Sweet Romance

Jun 03, 2010 21:23

Title: Sweet Romance
Author: Angel
Requester: smilling_kiddo - enjel ;P
Pairing: Okamoto Keito x Ichisaka Nadeshiko (OC - Enjel)
Genre: failedRomance
Rating: T
Theme: Yaoi / Non-Yaoi
Discl.: Hehehe. Saya mah cuma punya plotnya doangs. Hehe =))
A/N: UWAAAAAAHHH~ Gatau kenapa, kerja keras bgt bikin ff ini. Gila, lama bgt bikinnya. Hahaha *author gagal* Yaudah deh, semoga sukaaaa <3




Sore tadi dia boleh membayangkan pulang bersama seorang gadis yang tangan mungilnya begitu nyaman digenggam. Sambil mendengar suara tawanya dan celotehannya. Seperti biasa, sesekali dia akan mencubit pipi si perempuan karena gemas. Siapa juga tahu gadisnya itu menggemaskan.

Tapi, Okamoto Keito baru saja batal detto dengan kekasihnya, Ichisaka Nadeshiko. Lebih dari satu setengah jam Keito menunggu gadisnya datang, tetapi batang hidungnya tidak kunjung nampak. Dihubungi tidak bisa, sama sekali! Mungkin Nadeshiko lupa ‘membuang’ keitainya dimana. Hah, Keito menghela nafas agak dalam.

Langkah kakinya mengikuti angin yang berbisik untuk berjalan ke rumah Nadeshiko. Sudah malam, Keito berjalan ditemani oleh orkestra jangkrik yang semakin malam semakin banyak personelnya. Malam musim gugur, agak lebih dingin dari biasanya. Keito lupa melihat temperatur hari itu. Hingga sampai cowok itu sampai di depan rumah Nadeshiko, tangannya masih mengelus-elus lengannya sendiri. Seandainya Nadeshiko datang pasti Keito lupa kalau musim gugur sudah di depan mata.

Keito menekan bel dan tidak lama muncul seorang laki-laki yang sudah Keito kenal betul. Ichisaka Naori, kakak Nadeshiko.

“Konbanwa, Nao-niichan.” Keito membungkuk hormat.

“Ara! Keito-kun? Ada apa tumben sekali datang kesini malam minggu?” tanya kakak Nadeshiko ramah sambil berjalan mendekatinya. Rambut cowok itu berantakan seperti baru bangun tidur-mungkin kebablasan tidur siang.

“Nadeshiko ada di rumah?”

Naori mengerutkan keningnya, seperti bingung akan pertanyaan pacar adiknya itu. “Lho, memang tidak bersama Keito? Aku kira dia pergi bersama Keito. Dia tadi sore udah pergi soalnya. Sendirian.”

Astaga! Mata Keito membelalak. “Tidak ada?” Dijawab dengan anggukan pasti dari Naori.

Kemana gadis itu?

“Souka. Ja-“ Keito membungkuk. “-arigatou, Nii-chan.”

Keito berbalik, memunggungi laki-laki dewasa dengan wajah persis seperti Nadeshiko. Mata mereka sama, bibir mereka sama, hidungnya pun sama. Yang berbeda hanya gender, tentu saja.

Di bawah temaram lampu jalan, Keito seperti melihat bayangan seorang gadis yang sungguh familiar di matanya. Berpakaian sederhana, hanya kaus kuning bergambar spongebob dan celana jeans. Rambut panjangnya dibiarkan terurai, membiarkan angin malam meniup helai-helai rambutnya. Tapi… dia jalan berdua dengan-

Err-seorang cowok.

“Nadeshiko?” panggil Keito pelan.

Seperti merasa dipanggil, gadis itu melihat ke depan lebih jelas. Memajukan kepalanya, matanya memicing sedikit sampai ia menyahut, “Okamoto-kun!”

