69-II ~Second Gate~
Author: Noe Ichijou
Chapter: 2/??
Pairing: RenoxShin (Main), more to come
Rating: PG-13 to NC-17
Genre: Supernatural, Fantasy, Romance
Warning: AU and Yaoi, mxm relationship and probably
smut :p
-----
Suara hembusan nafas terdengat teratur di dekat telinganya. Ia juga merasakan kehangatan menyelimuti tubuhnya. Sepasang lengan yang kekar, melingkari tubuhnya, memeluknya dengan erat. Ia juga bisa merasakan gerakan naik turun dari dada seseorang yang memeluknya itu. Shin menggeliat pelan, mengerjabkan matanya perlahan.
Semula ia merasa aneh saat melihat pemandangan di sekitarnya. Semuanya terlihat sangat jelas, bahkan debu yang menempel pun juga bisa ia lihat. Shin memijat keningnya, berusaha mengingat apa yang terjadi padanya. Saat ia masih berkonsentrasi, Reno, yang sedaritadi tidur di sebelah Shin, membuka mata perlahan, lalu terkekeh melihat Shin yang linglung.
Pria itu kemudian menarik dagu Shin, dan mengecup bibir Shin sambil menyeringai.
"Selamat pagi Shin, tidurmu sangat nyenyak sekali semalam." Ucap Reno sambil menyeringai lalu menatap Shin tajam.
Shin terkesiap saat melihat Reno di sebelahnya. Pria itu menjadi semakin kaget saat ia menyadari kalau ia tertidur dengan kondisi telanjang bulat, begitu pula Reno, yang saat itu menyalakan sebatang rokok, lalu menikmatinya dengan penuh kedamaian. Reno melirik ke arah Shin yang masih terlihat kebingungan, lalu pria itu terkekeh pelan, kemudian mematikan rokoknya yang baru saja ia hisap setengahnya. Reno kemudian menarik dagu Shin, dan memeluk pundak pria itu.
"Selamat datang di kehidupan barumu sebagai immortal Shin. Semalam kau pingsan setelah aku selesai merubahmu dan menandaimu." Ucap Reno enteng sambil menunjuk lengan Shin.
Sebuah simbol kepala singa, yang mirip dengan kalung yang ia kenakan, muncul di lengannya. Shin terkesiap saat melihat tanda itu. Shin kemudian beranjak dari kasur, namun pria itu langsung limbung. Dengan sigap, Reno menangkap tubuh Shin yang limbung, lalu menidurkannya lagi di ranjang. Shin memejamkan mata, berusaha menahan amarah yang bergejolak di hatinya. Reno hanya menatap Shin dan mengendikkan bahunya.
"Kau..kenapa kau melakukan ini kepadaku?" Tanya Shin kepada Reno.
Reno menatap Shin, lalu menyalakan sebatang rokok lagi, dan menghisapnya dalam-dalam.
"Karena aku membutuhkanmu untuk menghabisi para vampire sialan itu. Aku juga membantumu agar kau bisa menemukan siapa pembunuh ayah dan ibumu." Reno berkata demikian, seolah tak berniat memberitahukan semua detail yang menyangkut keputusannya untuk merubah Shin.
Shin menghela nafas berat, lalu bangun, dan duduk bersandar di tumpukan bantal-bantal yang ada di sana. Ia sesungguhnya sangat penasaran dengan siapa pembunuh orang tuanya. Bayangan-bayangan malam berdarah yang selalu menghantuinya, juga suara jeritan mengenaskan yang menggema di kepalanya, membuat Shin menjadi sangat penasaran dengan siapa pembunuh orang tuanya. Shin kemudian menatap Reno yang saat itu masih menghisap rokoknya dengan santai, kemudian menanyakan hal yang terasa mengganjal di hatinya.
"Aku yakin alasanmu bukan hanya itu. Aku hanya tak habis pikir, kenapa harus aku yang kau pilih. Dan juga, kau itu benar-benar keterlaluan juga egois." Shin merutuk juga cemberut saat mengatakan itu.
Reno sempat terdiam sesaat ketika ia melihat ekspresi Shin, kemudian tertawa terbahak-bahak hingga membuat Shin semakin mencibir ke arahnya.
