukimi kemudian mengambil sepucuk perkamen dari saku jubahnya, dan memberikannya kepadaku, yang saat itu masih menatap sang rembulan.

“Itu adalah surat untukmu dari Shou-sama. Sebaiknya kau segera pulang sekarang malaikat kecil. Ingat, segera hancurkan surat itu setelah kau selesai membacanya.” Ucap Yukimi.

Aku menganggukkan kepala, lalu aku berdiri, dan langsung mengepakkan sayapku, pergi meninggalkan Yukimi yang masih menatap kepergianku. Aku terus terbang menuju ke rumah dimana aku tinggal, lalu dengan segera aku langsung memasang perlindungan yang kuperlukan supaya aku bisa membaca surat tersebut dengan aman. Kubuka perkamen itu dengan hati-hati, dan senyuman langsung mengembang di bibirku saat aku melihat tulisan-tulisan anggun menghiasi lembaran perkamen tersebut.

Untuk sang malaikat kecil, Yui

Maaf aku baru bisa mengirimkan kabar untukmu kali ini. Aku sedang cukup sibuk dengan beberapa urusan di dunia iblis. Oh ya, bagaimana kabarmu? Masih sibuk menjadi pengantar pesan para Archangel?

Kami di dunia iblis kebetulan sedang cukup sibuk untuk mempersiapkan beberapa hal. Maaf, aku tidak bisa menulis terlalu banyak seperti biasanya. Yang pasti, aku memiliki kabar baik untukmu. Saat ini kakakmu sudah sadar. Kondisinya sudah berangsur pulih. Dia juga sudah bisa terbang seperti dulu lagi. Oh ya, sepertinya kakakmu tetap mempertahankan warna sayapnya, walaupun ia sudah menjadi fallen angel.

Kakakmu memang kini sudah menjadi seorang iblis, tapi ia masih memiliki sayap putih malaikat. Suatu kejadian langka mengingat hampir semua fallen angel memiliki sayap hitam tanpa terkecuali Tora juga. Sekarang kakakmu tinggal bersama dengan kami di istanaku dan juga Tora. Kau tak perlu khawatir dengan kondisi kakakmu lagi, Reno menjaga kakakmu dengan sangat baik.
Sekali lagi maaf ya malaikat kecil, kali ini aku hanya bisa mengirimkan surat pendek. Ingatlah, walaupun aku dan kakakmu adalah iblis, kami akan selalu menyayangimu. Kuharap kau dapat bahagia dengan para malaikat yang menjagamu.

Salam hangat,
Shou

Aku menghela nafas setelah membaca surat itu. Ya, aku memang memiliki hubungan cukup dekat dengan Shou-sama. Hal ini dikarenakan Shou-sama lah yang merawat kakakku, Shin, yang kini menjadi seorang fallen angel karena ia mencintai Reno, iblis yang merupakan salah seorang pengawal Shou-sama. Aku hanya mampu menitikkan air mata, saat sosok kakakku memudar di hadapanku pada saat ia memutuskan untuk menghilang, dan menjadi fallen angel.

Berjalan menuju ke sebuah perapian, aku pun melempar surat tersebut, dan membiarkannya terbakar perlahan-lahan. Aku memandangi pemandangan di sekitarku. Rumah besar ini terasa sangat sunyi. Aku merasakan rasa sakit dan juga hampa setiap kali aku menatap pemandangan di sekitarku ini. Aku pun berjalan menuju balkon, menatap langit malam, dan berbisik lirih,

“Aku tidak ingin sendirian… Aku tidak suka suasana sepi ini…”

“Lalu kenapa kau masih bertahan dengan rasa sepi ini?”

Aku tersentak saat mendengar suara familiar itu. Kualihkan pandanganku menuju sumber suara tersebut dan hal ini membuatku terbelalak kaget saat aku melihat sosok yang tengah duduk di belakangku.

Yukimi tersenyum, dan berjalan menuju ke sebelahku. Pria itu tersenyum, dan meraih tanganku. Aku bisa merasakan rasa hangat mengaliri jemariku, saat jemarinya bertautan dan meremas pelan jemari tanganku.

