Tittle: Orenji Twilight
Author:
ra_bgtz a.k.a. Ra
Genre: romance, friendship
Theme: non yaoi
Type: multichapter
Rating: g
Chara: Arioka Daiki, Arioka Daiko (OC), Arioka Hisashino x Arioka Reika (OC, ortu Daiki-Daiko)
Disclaimer: HSB members belong to JE, story and the OCs are mine,,,
A/N: chap ini aslinya ditulis dan dipublish pertama kali pada tanggal 15 April 2010 di forum ljump, sebagai tribut u/ ultah ke-19 Daichan...^^
CHAPTER 2
Our Birthday
15 April, dua tahun lalu.
“Wah, tinggiku sudah bertambah dua centi!”
“Aku bertambah lima centi! Dan kini aku lebih tinggi tiga centi darimu!”
“Bohong!” kataku ketus.
“Kita bandingkan saja kalau kau tak percaya!” katanya sambil mengukur-ukur batas tinggi dari atas kepalaku dengan tangannya. “Tuh kan, nabrak kepalaku! Berarti kamu lebih pendek!”
“Gak mau! Gak rela! Masak kamu lebih tinggi daripadaku! Aku kan yang lebih tua!” aku merengek sambil manyun-manyun di hadapan adik kembarku sendiri,Daiki . Siang itu, di hari ulang tahun kami berdua. Kami memulai ritual tahunan kami: mengukur tinggi badan. Sebal. Tahun ini tinggi Daiki sudah menyusulku, padahal tahun kemarin masih sama, bahkan dua tahun sebelumnya justru aku yang lebih tinggi darinya!
“Dai-chan! Ari-chan!” suara Kaa-san memanggil dari arah ruang depan. Kami berdua pun segera menghampiri beliau, dan ternyata Tou-san pun sudah bersama beliau, mereka berdua sudah berpakaian rapi. Ritual tahunan juga, pergi berbelanja kado untuk kami bersama-sama.
“Jadi, mau dibelikan apa untuk ulang tahun kalian yang kelimabelas ini?” Tanya Tou-san kepada kami yang duduk di kanan-kirinya.
“Mmm…. Kami mau…” aku memulai.
“Wii! …”
"PS baru! ..."
“Terus Pocky juga! ...”
“Yang banyak! …”
“Terus iPod baru juga! …”
“laptop buat kami juga!”
“Iya, semuanya!” jawab kami berdua bersamaan.
Tou-san malah tersenyum mendengar permintaan kami yang “bejibun” itu, dan beliau merangkul kami berdua.
“Ne… kalian kan sekarang sudah kelas tiga SMP… Bagaimana kalau Tou-san hadiahi buku-buku persiapan ujian?”
“HHAA?! Tou-san, jangan “siksa” kami begitu donk! Kami kan juga butuh hiburan!!” Protes kami serempak.
“Hahaha… iya, Tou-san kan hanya ingin kalian juga serius belajar untuk ujian kalian mendatang!” katanya sambil mengacak-acak rambut kami. “Ya sudah, Tou-san dan Kaa-san pergi dulu membeli hadiah untuk kalian, kalian jaga rumah ya!”
“Kok? Kan kita biasa pergi bareng-bareng?” protesku lagi.
“Terus barusan Tou-san nanya ‘kami mau hadiah apa’ untuk apa?”
“Tou-san hanya ingin menanyakan pendapat kalian saja. Sebenarnya kami sudah punya rencana lain, tapi masih rahasia….” Jawah Kaa-san sambil tersenyum.
“Baiklah, kami berangkat dulu ya! Kalau kalian bosan di rumah berdua, pergilah main keluar, tapi jangan lupa untuk mengunci pintu rumah ya! Si bibik sedang pulang kampung, gak ada yang jaga di rumah.” Pesan Tou-san sebelum pergi.
“Daah…”
***
“Bosan!” keluhku kesal setelah satu jam ditinggal oleh orangtua kami. “Dai-chan, kita nonton di bioskop aja yuk!”
“Nonton apa?”
“Ya nonton film!”
“Maksudku film apa?”
“Hmmm, gak tahu. Kita lihat aja dulu, siapa tahu ada yang rame.”
“Ya sudah. Yuk, kita pergi!”
***
Kami pun akhirnya nonton film horror sambil membawa cemilan yang banyak, terutama Pocky -makanan “kebangsaan” kami berdua!
Awalnya kami sangat nyaman nonton film horror berdua sambil nyemil. Tapi aku baru ingat, Dai-chan sangat penakut. Sementara aku, meskipun cewek, tak takut dengan makhluk-makhluk tengik bernama “hantu” itu. Itu kan hanya khayalan.
Dai-chan yang ketakutan berusaha menepis rasa takutnya dengan mengunyah lebih cepat daripada biasanya, sampai-sampai dia pun memakan Pocky milikku yang tinggal sebungkus lagi. “Dai-chan! Ini Pocky-ku!” aku langsung kesal dan merebutnya saat tahu jatahku diembat Dai-chan.
“Ari-chan! Tapi aku merasa ketakutan kalau tidak mengunyah Pocky!”
“Ah, dasar kamu penakut!”
“Biarin! Kemarikan Pocky-nya!”
Kami pun malah bertengkar memperebutkan Pocky di dalam bioskop! Terang saja, semua penonton di bioskop itu langsung protes!
“WOY, GANGGU AJA! INI BIOSKOP TAUK!”
“HEY, KALAU BERTENGKAR JANGAN DI SINI!”
“KELUAR KALIAN!! MENGGANGGU SARANA PUBLIK!!”
