Orenji Twilight (3/15)

Jul 17, 2010 21:09

Tittle: Orenji Twilight
Author: ra_bgtz a.k.a. Ra
Genre: romance, friendship
Theme: non yaoi
Type: multichapter
Rating: pg-13
Chara: Arioka Daiki, Arioka Daiko (OC) x Inoo Kei, Yabu Kouta, Yaotome Hikaru, Takaki Yuuya
Disclaimer: HSB members belong to JE, story and the OCs are mine,,,


CHAPTER 3
My New Project

“Kenapa? Kok dari tadi manyun melulu?!” tanyanya tanpa perasaan bersalah sama sekali.
“Gak! Gak ada apa-apa!” jawabku sambil masih manyun.
“Ih, Daiko-chan, tahu gak, ‘Kepiting’ itu kalau manyun tampangnya jelek banget lho!” ujarnya “sok” serius.
“Biarin!” tukasku singkat, lalu aku pergi meninggalkan dia karena kesal.

“Oi, Kepiting! Aku mau minta tolong nih…” Kei mengirimkan email padaku malam itu.
“Minta tolong apa, Kepala Besar?” balasku.
“Tolong sampaikan ucapan selamat ulang tahunku pada Arioka Daiko-san. Katakan juga bahwa di pertambahan usianya ini aku pun akan semakin menyayanginya, dan kuharap dia pun akan semakin cinta padaku.”
Gombal.
Kubalas, “Katakan saja sendiri padanya! Seenaknya saja main titip-titipan salam!”

Tiba-tiba keitai-ku berdering. Gawat! Malam-malam begini Kei malah meneleponku! Bagaimana jika Tousan mendengarnya?!
“Kei, ngapain nelepon?!” bisikku panik.
“Happy birthday, My Dear Angel. I wish you all the best. Although I know it’s hard, I hope our love will last forever…. Oyasumi, honey… *chuu~*”
Aku terdiam sejenak.
*chuu~* kubalas ciuman jarak jauhnya.
Lalu dia pun menutup teleponnya.

Kyaaaa!!! Ternyata si “Kepala Besar” bisa romantis juga!!!

Lalu keitai-ku berdering lagi, sms dari Kei: “Oya lupa, besok jalan-jalan yuk sepulang sekolah. Kau sudah tak dijemput Tousan-mu lagi kan? Aku ingin memberikan coklat dan sebuah kado untuk si Kepiting….”

GOMBAL!!!
Dia berhasil membuatku terlalu berharap padanya! Kemarin sore, sepulang sekolah, dia benar-benar lupa pada janjinya! Dia malah pulang duluan tanpa berkata sepatah kata pun padaku! Sampai hari ini, tak satu kalipun dia membahas tentang janjinya. DASAR PIKUN!

***

“Mengapa tak kau tanyakan langsung padanya? Mungkin dia emang lupa?” kata sahabatku, Yoshimura Fumiya.
“Gak mau ah! Gengsi dong, kalau aku harus nagih-nagih janji macam itu. Kan dia yang udah janji!”
“Dasar, kamu ini! Sama pacar sendiri main ‘gengsi-gengsian’! Hihihi…”

“Fumi-chan sendiri bagaimana? Masak tak pernah menceritakan siapa pacarmu sih? Aku kan sahabatmu!”
“Hihihi… kan sudah kubilang rahasia! Nanti juga aku cerita kok… kalau waktunya sudah tepat.” Fumi-chan tersenyum padaku.
“Tapi pacar Fumi-chan tentunya baik kan? Waktu ultahmu yang lalu saja dia mengajakmu pergi melihat bintang. Sementara Kei? Dia malah lupa sudah mengajakku….” keluhku.
“Hahaha… sudahlah Ari-chan… itu pun kebetulan karena pacarku sedang tidak sibuk. Biasanya pun kami jarang bertemu kok! Mungkin Inoo memang lupa saja….”
“Tetap saja aku iri pada Fumi-chan… meskipun backstreet juga, tapi kau tak pernah terlihat menderita….”
“Menderita?? Itu sih pasti gara-gara Ari-chan ‘terlalu cinta’ pada Inoo … makanya jika ada masalah sedikit langsung dianggap serius….” Goda Fumi-chan sambil mencubit pipi gembilku.

“Di sini kau rupanya.” Dai-chan tiba-tiba muncul. “Eh, ada Yoshimura juga.” Dai-chan dan Fumi-chan pun saling mengangguk. “Pulang yuk! Kalau terlalu sore, Tousan bisa marah.”
“Un! Aku pulang duluan, Fumi-chan!”
“Hati-hati di jalan!” ujar Fumi-chan sambil melambaikan tangannya kepada kami.

“Dai-chan, lihat apa sih?” tanyaku pada Dai-chan yang sedari tadi terus-terusan menoleh ke belakang.
“Eh, hm… Enggak kok. Cuman pengen lihat ke belakang aja.” jawab Dai-chan agak gugup. “Eh, kamu jadi gak sih pergi bareng Kei?”
“Udah ah, jangan bahas hal itu lagi!” sahutku sambil jalan cepat-cepat.