“Kenapa kau masih bertahan dengan rasa sepi ini Yui?” Ucapnya sekali lagi.

Aku tersenyum, dan meremas pelan jemari Yukimi, “Entahlah. Bisa dibilang aku sedang mencari jawaban dari pertanyaanmu itu, yang juga menjadi pertanyaanku saat ini.” Ucapku sambil tersenyum.
Yukimi menghela nafas pelan, dan ia pun menarikku ke dalam pelukannya. Ia mengelus lembut kepalaku, dan membiarkanku bersandar di dadanya.

“Sesungguhnya aku tidak ingin memaksamu Yui. Tapi aku tidak tahan, setiap kali aku harus melihatmu berada di kondisi seperti ini.”
Aku menggelengkan kepalaku, lalu menarik tubuhku dari pelukan Yukimi. Kuarahkan tanganku ke wajah Yukimi, dan aku pun mengelus lembut pipi Yukimi. Yukimi pun meraih tanganku, dan mengecupnya dengan lembut sementara aku tersenyum saat melihatnya melakukan hal itu.

“Maaf, sudah membuatmu mengkhawatirkan kondisiku. Aku tahu, kalau kau, Shou-sama, Tora-sama dan juga kakakku mengkhawatirkan diriku. Tapi kumohon, berikan aku waktu sedikit lagi. Aku masih perlu memikirkan hal ini lebih lanjut Yukimi.” Ucapku sambil mengelus pipi Yukimi.

Yukimi menghela nafas berat, lalu menganggukkan kepalanya. Aku bisa merasakan bahwa ia cukup kecewa dengan permintaan egoisku kali ini. Senyuman memang mengembang di wajah pria itu, tapi aku juga dapat merasakan tatapan matanya yang tampak sedih, ketika ia menatapku. Kami berdua berpelukan cukup lama, sampai akhirnya ia melepaskan pelukannya, dan berjalan mundur menjauhiku. Aku menatap pria itu, saat ia mengembangkan sayapnya dan terbang menjauh dari balkon rumahku. Saat Yukimi telah meninggalkan aku sendiri, aku pun beranjak masuk ke dalam rumah.

Ya, aku harus segera memutuskan masa depanku. Aku tidak ingin menyakiti banyak orang dengan cara seperti ini. Kubentangkan sayapku lebar-lebar, dan aku pun terbang, menuju ke pengadilan para malaikat. Inilah cara yang harus aku tempuh, untuk mengakhiri dan memulai awal baru.

--

“Namamu adalah Yui, dan kau adalah salah seorang malaikat yang bertugas menjadi pengantar pesan para Archangel. Apakah kau tahu apa kesalahanmu Yui?” tanya seorang malaikat yang sedang memimpin jalannya sidang kali ini.

Ya, saat ini aku sedang berada di sebuah sidang, dimana para malaikat akan memutuskan mengenai hukuman apa yang akan kuterima, karena aku melakukan komunikasi terlarang dengan pihak dari neraka. Aku menatap malaikat di depanku, yang tak lain adalah Malaikat Michael. Aku menatap beliau tepat di kedua mata biru beliau. Dengan tenang, aku menganggukkan kepalaku, tidak takut dengan segala tekanan atau ancaman bahkan hukuman yang akan aku terima.

Sang malaikat agung menghela nafas berat, dan ia kemudian menatapku dengan tatapan sedih, “Kau tahu Yui, aku sangat menyayangimu, sebagaimana aku menyayangi kakakmu juga. Aku sudah mengambil keputusan untuk membuang kakakmu ke neraka dan hal itu sudah membuatku merasa sangat menyesal, karena aku harus kehilangan malaikat kesayanganku.” Ucapnya sambil menatapku lagi.

“Yui, aku tidak ingin melakukan hal yang sama kepadamu. Aku sudah kehilangan kakakmu, dan aku tidak ingin kehilangan dirimu juga.” Michael kembali menambahkan, dan hal ini membuatku tersentak.