Gadis yang berseru itu memang Nadeshiko, putri terakhir keluarga Ichisaka. Dengan cepat gadis itu berlari ke arah Keito, meninggalkan cowok yang tadi berjalan beriringan dengannya. Ketika sampai di hadapan Keito, Nadeshiko segera memeluk cowok itu. Keito balas melingkarkan tangannya dipunggung Nadeshiko.

“Kau darimana?” tanya Keito lembut.

Nadeshiko berpikir sejenak, “Tadi aku mau ke taman, mau bertemu Okamoto-kun. Tapi dijalan aku bertemu dia.”

Telunjuknya menunjuk seorang cowok berkemeja rapi kotak-kotak. Tampak jelas bahwa cowok itu adalah seorang yang dewasa dan bertanggung jawab. Auranya jelas terlihat disana. Wajahnya sempurna, tubuhnya berisi, walaupun Keito lebih tinggi darinya, tapi cowok itu diliputi oleh kepercayaan diri yang tinggi. Dan satu detik setelah aku dan Nadeshiko melihat ke arahnya, laki-laki itu mengulurkan tangannya.

“Yamada Ryosuke desu.”

Aku menyambut uluran tangannya. “Okamoto Keito desu.”

“Yama-chan ini teman baletku dulu. Aku sudah berhenti sejak kakiku cedera waktu itu, tapi Yama-chan masih lanjut. Jadi, tadi kami bercerita-cerita ya, Yama-chan?” Ucapan Nadeshiko dijawab dengan anggukan. “Oh ya, Yama-chan. Keito ini pacarku. Kakkoi seperti yang aku ceritakan, kan?”

Suara tawa terdengar keluar dari bibir laki-laki itu. “Sou sou. Tapi aku tidak kalah ganteng kan, Nacchan?”

Nacchan? Panggilan sayang-kah?
HOI! Itu panggilan sayangku padanya, bung!

Keito tersedak dalam hati. Sedekat itukah mereka hingga mereka memiliki panggilan sayang masing-masing. Yama-chan. Nacchan. Api di mata Keito sudah berkobar-kobar. Cemburu. Terserah mau buta atau punya mata.

“Kalau begitu, aku pulang dulu ya, Nacchan.” Yamada Ryosuke melambaikan tangannya-YA TUHAN, COWOK ITU MELAMBAI!

Di-dia laki-laki-kah?!

A-Atau…

Tapi, balet… Bukan berarti cowok les balet itu melambai semua kan? Tapi cowok ini… gemulai sekali.

“Bye, Nacchan, Okamoto-kun.” Sekali, cowok itu mengedipkan sebelah matanya dengan genit mereka berdua. Nadeshiko membalasnya tak kalah genit.

Keito butuh penjelasan. “Kalian berdua? Yamada Ryosuke itu? Ke-kenapa dia melambai seperti itu? Nadeshiko…!”

“Haha. Okamoto-kun cemburu yaaaaa?” tanya Nadeshiko menggodanya.

“Tentu saja! Aku kan normal!”

Nadeshiko kembali bergelayutan manja di lengan kekasihnya. “Yama-chan itu teman dekatku saat kami kecil dulu. Sama-sama dibesarkan di studio balet. Dan menurut Kaa-chan, ibu Yama-chan ingin sekali punya anak perempuan. Tidak heran ketika lahir, Yama-chan jadi seperti itu. Agak melambai.” Nadeshiko tersenyum manja, “Jadi… Okamoto-kun masih cemburu pada Yama-chan?”

Keito mengangguk mengerti. Membelai lembut rambut panjang Nadeshiko dan mencium pipi gadisnya. “Nggak. Nggak lagi. Aku percaya pada Nacchan.”

Balas, Nadeshiko balas mencium pipi kekasihnya.

*

“Okamoto-kun.”

“Hm?”

“Aku tau sesuatu tentang Nacchan-mu.”

“Kalau mau bergosip aku tidak pernah mau dengar. Dasar cowok gila!”

