Sebagai orang gagal (atau ketika orang ngalamin kegagalan), semua orang pasti berpikir untuk memperbaiki kegagalannya. Pasti. Kecuali klo sebelumnya dia udah bunuh diri dulu.
Tapi, memori dan "cap" sebagai orang gagal itu pasti susah ilangnya kan?
Perbaikan diri emang bisa dicapai kalau kita berusaha semaksimal mungkin, tapi "coretan-coretan jelek" yang pernah kita guratkan di hati orang lain dan yang diguratkan orang lain di muka kita, itu nggak akan pernah hilang.
Bak keperawanan, ada sesuatu yang ngga bisa kembali.
Sekarang ini, terutama, aku merasakan sesuatu yang luar biasa karena ternyata aku berhasil membuktikan diri sebagai orang yang gagal; I'm bad. "Bad" as in... "really bad"!
Sejak beberapa jam lalu, nggak ada "aku yang baik". "Putri" yang selama ini pengen aku perlihatkan ke orang ternyata udah gagal. Udah salah. Ngecewain orang banyak. Menjerumuskan diri sendiri ke lubang kehancuran. Selesai sudah. End of story.
Orang akan ingat "Putri" sebagai orang yang patut dipersalahkan dan tidak bertanggung jawab. "Putri" yang punya satu paket sifat-sifat buruk yang sama sekali nggak menguntungkan orang lain dan dirinya sendiri. "Putri" yang nggak layak dihormati. Satu kali kesalahan besar udah menghapus kebaikan dan usaha-usaha yang selama ini dimunculkan.
Yep, as bad as that.
Dan aku jadi sesedih ini sekarang, semalu ini sekarang; itu karena selama ini daguku terlalu terangkat ke atas. Aku terlalu tidak ingin dipandang rendah, dan itu ternyata pemikiran yang memalukan. Kenapa aku tidak mau dipandang rendah kalau memang aku ini masih hewan melata, bukan kuda bersayap? Aku terlalu sombong untuk mengakui bahwa aku sudah mulai mengalami penurunan, aku butuh dibantu. Tapi aku terlalu takut untuk mengungkapkan pada orang lain bahwa "aku butuh bantuan". Akhirnya aku membiarkan diriku jatuh.
Hanya saja, tiap kali aku menarik nafas, aku seperti diberitahu bahwa hidupku masih berjalan. Dan jangan sampai sepanjang sisa hidupku nanti, aku diteror terus oleh kehancuran yang sekarang terjadi. Memang ada "sesuatu yang nggak akan kembali", tapi kalau aku mau berusaha, aku bisa melahirkan sesuatu yang bisa jadi perbaikan hidup.
Apa aku menyesal? Oh, jelas.
Menyesal itu harus. Itu bukti kalau kita sadar akan kesalahan yang kita lakukan. Tapi di balik penyesalan itu, aku juga belajar untuk rendah hati. Belajar mengakui bahwa diriku itu ternyata tidak lebih baik daripada yang lain. AKU KALAH. KALAH BESAR. Rasa malu ini mungkin akan terus teringat sampai mati.
Tapi yah... inilah aku.
AKU MENERIMA TANTANGAN BESAR DALAM HIDUPKU, DAN TERNYATA AKU GAGAL. AKU GAGAL KARENA DI TENGAH JALAN AKU JADI PENGECUT, KEMAMPUANKU TIDAK CUKUP. TAPI SETIDAKNYA, AKU TIDAK JADI PENGECUT DARI AWAL.
Di tengah pencarian jati diri ini, sementara waktu aku akan memberi diriku sebuah jati diri: "Orang Gagal".
Itu satu identitas yang akan terus kubawa sampai aku bosan dan ingin mengubahnya.