“Apa maksud anda Michael-sama? Mengapa anda berkata seperti itu? Aku sudah melakukan banyak hal tabu bagi malaikat.” Ucapku sambil menatap tak percaya ke arah Michael-sama.

Michael-sama tersenyum, dan ia berjalan ke hadapanku, membelai kepalaku dan berkata, “Kau adalah malaikat yang sangat suci. Aku tahu kalau kau melakukan semua hal itu karena rasa cintamu terhadap keluargamu. Cinta bukanlah sebuah dosa bagi kita, para malaikat asal kau tahu.”

“Tapi anda mengirim Tora-sama dan juga kakakku ke dunia iblis karena mereka mencintai iblis.”

“Saat itu aku masih terlalu egois, aku mementingkan semua hukum dan berusaha mematuhinya, walaupun aku harus mengorbankan orang-orang yang aku sayangi.”

“Rasa sayangmu itu adalah hal yang sangat egois Michael.”

Serentak aku dan juga Michael-sama menoleh ke arah suara yang tiba-tiba menerobos masuk di ruangan sidang ini. Aku dapat melihat sosok Tora-sama, tengah berjalan dengan didampingi Shou-sama di sebelahnya. Aku juga bisa melihat kakakku, Reno-san dan juga Yukimi di belakang mereka. Aku kemudian menoleh ke arah Michael-sama, dan aku dapat melihat bahwa Michael-sama tengah berusaha menahan amarahnya karena kedatangan Tora-sama dan juga Shou-sama.

Hanya para iblis dengan level tinggi seperti mereka, yang dapat memasuki ruangan ini. Tora-sama masih dengan sosok gagahnya, Shou-sama dan kecantikannya yang luar biasa, memasuki ruangan sidang ini setelah mereka membekukan para malaikat penjaga lainnya. Tora-sama kemudian duduk di kursi dewan, dan ia menatap Michael-sama yang masih berada di sebelahku.

“Semua yang kau lakukan kali ini sudah mencapai batasnya Michael. Kau mengusirku dan juga Shin karena keegoisanmu. Kali ini aku akan melakukan hal serupa kepadamu.”

“Apa maksudmu Tora?” tanya Michael-sama.

“Aku akan mengambil Yui. Dia tidak seharusnya menderita seorang diri di sini. Dia berhak mendapatkan kebahagiannya, yang tidak pernah dia dapatkan di dunia malaikat.”

“Itu omong kosong Tora, Yui bahagia berada di dunia kami. Justru apabila dia berada di duniamu, maka dia akan senantiasa merasakan kesedihan mendalam.”

“Untuk hal ini sebaiknya kau tanyakan kepada Yui sendiri Michael, kau harus tahu apa yang dia inginkan, tanpa harus memaksakan kehendakmu sendiri.” Kali ini Shou-sama yang berbicara.

Michael-sama berdecak pelan, lalu ia menatapku. Aku menatap mata biru Michael-sama tanpa gentar, dan aku tersenyum saat ia masih fokus untuk menekanku supaya aku mengikuti perintahnya.

“Maafkan aku Michael-sama. Aku bukanlah anak baik yang seperti anda bayangkan.”

Beriringan dengan selesainya aku berkata seperti itu, aku pun meraih belati yang selama ini tersembunyi di jubahku, dan langsung menusukkannya ke dadaku.

Teriakan menggema di ruang sidang itu. Saat semuanya berangsur menjadi gelap, aku bisa merasakan bahwa tubuhku terjatuh di pelukan Yukimi. Sebelum aku memejamkan mataku sepenuhnya, kuarahkan tanganku menuju pipi Yukimi, dan aku berbisik pelan,

“Tunggu aku… saat malam bulan purnama tiba… aku.. selalu menyayangimu Yukimi.”

Dan pada saat itu juga, semua di sekelilingku menjadi gelap, dan aku pun perlahan mulai kehilangan kesadaranku. Satu hal yang kutahu pasti sebelum kesadaranku hilang, aku dapat merasakan pelukan erat Yukimi di tubuhku, dan aku merasa sangat tenang, karena setidaknya aku mati di pelukan orang yang sangat aku sayangi.