“Terserah kau mau dengar atau tidak.”

“…”

“Seminggu terakhir ini, aku melihat Nadeshiko keluar masuk host club.”

“…”

“Ternyata kekasihmu itu tidak sepolos yang kami lihat ya.”

BUG!

Tangan Keito melayang meninju pipi mulus cowok teman sekolahnya. Tukang gossip, banci, tidak tahu malu! Keito kalap dan meninju wajah itu sekali lagi.

Tidak… Dia tidak percaya!

Tapi rasa penasaran hinggap tiba-tiba.

*

Nadeshiko terlihat berlari dengan kecepatan tinggi. Peluh sudah berjatuhkan ke wajahnya. Di tangannya, gadis itu membawa kotak makan berwarna orange. Nadeshiko yang masih membawa tasnya dengan begitu semangat berlari mengelilingi sekolah mencari satu-satunya orang yang berada di hatinya, Okamoto Keito.

Masih jam 7.30, tapi Nadeshiko terlihat seperti sedang mengikuti pelajaran olahraga sejak satu jam lalu. Masih pagi, burung pun masih menyenandungkan lagu selamat tinggal pada malam. Tapi Nadeshiko itu memang lucu. Aduh… aneh kalau boleh dibilang.

Tepat ketika Nadeshiko kembali ke pintu gerbang sekolah, ketika bibirnya sudah mengering, dan burung-burung mengucapkan selamat tinggal pada ranting pohon yang dihinggapi mereka, onyx-nya menangkap sosok Keito. Okamoto-kun-nya.

“OKAMOTO-KUN!!” seru Nadeshiko penuh semangat.

Kakinya kembali dipacu sekuat yang ia bisa. Hingga sampai ia bernafas terputus-putus di hadapan Keito, Nadeshiko menjulurkan kedua tangannya yang sedang memegang bento.

“Kore!” ujar Nadeshiko sambil tersenyum. “Ini bento untuk Okamoto-kun.”

“Kau berlari mencariku dari pagi, padahal kan kau tau aku datang jam segini. Dan… hanya untuk memberikan ini?” tanya Keito sambil menerima kotak makan yang diberikan Nadeshiko.

Nadeshiko mengangguk semangat. “Ini bukan ‘hanya’, Okamoto-kun! Aku membuatnya dengan penuh cintaaaa~” Senyum terkembang di bibirnya.

CUP!

Ciuman kilat hinggap di bibir Nadeshiko. Tangannya dengan cepat menutup bibirnya dan kepalanya bergerak berputar ke kanan dan ke kiri. Takut ada yang melihat mereka.

“Kenapa takut? Tidak ada yang lihat,” kata Keito sambil tersenyum manis. “Lagipula ka-“

“Okamoto-kuuuuuunnn!!” Pipi Nadeshiko memerah dan dalam hitungan detik gadis itu menghilang dari hadapan Keito. Nadeshiko sudah berlari ke toilet, tersipu malu.

Itu… Itu ciuman pertamanya!

Okamoto-kun gila!

Nadeshiko menatap pantulan wajahnya di kaca wastafel sekolahnya. Pipinya sudah benar-benar memerah sekarang. Rasanya dia bisa mati melayang saat itu. Senyumnya tidak akan memudah hari itu. Nadeshiko sungguh bahagia!

*

Yang dia tahu, gadis itu sudah pasti Nadeshiko Ichisaka.

Pasti.

Dia yakin.

Gadis yang baru saja masuk ke host club itu Nadeshiko. Mata Keito tidak salah. Kekasihnya benar-benar masuk ke host club itu. Yang lebih parah, pakaian Nadeshiko benar-benar terbuka. Rambutnya terurai, baju dengan tali spaghetti, dan panjangnya diatas lutut. Keito melirik jam tangannya, 19.34.

Keito menelan ludahnya.

“Nadeshiko…” bisiknya.