"Ahahahaa..kau itu..benar-benar ya, padahal kemarin kau begitu ketakutan kepadaku ahahahaa..."
Reno masih tertawa dan Shin kembali mencibir. Tak ada yang lucu menurut pria itu.
"Wajar saja aku ketakutan! Kau tiba-tiba ada di apartemenku dan menghisap darahku, sudah begitu kau memaksaku minum darahmu! Bahkan, kau juga meniduriku! Kau....kau itu benar-benar vampire mesum yang menyebalkan!"
Reno kembali terbahak saat Shin mengeluarkan seluruh isi hatinya. Pria itu masih terkekeh hingga membuat Shin menjadi semakin sebal kepadanya.
"Hahahaa, kau itu lucu sekali Shin. Walaupun kau berkata seperti itu, tapi tubuhmu bereaksi sebaliknya lho. Hmmm...rasanya aku masih bisa mendengar suara desahanmu semalam, kau mau aku melakukan itu lagi? Atau...kau merasa terbebani karena semua itu adalah pengalaman pertamamu?" Reno menyeringai, menatap Shin yang saat itu wajahnya menjadi memerah lalu melanjutkan perkatannya, "Bagaimanapun juga Shin, sekarang kau adalah milikku. Sekeras apapun usahamu lari dariku, kau akan selalu kembali kepadaku." Reno menarik dagu Shin pelan, kemudian melumat bibir pria cantik tersebut dengan lembut.
Shin mendengus kesal, lalu memutuskan untuk berbaring lagi membelakangi Reno. Reno tersenyum saat memandangi punggung Shin dan mendengarkan gerutuan Shin. Sudah hampir 300 tahun lamanya ia menghabiskan hidupnya tanpa memiliki pasangan sama sekali. Suasana seperti inilah yang sangat ia rindukan.
Reno kemudian mematikan rokoknya, berbaring lagi dan memeluk Shin. Pria itu sesekali mengecup pundak Shin, dan juga leher Shin. Shin yang masih kesal, sama sekali tak menghiraukan pelukan Reno. Pria itu lebih memilih untuk tidur, daripada ia harus menelan lebih banyak kekesalan hari ini. Tak berapa lama kemudian, suara dengkuran halus terdengar. Reno terkekeh lagi, dan akhirnya menarik Shin ke dalam pelukannya, lalu mengecup dahi Shin dan memejamkan mata, menikmati kebersamaan yang sudah lama tidak ia rasakan.
----
Shin kembali terbangun saat hari mulai beranjak petang. Ia tidak menemukan Reno di sebelahnya. Saat ia terbangun, ia menemukan pakaian yang tertata rapi di sebelahnya kemudian pria tersebut langsung memakai pakaian itu, dan berjalan ke arah kaca. Pria itu meringis, dan menemukan taringnya menjadi lebih panjang dan terasa tajam. Selain itu, ia menjadi sedikit lebih pucat.
Shin kemudian mengendap-endap ke arah pintu kamar Reno, lalu menggerakkannya sepelan mungkin. Beruntung baginya, saat itu Reno tidak mengunci pintu kamarnya. Shin kemudian memeriksa keadaan sekitarnya, sepi, dan rasanya aman untuk kabur. Indra pendengarannya yang tajam sebagai vampire cukup membantunya hingga ia berhasil menyelinap sampai ke halaman rumah. Shin langsung berlari secepat kilat meninggalkan mansion tersebut kemudian kembali ke apartemennya.
Sesampainya di apartemennya, Shin langsung memasuki kamarnya, dan mengunci semua pintu, juga jendela rapat-rapat. Pria itu akhirnya bernafas lega, setelah berhasil kabur dari mansion Reno. Shin langsung merebahkan tubuhnya ke kasur dan menatap langit-langit kamarnya. Pria itu melamunkan kejadian yang baru saja ia alami. Rasanya ia masih sulit percaya bahwa ia baru saja bertemu vampire, dan saat ini, ia sendiri juga telah berubah menjadi vampire. Shin kemudian berjalan ke arah wastafel, membuka pakaiannya, dan menatap refleksinya lagi di cermin. Dia juga menatap simbol kepala singa yang kini berada di lengannya.