---

Yukimi’s POV

Sudah hampir tiga purnama berlalu sejak kejadian di ruangan sidang itu. Hingga saat ini aku masih ingat dengan jelas, saat tubuh Yui berubah menjadi serpihan-serpihan debu di pelukanku. Saat ini, aku tengah duduk di batu oval, di mana Yui selalu duduk di atasnya setiap kali ia usai melakukan tugasnya sebagai pengantar pesan.

Aku menghela nafas berat, karena semua ini terasa sangat sakit. Semua kenangan yang aku miliki tentang Yui tidaklah banyak. Satu hal yang kutahu pasti, aku sudah terjerat dengan senyuman manis Yui sejak pertama kali aku melihatnya beberapa ratus tahun lalu. Saat ini, aku memandang ke arah bulan purnama. Ingatan akan pertemuan terakhirku dengan Yui kembali menyerangku. Aku masih ingat, bahwa bulan purnama selalu membawa keajaiban. Pertemuan pertamaku dengan Yui juga terjadi saat bulan purnama, begitu juga pertemuan terakhir kami. Aku selalu berharap, bahwa setiap kali bulan purnama, aku akan mendapat sebuah keajaiban dengan hadirnya sosok Yui di sebelahku lagi.

Aku menghela nafas dengan berat. Harapan akan keajaiban kali ini sepertinya tidak akan terjadi. Aku pun memejamkan mataku, dan menikmati semilir angin malam kali ini. Saat aku masih menikmati semilir angin, tiba-tiba aku merasakan sepasang tangan, melingkari tubuhku, dan memelukku dari belakang.

Pelukan ini terasa sangat familiar, dan terasa sangat nyata. Aku juga bisa merasakan hembusan nafas di belakangku, dan juga debaran-debarannya. Aku tersenyum saat sosok itu membenamkan wajahnya di punggungku sambil berkata,

“Aku pulang Yukimi. Maaf membuatmu menunggu lama.”

Cukup dengan kedua kalimat itu, aku langsung membalikkan tubuhku, dan menarik sosok itu ke pelukanku dan memeluknya erat-erat.

“Dasar bodoh. Kau sudah membuat aku sangat khawatir dengan tindakan nekatmu itu. Dan kau juga sudah membuatku menunggu lama dengan sangat cemas asal kau tahu itu, Yui.”

Sosok Yui di depanku tersenyum lembut, dan ia pun kembali membenamkan wajahnya di dadaku dan berbisik lirih,

“Maaf ya. Sekarang aku tidak akan meninggalkanmu lagi. Sekarang aku sudah berubah menjadi jenis yang sama dengan kalian.”

Aku tersenyum saat Yui berkata seperti itu. Aku dapat melihat sayap berwarna kehitaman di punggung Yui. Ya, sang malaikat kecil itu kini telah berubah menjadi seorang iblis. Namun, satu hal yang aku tahu dengan sangat pasti, walaupun ia telah berubah menjadi iblis, tapi hati malaikatnya tidak pernah berubah. Yui yang saat ini, masih sama dengan Yui yang dulu. Tak ada hal yang berubah darinya sama sekali, ia masih Yui yang selalu aku sayangi. Aku pun menatap bulan yang seolah menaungi kami dengan sinarnya malam ini.

Sang rembulan kembali membuat keajaibannya kali ini. Ia kembali mempertemukanku dengan Yui, setelah kami harus berpisah selama beberapa saat. Aku pun menatap Yui, tersenyum dan mendekatkan wajahku ke wajahnya. Saat wajah kami semakin dekat, sebelum bibirku menyentuh bibir Yui, tanpa sengaja kami berdua berkata,

“Aku mencintaimu.”

Dan senyuman kembali mengembang di bibir kami, tepat saat pada akhirnya kami berciuman untuk pertama kalinya di bawah naungan cahaya bulan purnama, yang lagi-lagi melakukan keajaibannya sekali lagi bagi kami berdua.
FIN

one shot, tora x shou, yukimi x yui, fanfic

Previous post Next post
Up