Dan kami pun diusir oleh petugas di bioskop tersebut.
Namun pertengkaran masih belum berhenti dan kami masih memperebutkan sisa dari sebungkus Pocky itu. Kemudian tiba-tiba… aku yang sudah berhasil menggenggam Pocky itu terpental dan Daiki berusaha merebutnya kembali, namun genggamannya pun tak benar sehingga Pocky itu terlempar ke tengah jalan raya.
“SRAKK!!” sebuah mobil tiba-tiba melintas dan melindas sisa Pocky yang sedari tadi kami perebutkan.
“AARGH!! POCKY-KU!!” teriakku hampir menangis.Dai-chan malah bengong melihatnya. Kemudian aku menangis sejadi-jadinya. “HUWAAA!! POCKY-KU!! DAI-CHAN JAHAT!!”
Cengeng? Ya, aku memang sangat cengeng bila dibandingkan dengan Dai-chan. Untuk hal sepele macam ini saja aku langsung menangis heboh.
Wajah Dai-chan menimbulkan guratan ekspresi rasa bersalah. Dia paling tak tahan melihatku menangis.
Tiba-tiba dia merangkulku…
“Nee-chan, jangan menangis. Gomen ne… aku gantiin deh Pocky-nya, asal nee-chan berhenti nangisnya.… Ya? Ya?” bujuknya padaku. Aih, dia memanggilku “nee-chan”, panggilan yang selalu dia lontarkan padaku jika sedang berusaha membujukku. Dia “lagi baik”.
“Dai-chan jahat! Aku gak terima! Pokoknya ganti!” kataku sambil menangis dan memukul-mukul Dai-chan.
Dai-chan pun menggandeng tanganku, dan menuntunku ke depan sebuah minimart. “Tunggu ya, akan kubelikan Pocky untuk nee-chan. Tapi nee-chan jangan nangis lagi ya!” bujuknya lagi padaku yang masih terisak.
Hari itu, sebuah keajaiban bagiku, si “Mbul” membelikan Pocky untukku, tidak tanggung-tanggung, dia membelikanku sepuluh bungkus sekaligus! Saat kutanya mengapa tumben sekali dia baik seperti ini, dia malah menjawab, “Aku tak ingin melihat seseorang yang menangis di hari ulang tahunnya, apalagi jika orang itu saudaraku, bahkan ulang tahunnya pun sama denganku.”
Aku tertegun menatapnya. Waduh, kata-katanya itu lho…
“Lagian, itung-itung hadiah dariku untukmu kan….” Lalu tangannya menengadah padaku, “Sekarang, mana hadiah untukku?”
Kusodorkan lima bungkus Pocky darinya, sama-sama saja sebenarnya.” Nih, Pocky-nya kebanyakan. Aku tak mau sakit perut karena menghabiskannya sendirian. Kita makan sama-sama saja!" jawabku sambil nyengir.
Dai-chan tersenyum melihatku yang sudah kembali manja dan berhenti menangis. Kami berdua pun tertawa. Pocky, cemilan yang paling kami suka, ternyata bisa membuat kami berdua bertengkar dan juga tertawa bersama.
HAPPY BIRTHDAY, TWINS!
***
15 April, hari ini.
“Dai-chan! Ari-chan! Sedang apa kalian? Cepat turun!” panggil Kaa-san dari bawah.
“Sedang berlatih musik, Kaa-san! Sebentar lagi kami ke bawah!” sahut kami dari balik pintu “studio” kami yang terbuka.
Oh iya, aku lupa mengatakan, hadiah apa yang Tou-san dan Kaa-san berikan untuk kami di hari ulang tahun kelimabelas kami. Mereka memberi kami satu perangkat alat band lengkap: drum, gitar, bass, keyboard, dan alat-alat pelengkapnya. Senangnya! Mereka tahu kami sangat suka musik. Alhasil, kamar bermain kami kini telah disulap jadi studio musik kami pribadi.
Kami berdua pun bergegas turun menghampiri Kaa-san dan Tousan di ruang depan. Ada apa ya? Pasti tentang hadiah ulang tahun lagi.
Seperti biasa, kami duduk di kanan-kiri Tou-san dan beliau merangkul kami. “Tebak apa hadiah untuk kalian tahun ini?”
“Memangnya apa, Tou-san?” tanyaku.
“Hadiahnya sudah ada di garasi, coba saja kalian cek.”
Tanpa basa-basi, kami berdua segera menuju garasi. Tahukah kalian apa yang kami temukan?
SEPERANGKAT DJ SET yang selama ini kami impikan! Wah,,, Terima kasih Tou-san! Terima kasih, Kaa-san! Kalian memang paling mengerti kami!
Aku, Daiki, dan Tou-san memindahkan DJ set itu ke studio kami bersama-sama. Kami kembali menata ulang studio kami dengan barang baru di dalamnya.
“OK, sekarang sudah beres. Yang akur ya, mainnya!” pesan Tou-san sambil meninggalkan studio.
Yang akur?
“Aku duluan yang main!” ujar Daiki.
“Tidak, aku duluan!” bantahku.
“Aku duluan, kan aku sudah lebih tinggi 13 cm daripadamu!”
“Eh? Gak ada hubungannya! Aku duluan donk, kan aku yang lebih tua!”
“Gak mau!”
“Gak mau!”
Kami pun bertengkar kembali di ulang tahun ke 17 ini. Seakan-akan sudah menjadi ritual ulang tahun kami… hahaha....
HAPPY BIRTHDAY, MYSELF! HAPPPY BIRTHDAY, MY TWIN! HAPPY BIRTHDAY, US!
***
To Be Continued