***

Sebal. Selalu aku. Kenapa selalu aku yang kerepotan seperti ini?
Mentang-mentang aku wakil ketua kelas, selalu saja aku yang direpotkan tentang masalah kelas. Bahkan ketua kelas sendiri pun tak bisa meluangkan waktunya untuk sedikit membantuku.
Kini, aku sedang merekap ulang data siswa kelas XI A yang akan mengikuti darmawisata ke Gunung Fuji. Koordinator yang sebenarnya merasa kerepotan dengan data-data yang telah dia kumpulkan dan memintaku untuk membantunya. Dan aku tak bisa untuk berkata “tidak”! Padahal cara dia mengumpulkan data siswa sungguh sangat buruk! Aku ditinggal di kelas sendirian karena mengerjakan sisa pekerjaan dia yang kini sudah pulang, padahal deadline pengumpulan data siswa hari ini! Sebal! Apalagi besok ulangan kimia! Tugas eigo membuat summary the Lord of the Ring pun belum selesai! Rasanya aku ingin menangis saja.

Wuush! Tiba-tiba angin berhembus dari jendela kelas yang terbuka dan menerbangkan kertas-kertas yang sedang kususun.
Tidak!!! Padahal penyusunan datanya hampir selesai!!
Ya Tuhan, kalau begini rasanya aku takkan kuat lagi! Saat hendak memunguti kertas-kertas itu, tubuhku tiba-tiba limbung. Aku merasa bahwa aku akan terjatuh…. Aku sungguh tak kuat lagi…. Tubuhku sudah sangat lemas….

Namun tiba-tiba ada seseorang yang menahanku agar tidak terjatuh. Dia memegang bahuku dengan kuat namun lembut.

Siapa?

Aku pun berbalik.

Kei?

Tak bisa kubendung lagi, aku langsung menangis di pelukannya. Biarlah dia mengaggapku cengeng, aku sungguh tak kuat lagi. Biarlah kusimpan dulu semua gengsiku pada Kei. Sesekali aku ingin dia tahu, aku tak sekuat apa yang dia lihat selama ini.

Kei membelai lembut punggungku. “Makanya, sudah kubilang jangan sok kuat. Tugas udah seabrek-abrek masih ngerjain yang lain-lain pula.” gumamnya di sela isak tangisku. Nadanya tidak mengejek seperti biasa, tidak. Malahan kata-katanya membuatku merasa tenang, membuatku merasa bahwa dialah yang paling mengerti tentangku, dialah yang selalu ada untukku.

“Maaf jadi cengeng gini….” ujarku setelah tangisanku mulai reda. Kei pun melepaskan pelukannya dariku.

“Udah nangisnya?” dia menatapku. “Terus, mana ‘senyum kepiting’mu yang kawaii itu?”
“Jahat ih, mana ada kepiting bisa senyum?” aku meninju lembut dadanya sambil tersipu. Dia bilang kawaii?
“Nah gitu donk, kan lebih cantik!”
“Apa sih, Kei…” wajahku pasti sudah “matang” gara-gara Kei menggodaiku terus, dan dia malah terkikik melihatku yang seperti ini.

Kembali, aku memunguti kertas-kertas yang tadi beterbangan. Kei membantuku. Aku pun melanjutkan pekerjaanku sambil ditemani bahkan dibantu orang yang paling kucintai di dunia. Rasanya nyaman sekali bila dia ada di sampingku, pekerjaan seberat apa pun jadi terasa ringan.

“Sip! Udah selesai! Makasih ya, Kei! Sekarang tinggal nyerahin data-data ini ke Ishida-sensei!” ujarku ceria. Aku pun beranjak hendak menyerahkan data-data itu ke ruang guru. Tapi… kok tiba-tiba limbung lagi ya?

Hampir saja aku terjatuh jika Kei tak kembali menahanku.

“Dibilangin jangan sok kuat… ” gumamnya pelan. “Sini, kugendong saja ya!”

HAA?! DIGENDONG?!

“Ngapain?! Masak digendong?!”
“Iya, sini kugendong kamu!” kata Kei sambil jongkok, mengambil posisi hendak menggendongku.
“Apa-apaan sih?! Tar orang-orang pada ngeliatin!! Gak mau ah…” aku menolaknya. Gila saja, kalau sampai ada yang melihatku digendong oleh Kei, apa lagi jika salah satu sensei kami tahu, bisa-bisa Tou-san juga tahu….
“Terus gimana dong?” Kei memasang tampang polosnya. Bolot banget sih. Atau memang dia sengaja nyari kesempatan?
“Ya… aku minta tolong kamu yang nyerahin data ini ke Ishida-sensei.”
Tampang Kei agak mangkel. “OK deh, sini, biar aku saja yang menyerahkan data-data itu.” Ujarnya sambil mengambil kertas-kertas di tanganku. “Tapi kamu tunggu di sini ya! Jangan ke mana-mana sebelum aku balik ke sini. Aku gak tanggung lho kalau kamu jatuh lagi….”
“Un!” anggukku. Kei pun pergi setelah mengacak rambutku.