Langit memang gelap lebih cepat dari hari-hari sebelumnya. Keito merapatkan tubuhnya ke dalam jaketnya yang berwarna biru muda. Membawa tubuhnya semakin merapat ke balik halte bus yang terletak tidak jauh dari host club itu. Mata Keito dipertahankan terbuka, terjaga untuk melihat Nadeshiko.

Otaknya berputar begitu liar. Membayangkan, berasumsi sendiri apa yang terjadi pada Nadeshiko. Mencari-cari, menebak alasan mengapa kekasihnya bisa ke host club. Sendirian!

Nadeshiko kadang agak mengejutkan memang. Tapi… bukan yang seperti ini.

Tadi, terakhir kali Nadeshiko mengirimkan mail, katanya gadis itu akan pergi ke acara keluarga. Tapi kenapa kenyataannya dia pergi ke host club? Dia berbohong.

Rintik hujan. Perlahan airmata malaikat jatuh membasahi bumi. Mata Keito menyipit. Sepatunya mulai basah dan tanah yang diinjaknya semakin menciptakan genangan air.

Keito memutuskan sesuatu. Dia akan masuk!

Kakinya melangkah cepat. Menunjukkan kartu identitasnya, untuk saja dia sudah terbilang cukup umur untuk masuk ke dalam club itu.

Gelap. Lampu remang-remang, musik berdentum kencang. Di sana-sini berseliweran orang dengan pakaian formal. Yang perempuan kebanyakan mengenakan baju terbuka dengan warna menyilaukan. Yang laki-laki banyak yang memakai jas hitam dengan dasi berbagai macam warna dan motif. Mata Keito menyipit, mencoba mencari sosok Nadeshiko di antara orang-orang itu.

Tiba-tiba Keito merasakan tangannya digenggam dari belakang oleh tangan lembut dan lebih kecil. Hidungnya mencium sebuah wangi parfum yang soft. Lalu terdengar sebuah bisikan dengan nada mesra.

“Hei… Kau-kah host termuda disini? Gaya cuek, khas anak SMA. Mau denganku?”

Keito berbalik dan menemukan seorang perempuan berwajah imut yang mengenakan pakaian mini one piece berwarna emas dengan kelap-kelip disana sini. Belahan dadanya terlalu rendah, dan roknya sangat pendek. Keterlaluan. Keito menghempaskan tangannya.

“Maaf, aku tidak tertarik.”

Tiba-tiba wajah perempuan itu berubah cemberut dan memerah. Sepertinya dia mabuk. Matanya melirik kebelakang, tapi tangannya masih menggenggam Keito. Mata cowok itu sudah berkeliaran lagi mencari Nadeshiko yang pastinya tenggelam di antara orang-orang itu.

Dalam hitungan detik, dari kanan kiri depan dan belakang tubuh Keito dihimpit oleh puluan perempuan cantik namun bertingkah aneh. Tangan mereka dengan cepat menggenggam erat tangan Keito. Menarik-narik baju laki-laki yang jelas saja terganggu. Keito berusaha keluar dari kerumunan tapi tidak bisa.

“Hei… hei! Lepaskan aku!” seru Keito panik.

Tapi tidak ada satupun dari mereka yang beranjak menjauh. Mereka malah berteriak-teriak riang penuh tawa sambil sesekali membelai wajah Keito. Tentu saja Keito merasa geli dan terus berusaha lepas dari serangan mereka.

“Lucu sekali deh.”

“Sombong ah tidak mau main dengan kita!”

“Masih baru ya? Pantas malu-malu.”

Begitulah. Para perempuan itu terus saja mengganggu Keito. Sampai retinanya menangkap tubuh Nadeshiko yang sedang berjala bergandengan dengan seorang cowok dengan penampilan begitu sempurna. Tinggi, kurus, rambut coklat, mengenakan jas dan dasi yang pasti mahal.

