Niat

Oct 05, 2018 08:26

Akhir-akhir ini saya banyak berpikir soal niat.

Apakah niat saya melanjutkan sekolah sudah lurus? Karena jujur, saya melanjutkan sekolah dengan niat yang pragmatis: untuk pada akhirnya memperbesar kesempatan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

Karier saya mentok, dan saya capek sekali bekerja. Saya tahu saya depresi. Saya butuh sekolah untuk me-refresh otak dan menambah ijazah. Ini jalan saya untuk berusaha meningkatkan kapasitas diri agar ke depannya saya bisa meraih kesempatan yang lebih tinggi. Yang berarti gaji lebih besar. Yang berarti kehidupan yang lebih sejahtera untuk saya dan Remi.

Itu memang pragmatis.

Sejak sebelum sekolah saya tahu bahwa saya memang sebetulnya tidak ber-passion dalam penelitian. Wong penginnya nulis novel--prosa bebas--kok ya mesti merunutkan pikiran secara ilmiah? Ketika segalanya harus sesuai kaidah? Kan jiwa bebas saya jadi memberontak.

Tapi saya pikir, banyak penulis punya dua kehidupan, dan memang lebih aman begitu. Jadi ya sudahlah.

Kebetulan saya dapat lingkungan yang ternyata superidealis dan superambisius. Sudah ngantor selama tiga tahun memberi saya pengalaman betapa ilmu di bangku kuliah itu hanya terpakai sekian persen saja kalau tidak berkarier di dunia akademisi. Kita lebih banyak belajar soft skill dan menghadapi kehidupan sebagai orang dewasa. Inilah kenapa saya menjadi pragmatis dan tidak nyaman dengan orang-orang di sekitar saya yang kebanyakan fresh graduate, belum pernah mengenyam dunia kerja, sehingga kebanyakan idealis dan ambisius (baca: pengin sekolah lagi sampai S3 dan seterusnya).

Saya merasa nggak cocok aja. Segala pragmatisme saya seolah dibenturkan oleh lingkungan yang jauh dari itu. Niat saya simpel: kuliah, lulus, kerja lagi. Saya suka punya uang sendiri. Saya nggak punya cita-cita muluk untuk lanjut sekolah sampai S3 dan seterusnya. Sudah cukuplah saya dengan S2 ini; setelah ini saya ingin lebih serius berkarya dalam dunia tulis-menulis fiksi yang saya suka.

Setidaknya sekolah S2 membuat saya memahami apa yang benar-benar saya cari dalam hidup ini. Apa yang benar-benar saya inginkan.

Saya sudah membuang jauh keinginan untuk menjadi dosen. Tidak akan, kalau dosen memiliki kewajiban untuk melakukan penelitian dan publikasi. Saya sudah cukup dengan penelitian ilmiah. Saya ingin bergelut di industri kreatif saja.

Masalahnya, saya kuliah dengan beasiswa yang harus dipertanggungjawabkan. Meskipun niat kuliah saya pragmatis, nilai kuliah saya tidak bisa pragmatis juga.

Sejujurnya saya agak tertekan jadinya. Apalagi ternyata sekolah nonlinear itu berat karena kita tidak paham teori-teorinya. Saya jadi sadar betapa saya mencintai ilmu perpustakaan.

Mungkin saya harus belajar lagi untuk meluruskan niat: mencari ilmu yang bermanfaat dan mengharapkan ridho-Nya.

Soal niat ini juga menghantui saya dalam hal pernikahan. Akhir-akhir ini semacam muncul berbagai hal yang mendorong untuk saya menikah tahun depan, 2019. Sebagai orang yang sebelumnya nyaris antipati untuk memikirkan pernikahan, hal pertama yang saya lakukan adalah merefleksi: sebenarnya kenapa dorongan itu tetahu muncul? Apakah niat menikah ini sudah lurus untuk menyempurnakan separuh agama dan mengharap ridho-Nya? Saya ingin menikah karena niat yang lurus, yang benar-benar bukan karena hal-hal duniawi semata. Saya berharap mendapatkan keberkahan dengan niat yang sejak awal lurus.

Tapi saya tahu, semuanya berproses. Dulu ketika saya masih maju-mundur untuk sekolah pun, pada akhirnya berbagai dorongan membuat saya mencapai titik niat ini ---> untuk pada akhirnya memperbesar kesempatan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Dan meskipun niatnya mungkin tidak selurus yang seharusnya, saya rasa niat itu tidak terlalu buruk. Toh saya melakukannya demi Remi. Semoga itu bisa dianggap sebagai salah satu ibadah juga, untuk memberikan kehidupan yang baik bagi keluarga.

Dan semoga pada akhirnya saya menemukan niat yang benar-benar baik untuk menikah, bukan niat pragmatis yang duniawi. Sekolah cuma dua tahun, menikah buat seumur hidup. Tentu saja saya tidak boleh menikah dengan niat asal-asalan.

me

Previous post Next post
Up