Setelah Kei kembali, kami pun kemudian pulang bersama. Dai-chan yang biasanya pulang bersamaku sudah pulang dari tadi, ada janji dengan teman katanya.
Tiba-tiba Kei menggenggam tanganku.
“Eh?” aku kaget.
“Kenapa?? Memang tak boleh ya, aku memegang tangan pacarku sendiri. Lagipula, keadaanmu kan sedang tidak baik. Kalau kau jatuh kan aku jadi khawatir. Kau juga boleh kok, memeluk tanganku.” ujarnya.
Aku diam saja. Bukannya begitu, tapi… kau tahu sendirilah….

Saat berjalan bersamanya, aku terus-menerus menatap si “Kepala Besar” ini. Inoo Kei, si pintar berkepala besar yang kini menjadi pacar ‘backstreet’ku ini, sudah kukenal sejak setahun yang lalu. Dia sahabat Dai-chan sejak kelas X, dan juga sainganku sejak kelas X. Aku dan dia selalu bertengkar sepanjang waktu, tapi ternyata kami sama-sama saling suka. Dasar, kisah cinta yang aneh. Hari ini, menurutku, dia jauh lebih ganteng daripada biasanya. Sungguh, aku tambah cinta padanya sejak dia menemaniku di kelas tadi. Untung ada kau, Kei… kataku dalam hati.

“Kenapa? Kok ngeliatin terus?” tanyanya. “Baru nyadar kalau aku ganteng ya?”
Aku manyun menanggapi kenarsisannya.
“Atau baru nyadar kalau kamu tuh pendek banget dibanding denganku?” senyum jahilnya menyeringai.
Lho?! “KEI!!!” aku mencubit bahunya sekencang-kencangnya.
“AAAWW!!! ITTAI, Daiko-chan!!!”

***

Teng Teng Teng… bel masuk kelas berbunyi.

Kali ini jam pelajaran seni musik, mata pelajaran favoritku. Teman-teman yang sedari tadi ribut mendadak hening saat guru seni musik kami melangkah masuk ke dalam kelas. Tak heran, Nami-sensei memang terkenal killer. Tapi tidak bagiku, Daiki, dan Kei, mungkin karena kami suka musik, beliau bersikap ‘agak berbeda’ pada kami. Eh, lupa, bukan hanya kami, ada seorang lagi sainganku di kelas, terutama di mata pelajaran seni musik ini. Dia, yang duduk di pojokan sana, saingan beratku yang selalu memandang sinis padaku, lelaki yg rambutnya bercat coklat terang, yang menurut cewek-cewek di kelas paling cool dan sexy, TAKAKI YUYA.

Tanpa basa-basi, setelah kami semua melakukan gerakan hormat membungkuk, Bu Nami yang wataknya memang tegas tiba-tiba memanggil, “Arioka Daiko-san, Takaki Yuya-san, tolong kalian ke ruang guru secepatnya. Ada hal penting yang ingin saya bicarakan. Saya akan menyusul kalian setelah selesai memberi tugas pada temen-teman kalian.”

Aku dan Takaki saling bertatapan kebingungan, ada apa ini? Kulihat Daiki di belakangku, dia tersenyum normal. Tapi saat kutatap Kei… lho?! Kok dia malah memandang sinis pada Takaki?! Cemburukah? Mungkin. Kemarin saja saat melihatku sedang mengobrol akrab dengan seorang lelaki teman SD-ku, Kei mencak-mencak tak keruan sepanjang hari itu. Aku baru tahu kalau dia ternyata posesif.

Kembali ke masalah aku dan Takaki. Kami berdua bergegas menuju ruang guru, dan menemukan dua guru musik dari kelas B dan C, Matsuda-sensei dan Takada-sensei sudah menunggu. Ada apa ini?

Lalu menyusul di belakangku dan Takaki, dua orang pria kurus jangkung berambut coklat menghampiri kami. Keduanya tak kukenal, tapi aku mengetahui mereka dari pembicaraan teman-teman perempuanku di kelas. Dua makhluk ‘charming’ yang digilai oleh hampir seluruh siswa di Sakura Gakuen: YABU KOUTA-kun dari kelas XI C dan YAOTOME HIKARU-kun dari kelas XI B. Aku makin bertanya-tanya, ada apa ini?!

Tiba-tiba Nami-sensei muncul di belakang kedua pemuda itu dan berkata, “Yabu, Yaotome, Arioka, dan Takaki, kami, para guru musik Sakura Gakuen, bermaksud membuat sebuah band akustik dari siswa-siswi berbakat dan terpilih untuk mengikuti lomba band akustik tahun ini… yaitu kalian berempat.”

What?! Serius?! Band akustik?! Kami berempat?! Wow….

***

To Be Continued
 

genre: romance, theme: non-yaoi, rating: pg-13, type: multichapter, author: ra_bgtz, fandom: hey!say!jump, genre: friendship, pairing: inoo kei/oc

Previous post Next post
Up