Keito berusaha memanggil Nadeshiko. Tapi suaranya teredam oleh suara perempuan-perempuan sialan itu. “Nacchan! Nacchan! Nadeshiko!”

Tepat ketika mulut Keito melafalkan nama ‘Nadeshiko’, tangan perempuan-perempuan itu tiba-tiba terlepas dan suara mereka hilang, digantikan dentum musik yang semakin kencang memutarkan lagu-lagu. Keito sedikit kebingungan, tapi kakinya segera mengambil kesempatan untuk berlari dari mereka.

Seseorang dari mereka berkata, “Di-dia kenal Nadeshiko…”

Tubuh Nadeshiko telah hilang dibalik pintu hitam besar yang telah tertutup. Keito dengan ragu-ragu mendorong pintu itu, tujuannya hanya satu… mengejar Nadeshiko. Apa lagi? Ia ingin tahu apa yang dilakukan kekasihnya di dalam host club, sambil menggandeng seorang cowok pula!

Pintu itu kini telah resmi terbuka. Dan pemandangan yang terlihat oleh Keito adalah sebuah ruangan dengan berbagai jenis meja yang menyediakan permainan judi. Orang-orang yang masuk pun lebih berkelas. Musik yang mengalun lebih pelan dan elegan. Wajah-wajah yang terlihat disana pun wajah yang pasti lebih anggun, lebih berwibawa. Keito menangkap Nadeshiko sedang duduk di sofa pinggir kanan sambil tertawa lepas dengan cowok tadi… malah nambah satu!

Keito kalap. Dia berjalan menghentak dan menghampiri Nadeshiko.

“Okamoto-kun…” bisik Nadeshiko kaget.

Tangan Keito segera menarik tubuh Nadeshiko keluar dari ruangan itu, keluar dari club. Nadeshiko protes sakit. Cengraman tangan Keito memang terlalu kuat. Hingga akhirnya mereka berdua sampai di luar gedung dan berdiri berdua sambil dihiasi kucuran air dari langit yang belum berhenti.

Keito menatap ke dalam mata Nadeshiko.

“Okamoto-kun… Kok tau aku disini?” Tentu saja Nadeshiko kaget. Keito mengetahuinya berada disana.

“Kenapa bisa disini? Kenapa tidak bilang kau ke host club? Sendirian pula! Katanya ke acara keluarga! Kau berbohong!”

“AKU TIDAK BERBOHONG!”

PLAK!

Keito tidak bisa bersabar.

Pipi Nadeshiko serasa memerah dan membengkak. Tangan Keito menamparnya, menghukumnya. Tangan itu… Nadeshiko masih berusaha untuk kuat. Matanya masih menatap telak mata Keito.

“Mau bilang cowok itu teman baletmu lagi, hah?! Perempuan macam apa kau?! Datang ke tempat seperti ini malam-malam, pakaianmu terbuka sekali, berjalan bergandengan dengan seorang cowok, lalu mojok dengannya. Kau-kau keterlaluan, Nadeshiko!”

Hina. Sungguh, dimata Keito sekarang pasti Nadeshiko lebih terhina dari siapa pun yang pernah cowok itu lihat.

Mata Nadeshiko panas. Setitik airmata terjatuh. Wajahnya tertunduk. “Kau… Ternyata tidak percaya padaku.” Nadeshiko mengangkat wajahnya. “Kau bahkan tidak mendengarkan penjelasanku!”

“Untuk apa penjelasan jika mataku bisa menangkap semuanya dengan sempurna?!” seru Keito galak.

“Jadi, matamu yang paling benar?! Hah?!” Nadeshiko marah. “Terserah! Sekarang terserah kau saja!”

Nadeshiko berlari masuk lagi ke dalam gedung, meninggalkan satu jiwa yang tengah panas di luar. Mereka berdua tenggelam dalam kesalahpahaman.

*

Satu hari.

Tiga hari.

Lima hari.