Simbol apa itu? Pikirnya. Mengapa Reno sampai harus memberi simbol konyol itu di tubuhnya, Shin benar-benar tak habis pikir. Kemudian pria itu menatap kaca lagi, dan melihat bercak-bercak kemerahan di sekitar leher, dada, dan pundaknya. Wajah Shin memanas, mengingat penyebab terjadinya bercak-bercak itu. Shin menepuk-nepuk pipinya saat ingatan akan suara desahan Reno, dan juga setiap sentuhan dan gerakan Reno kembali melayang-layang di pikirannya.
Shin kemudian membilas wajahnya, dan mengambil sebuah sweater turtle neck berwarna putih, topi dan kacamata miliknya kemudian pria itu berjalan menuju ke sebuah club malam, tempat ia dan teman-temannya biasa berkumpul. Saat ia sampai, tiba-tiba Shin merasakan seolah tenggorokannya terbakar. Pria itu memegang lehernya, berusaha tidak menghiraukan rasa yang membakar tenggorokannya itu. Shin kemudian berjalan menghampiri sebuah meja, dimana keempat temannya rupanya telah berada di sana terlebih dahulu. Belum sempat Shin menghampiri keempat temannya, pria itu tersentak saat mencium bau yang sangat menggodanya, dan mendengar ribut-ribut dari seberangnya.
Terjadi perkelahian yang cukup serius, dan membuat para pengunjung menjadi panik. Baku hantam dan suara pukulan juga teriakan memenuhi bangunan itu. Shin berjalan ke arah keributan itu, tergoda dengan bau yang sangat wangi dan menggelitik jiwa vampirenya. Saat Shin hampir sampai di pusat pertarungan, seorang pria yang berdarah-darah tak sengaja menabraknya dan membuat tubuh Shin terkena darah yang tak sedikit.
Shin seolah terpaku menatap tangannya yang kini berlumuran darah. Pria itu merasakan taringnya memanjang, dan melukai bibirnya sedikit. Diarahkannya tangannya yang berlumuran darah itu ke bibirnya. Ia kemudian menjilati tangannya, dan kemudian seketika mata pria itu langsung berubah menjadi semerah darah.
Shin menjilati tangannya hingga bersih, kemudian berjalan menuju orang terdekat dengannya, karena ia menginginkan darah lebih. Saat ia hampir saja meraih orang itu, seseorang menarik Shin menjauh dari pertarungan, dan menggiring Shin menuju ke sebuah tempat sepi di luar club. Shin meraung, kehilangan kesempatan untuk mendapatkan darah lebih banyak. Baru saja ia ingin membanting orang yang mengganggunya, Shin terkesiap saat menatap mata merah yang berkilauan di depannya.
Suara geraman tertahan Reno, dan tatapan mata Reno membuat Shin terdiam. Dengan segera, Reno mencengkram lengan Shin, dan membawa pria itu kembali ke mansionnya. Sesampainya di mansion, Reno langsung menggiring Shin menuju kamarnya, tak mempedulikan tatapan heran dari Ryoga, double Iv dan Ko-ki. Saat mereka berdua sampai di kamar Reno, Reno langsung melepaskan cengkramannya di lengan Shin, dan membuka kemejanya. Pria itu kemudian duduk di ranjang, menarik Shin hingga kepala Shin berhadapan dengan lehernya yang mulus itu.
"Hisaplah darahku, agar kau tak lepas kendali seperti tadi."
Reno memerintahkan Shin agar pria itu menghisap darahnya. Ragu-ragu, Shin menatap mata Reno. Reno yang paham dengan maksud tatapan Shin, menganggukkan kepalanya untuk meyakinkan Shin. Shin kemudian merendahkan tubuhnya dan mendekatkan bibirnya ke leher Reno lalu membenamkan taringnya di leher jenjang Reno.
Shin menikmati tetes demi tetes darah Reno yang kini mengaliri tenggorokannya. Rasa terbakar yang membara itu perlahan padam. Reno memejamkan matanya, mengelus kepala Shin dan sesekali menyisir rambut pria itu dengan jemarinya. Setelah beberapa saat, Shin menarik taringnya, dan menatap Reno yang saat itu juga menatap matanya dalam-dalam.
