Numpahin Uneg-uneg Aja

Sep 20, 2018 20:50

Sekolah magister benar-benar berbeda dengan sekolah sarjana. S2 berarti mempertajam analisis dengan memakan banyak sekali teori ini dan itu. Belum lagi kewajiban jurnal ilmiah yang dipaksakan itu. Huft.

Tantangannya besar sekali ternyata, studi lanjut nonlinear. Saya merasa buta--ternyata matrikulasi memang perlu. Tetap saja, teori-teorinya asing. Rasanya absurd dan aneh. Terkadang melintas pikiran setan, "Ini aku belajar apaan sih." Dan saya baru sadar betapa saya ternyata sangat mencintai ilmu perpustakaan.

Beberapa bulan S2 juga membuat saya sadar bahwa ternyata saya memang nggak punya passion di bidang penelitian. Saya pengin ngedosen, tapi niat itu luntur sekarang kalau salah satu kewajiban ngedosen adalah harus melakukan penelitian dan publikasi. Duh... saya ini maunya nulis novel, bukan penelitian ilmiah. :'(

Tapi yah, tiap kali saya mau mengeluh, saya mengingatkan diri bahwa ini yang dulu saya inginkan. Semuanya ini pilihan sadar saya, jadi sekarang saya harus konsisten dan bertanggung jawab dengan pilihan tersebut. Saya harus selesaikan kuliah ini sampai wisuda. Memang sejak awal saya tahu saya nekat sekali menceburkan diri ke program studi pragmatis yang semakin mengungkung kreativitas otak kanan saya, tapi ya gimana, lebih aman hidup di dua dunia. Ada kebutuhan-kebutuhan primer yang harus dipenuhi, dan sekolah merupakan salah satu jalan untuk itu. Sudah banyak lah cerita saya di blog ini soal itu.

Saya nggak nyesel kok, nggak....
Toh semua ini pengalaman yang bagus juga buat ditulis di novel kapan-kapan. Ilmu baru.

me

Previous post Next post
Up