Fanfic: Chain

May 01, 2009 19:24

title: Chain (sequel of Claim)
author: mesti
fandom/pairing: the Gazette/ ReitaxRuki
rating: PG-15
genre: angst
dislaimer: i do not own them

Sedingin apa cahaya bulan…di luar sana?

Pertanyaan itu tiba-tiba saja menyelinap dalam ruang otaknya. Begitu tiba-tiba. Melompat ke sudut kesadarannya, saat lelap tak jua kunjung menjemput. Betapa pun ia mencoba memicingkan mata.

Tanpa hasil.

Mungkin seharusnya ia segera bangun, dan menyeret langkah ke beranda. Barangkali temaram bulan bisa mendinginkan kepalanya, menjernihkan galau yang mengigaukan ingatan.

Tapi tidak.

Lengan itu mendekapnya, mengurungnya dalam rengkuhan yang terlalu erat. Sama sekali tak meninggalkan sejumput ruang untuk melepaskan diri. Lengan kukuh milik seseorang yang ia cintai dan mencintainya. Seharusnya.

Atau mungkin hanya imajinya yang membisikkan angan indah itu?

“Ruki-chan…” Gumaman samar. Ia tak berani membalikkan badan untuk memastikan pemilik suara itu sudah terjaga atau belum. Gelombang hangat nafas yang datang dari belakangnya menghantarkan geletar pada sistem saraf, mengeruhi pikirannya yang telah kadung berkabut.

Saat tak ada lagi kata yang mencapai pendengarannya, ia menghela nafas dengan lega.

Seharusnya ia merasa tentram saat berada di sisi kekasihnya, bukan? Seharusnya ia merasa aman dalam lindungan kedua lengan itu. Tenang, terselamatkan dari naungan bumi yang melulu mencoretkan warna duka bagi hidupnya.

Namun tidak. Tidak lagi. Kehangatan sederhana itu hanya membuatnya menggigil dalam ketidak mengertian. Ia tak lagi bisa memahami dirinya sendiri. Terlalu kabur…terlalu jauh dari pemahaman. Ia tak bisa lagi melihat pemikirannya ataupun merasakan eksistensinya.

Sebagaimana ia tak bisa lagi menyentuh pemahaman tentang sosok yang ia sebut -yang terkasih- itu.

Kenapa…Rei-chan?

Helaan nafas berat kembali melewati ambang bibirnya. Melesakkan untaian pertanyaan yang tak jua ia temukan jawabnya.

Ia tak mengerti perubahan sikap Reita akhir-akhir ini. Berawal dari kecupan aneh itu…di depan teman-temannya. Ia terkesiap saat bibir Reita tiba-tiba saja membekap bibirnya. Apa yang dipikirkan Reita? Setahunya laki-laki itu tak pernah suka mempertunjukkan kemesraan di depan umum.

Atau hanya ia yang berpikir begitu?

Lalu cara Reita memeluknya… Cara Reita menelusuri permukaan kulitnya, tak lagi lembut dan teduh. Terlalu keras, terlalu kasar… Seolah hendak mematrikan setiap inchi kulitnya pada tajam jemari itu. Seolah hendak menelan setiap zarrah keberadaannya. Begitu kering. Begitu dahaga.

Begitu berbeda dengan sosok Reita yang ia kenal selama ini.

Reita-nya yang selalu menentramkan setiap tetes resahnya. Reita-nya yang selalu tersenyum lembut, membisikkan kata-kata manis yang dapat membuatnya kembali tertawa lega. Reita-nya yang selalu menyediakan uluran tangan saat ia lagi-lagi jatuh dalam kegelapan yang ia ciptakan sendiri.

Kemana Reita-nya yang itu pergi?

Kini yang ia miliki hanyalah sosok asing yang mengerutkan kening saat ia berbincang dengan laki-laki, atau perempuan, lain. Sosok dingin yang menatapnya dengan sorot mata kelam tiap kali ia bersentuhan dengan orang lain. Bahkan teman-temannya… Teman-teman mereka sendiri, Demi Tuhan!

Sesak.

Ia merasa makin tercekik dalam naungan Reita. Segenap perhatian dan afeksi yang diberikan laki-laki itu hanya membuatnya semakin terpuruk dalam pengap. Dalam udara yang tak lagi jernih dan menyejukkan. Dalam keterasingan yang semakin dan semakin menyesakkan logika.

Ia tak bisa hidup lebih lama lagi dalam keabsurdan ini…

Tepat saat ia hendak melepaskan tangan itu, secarik suara rapuh mencapai otaknya.

“Jangan pergi…”

Terlalu meremukkan.

Dengan pahit, ia menyadari sosoknya sendiri yang kembali menyungkurkan diri pada ikatan buta itu. Menalikan setiap untai pada simpul yang sudah terlalu erat.

Terlalu beku.
.......................................................................................

fanfic, reituki

Previous post Next post
Up