"Kau itu...benar-benar membuatku khawatir. Kau masih beberapa jam menjadi vampire, tapi tiba-tiba saja kau menghilang. Bagaimana bila tanpa sengaja bertemu dengan vampire lain yang lebih kuat darimu? Hmm??" Reno menatap Shin dan meremas tangan pria itu dengan lembut.
Shin menundukkan kepalanya, merasa bersalah. Ia sendiri juga tidak paham kenapa ia bisa menjadi seperti lepas kendali saat menjilat darah manusia ketika berada di club tadi. Reno kemudian menarik Shin ke dalam pelukannya, dan membelai kepala Shin perlahan.
"Kalau kau ingin keluar, kau bisa mengajak aku, atau Ryoga. Setidaknya harus ada yang mengawalmu. Sampai kau bisa mengendalikan sisi liarmu, aku tak mengizinkan kau keluar selangkahpun dari mansion. Kau paham?"
Shin menganggukkan kepala. Kali ini ia merasa sangat bersalah. Dia benar-benar perlu belajar mengendalikan nafsunya akan darah dan mempelajari tentang vampire itu sendiri. Reno mengangguk puas, lalu menepuk kepala Shin pelan. Pria itu kemudian berjalan ke lemarinya, dan mengambil pakaian baru untuk Shin.
"Gantilah pakaianmu. Bau darahnya masih sangat menyengat. Bahkan vampire yang sudah tua bisa kehilangan kendali jika mencium bau darah segar."
Reno mengulurkan pakaian baru kepada Shin. Shin menerima pakaian itu, lalu bergegas menuju ke kamar mandi. Sebelum sempat ia menutup pintu, Reno mencengkram tangannya lalu berkata,
"Hei Shin, kau mau ganti baju sendiri atau kugantikan?" Ucap Reno sambil mencengir.
Shin terbelalak dengan perkataan Reno, dan pria itu langsung mendorong Reno menjauh dari pintu kamar mandi lalu menguncinya rapat-rapat.
"Sialan, kenapa dia aneh sekali sih, tadi dia baik kepadaku, lalu sekarang dia menggoda aku. Sebenarnya apa yang dia inginkan sih? Dasar vampire mesum berkepribadian ganda!"
Shin menggerutu sambil mengganti pakaiannya yang terkena noda darah. Pria itu langsung memasukkan pakaian kotor miliknya itu ke sebuah keranjang yang terletak tak jauh dari wastafel. Shin kemudian berjalan keluar, menghampiri Reno yang menunggunya sambil merokok. Shin sempat heran, ternyata vampire juga suka merokok rupanya. Reno terkekeh, kemudian menggamit lengan Shin, dan berjalan menuju ke ruang santai, di mana Ryoga, double Iv dan Ko-ki sedang berkumpul.
Sesampainya disana, Ko-ki mencengir saat melihat Shin dan Reno akhirnya bergabung juga. Iv hitam, tampak bersemangat dan memeluk pundak Ko-ki, keduanya sama-sama mencengir saat melihat muka kebingungan Shin. Sementara itu, Ryoga dan Iv putih terlihat sangat asyik dengan permainan catur mereka, sehingga tidak menghiraukan kedatangan Reno dan Shin. Reno kemudian duduk di sebuah sofa hitam besar miliknnya, dan memerintahkan Shin untuk duduk di sandaran lengan sofanya, lalu ia berdehem, meminta perhatian sebentar dari teman-temannya.
"Ehem..kalian, bisa tolong dengarkan aku sebentar?" Reno berdeham, dan seketika semua aktifitas terhenti.
Keempat pria yang disana langsung menghentikan aktifitas mereka, kemudian mereka duduk di sebuah sofa panjang yang terletak berdekatan dengan sofa milik Reno.
"Ada apa Reno-san? Ada yang ingin anda sampaikan kepada kami?" Tanya Iv Putih sambil memandang Reno.
Reno menyangguk, lalu melanjutkan pembicaraannya.
"Kalian sudah tahu kan, kalau Shin sekarang ini bersamaku, aku minta kalian membantu Shin beradaptasi dengan kehidupan immortal kita."
"Apa yang bisa kami lakukan untuk membantu Reno-san?" Kali ini Iv hitam yang berbicara, sambil mencengir ke arah Shin.
"Dimulai dari bertarung, Shin, kau pernah belajar bela diri?" Tanya Reno.
