Serenade dari Labirin Elegi (serenade 1)

Mar 08, 2009 20:10

title: Serenade dari Labirin Elegi
author: mesti
pairing/ fandom: HallxBou/ juliadoll, ancafe
rating: R, buat jaga2
warning: mental instability, AU
genre: angst, romance
disclaimer: i do not own them
author notes: as usual, credits to ruruchan yg udah nulis PhsycoSex Y dan yg udah ngebolehin saia nulis dan ngepost side story-nya. sankyu..  theme song kali ini adalah Sell My Soul dari Laruku

Serenade dari Labirin Elegi

Serenade 1

Kenapa?

Ia menatap lekat sosok yang kini tengah berbaring di depannya. Kelopak mata yang menguncup dengan rapi, toraks yang naik dan turun perlahan seiring alunan nafas, dan… Tangan yang kini menggenggam tangan kanannya.

Lemah saja. Andai ia mau, ia bisa menepiskan tangan itu sekarang juga, saat sang pemiliknya terlena dalam buaian lelap.

Hanya dengan satu gerakan ringan, dan ia akan bebas. Ia akan berhasil membebaskan diri dari cengkraman kebekuan itu.

Tapi, masih saja, ia tak melakukan apa pun. Tak sekerlip pun gerak. Tak sepatah pun suara.

Tak satu pun.

Dalam keheningan yang mencekik, ia hanya bisa merasakan dengan lebih jelas. Hanya bisa mengingat dengan lebih tajam.

Seulas nyeri menyentak pada bahunya. Ia menggigit bibir, berusaha mengikat setiap jeritan yang hendak meloncati tenggorokannya. Tidak. Tidak saat ini…

Tangan kirinya yang bebas terangkat perlahan menuju lengan atasnya yang satu lagi, lamat-lamat meyapukan jemari hingga ke perbatasan bahu. Seolah berusaha meredakan nyeri. Seolah mencoba mengecup pergi semua rasa sakit yang kini menelannya dari dalam.

Dan di tengah selimut ketakutan yang kini mengungkungnya dengan begitu halus, ia kembali menggigil.

Begitu jelas, ia masih dapat merasakan tangan itu menggenggam erat lengannya dengan intensitas yang dapat menikamnya. Lalu deretan kuku yang menancap millimeter demi millimeter ke dalm kulitnya. Kemudian teriakan. Jeritan.

Satu kali…Dua kali…Tiga kali…

Hanya menjemput sedikit kenangan itu telah menghantarkan denyut nyeri pada sistem syarafnya. Menginvasi otaknya tanpa welas, tanpa ragu…

Padahal tadinya ia hanya bermaksud mengecek kondisi laki-laki itu demi mendengar suara jeritan yang menyayat jantung. Tapi, hal berikutnya yang ia sadari adalah, ia sudah terkurung dalam kedua lengan itu.

Laki-laki itu merengkuhnya terlalu erat, terlalu rapat… seolah tengah mencari seutas harapan untuk bergantung. Serapuh dan seredup apapun itu.

Dan ia hanya bisa meringis dalam gemeretak bisu. Rasa sakit ini…rasa perih di lengan, di bahu, di punggungnya… semua terlalu nyata untuk bisa ia pungkiri.

Tapi laki-laki itu membutuhkannya. Selalu. Entah bagaimana, ia tahu itu.

Lalu dengan bantuan sedikit tranquilizer, laki-laki itu kembali tenang. Tersungkur pada teduhnya kantuk yang menjemputnya perlahan. Kali ini nyaris tanpa paksaan.

Namun, tetap saja, tangan itu bersikeras untuk tidak melepasnya pergi.

“Bou…” Laki-laki itu bergumam pelan di antara senyap mimpinya, entah apa. Ia tidak tahu. Pun ia tidak ingin mencari tahu.

Saat ini, bukankah ia bisa melepaskan diri kapan pun juga? Hanya dengan sedikit sentakan tangan, lalu langkah ringan menjauhi tempat ini.

Tapi kenapa? Kenapa ia terlanjur kelu dalam posisinya sekarang?

Kenapa?

Kenapa ia tidak jua keluar dari penjara maya ini?
...................................................................................

A/N: nyaaaaw...ganti sudut pandang >.<

halxbou, fanfic

Previous post Next post
Up