Satu minggu.

Satu minggu dua hari.

Belum ada komunikasi normal antara kedua insan itu. Belum lagi mereka bertatap mata, tubuh mereka seolah sudah menjauh secara insting. Jika Keito yang melihat Nadeshiko, dia akan segera menjauhi gadis itu. Nadeshiko marah, apalagi Keito. Tapi permasalahan masih belum jelas.

Nadeshiko menjatuhkan tubuhnya di sebuah kursi, di depan senpai-nya, Aoi Ayanari. Bibirnya mengerucut, tandanya sedih. Dan yang muncul adalah senyum geli Aoi melihat bibir ‘unik’ kouhainya.

“Masih belum baikan?” tanya Aoi.

Nadeshiko menggeleng. Tandanya? Tahu sendiri.

“Kenapa tidak jelaskan pada Keito baik-baik?”

Nadeshiko menggeleng dan lalu menegakkan tulang punggungnya. “Okamoto-kun itu tidak akan mau mendengarkanku, Aoi-nee! Baru melihatku dari jauh saja dia sudah kabur. Dia itu sudah terbakar api cemburu-aduh bahasaku.”

Aoi mengigit kuku jempolnya. Aoi merasa memiliki andil dalam membicarakan masalah yang ada kepada Keito. Aoi tahu ceritanya. Mata Keito salah. Tapi Aoi masih berpikir dia tidak berhak ikut campur pada urusan dua adik kelasnya itu.

“Aoi-nee yang ngomong ke dia dong. Purizuuuu~” Nadeshiko menenggelamkan kepalanya ke dalam tangannya yang tertutup rapat satu sama lain. Matanya-pika-pika eyes andalan.

Aoi menghela nafas. “Tapi aku tidak janji ya. Aku lihat kondisi dulu. Kalau memungkinkan untukmu yang menjelaskan padanya, aku tidak akan bicara,” ujar Aoi. “Kalau sampai 3 hari bocah itu tidak juga melunak, aku turun tangan.”

*

“APALAGI SIH?!” seru Keito marah.

Suaranya memantul menabrak dinding kelasnya. Di hadapannya sudah ada Aoi, sepupunya. Mendengar bentakan Keito, otomatis tensi darah Aoi meninggi. Tidak terima dimarahi tanpa alasan begitu.

“COWOK YANG KAU LIHAT ITU NAORI, BAKA!”

Na-o-ri?

Segera saja satu kalimat diluncurkan Aoi demi mendinginnya otak Keito. Aoi tidak bisa membiarkan Keito terlena dalam api cemburut. Keito sendiri sebenarnya lelah termakan cemburu buta. Dia masih terlalu mempercayai kepalanya. Tapi… cowok itu Naori? Ichisaka Naori? Kakak kandung Nadeshiko?

“Ha?” Keito ternganga, kaget.

Naori begitu berbeda hari itu. Naori yang biasa Keito lihat adalah Naori yang berantakan, rusuh, tidak mau tahu tentang penampila. Tetapi saat itu, Naori sudah seperti eksekutif muda yang sangat rapi.

“Iya, baka!” Tangan Aoi menjitak keras kepala Keito. “Nadeshiko sudah menceritakan masalah kalian, dan asal kau tahu, saat itu aku ada di host club itu! Jadi, aku tahu ceritanya!”

Keito terdiam. Kepalanya tertunduk. “Jadi?” Kepalanya sedikit terangkat.

“Host club itu milik keluarga Ichisaka. Baru buka minggu kemarin jadi diadakan pesta pembukaan disana, di hari saat kau salah paham melihat Nadeshiko berjalan dengan cowok lain padahal sedang berjalan dengan Nii-channya.” Sedikit, Aoi menjewer telinga Keito. “Dasar! Makanya jangan suka berasumsi sendiri! Sudah nampar, salah lagi.”

Keito segera bangkit berdiri. “Dimana Nadeshiko?!”