"Pernah sih, walaupun tidak aku dalami, dulu waktu aku masih sekolah aku ikut klub kendo." Ucap Shin.
Reno mengangguk, lalu menatap Ryoga, "Ryoga, kau bisa melatih Shin bertarung? Di antara kita berlima kemampuan bertarungmu hampir sejajar denganku."
"Baik, aku akan membantunya, dan aku tak akan sungkan-sungkan walaupun dia itu milikmu." Ryoga tersenyum tipis ke arah Reno, dan dibalas dengan anggukan Reno.
"Baguslah, itu yang aku harapkan. Nantinya kita akan berlatih bersama juga. Aku ingin memastikan bahwa kita bisa mengalahkan vampire sialan itu."
Saat Reno mengatakan hal itu, Shin merasa seolah seluruh bulu kuduknya meremang. Mata Reno seolah berkilat-kilat penuh kebencian, dan juga dendam. Saat Shin mengalihkan perhatiannya ke vampire yang lain, ia melihat tatapan yang sama, seperti yang dimiliki Reno. Siapa musuh yang Reno maksud? Mengapa Reno memilihnya untuk membantu menghabisi musuhnya?
Pertanyaan demi pertanyaan berkecamuk di benak Shin. Hingga saat ini, Reno sama sekali tidak mengatakan alasannya dan seolah tidak berniat untuk mengatakan. Shin terpekur, melamunkan kira-kira apa yang bisa ia lakukan agar Reno mau memberitahu alasan mengapa memilih dirinya. Reno menatap Shin yang masih melamun, dan menerawang. Pria itu yakin bahwa saat ini Shin pasti sedang memikirkan sesuatu yang berhubungan dengan dirinya. Reno kemudian beranjak, dan menepuk kepala Shin. Pria itu kemudian berjalan meninggalkan ruang santai, dan menghilang dalam sekejap mata. Sementara Shin, pria itu kini berjalan menuju ke kamar Reno, membuka jendelanya dan duduk di balkon, sambil melamunkan hal-hal yang terjadi baik di masa sekarang, ataupun masa lalunya.
----
Ryoga berjalan dengan tenang di belakang Reno. Kedua pria itu kini berada di ruangan bawah tanah mansion mereka. Reno menyentuhkan telapak tangannya di sebuah pegangan yang berbentuk kepala singa, lalu memutarnya perlahan. Di dalam ruangan itu, tampak sebuah altar, dan di atasnya terdapat sebuah peti yang bertaburan bunga lily.
Reno dan Ryoga membuka peti itu dengan perlahan, hingga memperlihatkan sosok yang tertidur dengan tenang di dalam peti itu. Ryoga menatap Reno, dan menepuk pundak sahabatnya itu. Reno hanya tersenyum tipis, menatap sosok itu, kemudian mengelusnya perlahan.
"Dia terlihat sangat tenang ya." Ucap Reno pelan.
"Ya, dia sangat tenang sekali. Sudah waktunya bagi kita untuk melepasnya." Ryoga menatap Reno yang saat itu menutup peti hitam tersebut.
Reno mengangguk, lalu mendorong altar itu menuju ke sebuah cerobong pembakaran. Ryoga membuka cerobong itu, lalu membantu Reno memasukkan peti tersebut ke dalam kobaran api yang membara. Reno hanya terdiam saat menatap peti tersebut perlahan musnah dan menjadi abu. Setelah peti tersebut menjadi abu sepenuhnya, Reno kemudian beranjak menuju ke pintu keluar dan diikuti oleh Ryoga.
"Ryoga, aku minta kau rahasiakan semua ini dari Shin. Belum saatnya dia mengetahui alasanku untuk memilihnya."
"Baik, aku pastikan dia tidak akan mengetahui apapun."
"Terimakasih, kau memang temanku yang terbaik. Sebaiknya sekarang kita kembali ke atas. ada beberapa hal yang ingin aku rundingkan dengan kalian."
Ryoga mengangguk, lalu mengikuti Reno berjalan menuju ke ruangan Reno. Saat mereka keluar dari ruang altar tersebut, Reno mengunci ruangan itu, meninggalkan semua kenangan masa lalunya dan membiarkannya habis terbakar oleh api.
TBC