“Tidak tahu.”

“Aku… salah.”

“SANGAT!”

Keito menunduk. “Aku tidak mau mendengarkannya. Karena seseorang memberitahuku bahwa Nadeshiko sering terlihat bolak-balik masuk ke host club itu. Aku… aku tidak percaya pada pacarku sendiri. Aku keterlaluan! Aku menampar dia. Aku sungguh sungguh menyesal. Aku ingin minta maaf. Aku sangat keterlaluan.”

Airmata menitik jatuh ke pipi Keito.

Menyalahi dirinya sendiri yang terlalu murka saat itu. Bodohnya, dia tidak mempercayai pacarnya sendiri, orang yang paling dikasihinya, Nadeshiko. Rasanya Keito ingin bersujut dan memohon maaf pada gadis itu. Memeluknya, mendekap tubuh itu dengan sayang.

“OKAMOTO-KUN GOMENASAI!”

Suara sopran terdengar dari belakang kelas Keito. Ketika matanya menangkap objek yang ada disana, seorang gadis berambut panjang sedang membungkuk begitu dalam.

“Nacchan…” bisik Keito penuh haru.

Nadeshiko berdiri tegak. “Maaf membuat kita harus diam-diaman sampai seminggu lebih. Hontou ni gomenasai, Okamoto-kun.”

Tapi Keito berlari ke arah Nadeshiko dan benar saja, tangan itu merengkuh tubuh Nadeshiko dan mendekapnya erat.

“Aku yang harusnya minta maaf karena telah menuduhmu yang tidak benar. Juga-menamparmu. Aku, aku benar-benar minta maaf, Nadeshiko.”

Sebuah gelengan terasa di dada Keito. Kekasihnya itu menggeleng. Tangan Nadeshiko melingkar erat di pinggang Keito, merasakan kehangatan yang telah satu minggu lebih tidak ia rasakan. Bertengkar dengan Keito sungguh menyiksanya. Nadeshiko benar-benar rindu Okamoto-kun-nya.

CKREK!

Mata Keito menangkap sepupunya mengambil foto mereka berdua.

“Yesss! Masukin mading aaaahh~ Couple of the month! Termesraaaaa~ Aku jadi iriiiii~” Aoi tertawa sambil mengibas-ngibaskan keitai-nya.

“Masukin saja! Aku tidak takut!” seru Keito sambil menjulurkan lidahnya.

Aoi dan Nadeshiko saling mengedipkan mata.

“Arigatou na, Aoi-neechan!” seru Nadeshiko yang masih berada di pelukan hangat sang kekasih.

Aoi segera beranjak pergi dari kelas sepupunya. Meninggalkan sepasang kekasih itu bermesraan.

Tangan Keito membelai lembut kepala Nadeshiko. “Mulai saat ini, aku akan selalu percaya padamu. Aku tidak akan ragu lagi. Kejadian ini cukup menjadi pelajaran untukku supaya percaya padamu.”

Nadeshiko mengangguk mengerti. “Aku bukan tipe perempuan yang suka berbohong, Okamoto-kun. Terimakasih sudah mendengarkan Aoi-neechan. Akhirnya berkat dia kita baik-“

CUP!

Satu lagi. Bibir Keito menempel sempurna di bibir Nadeshiko.

Yang berbeda, kali ini Nadeshiko tidak kabur ke toilet karena malu. Nadeshiko… senang bisa merasakan hangat Keito lagi.

***END***

KYAAAA~~~ GEJEEEEEHHHH~~~
Maaf ya kalo jelek. Hiksuuu~
Semoga terhibur…

ps: Ayanari Aoi = irin, sebagai ucapan terimakasih krn sudah membantu saya cari ide hehehe.

genre: romance, theme: non-yaoi, rating: pg-13, type: oneshot, pairing: okamoto keito/oc, author: angelika20, fandom: hey!say!jump

Previous post Next post
Up