Eiffel... I'm In Love (1/?)

Sep 27, 2012 13:59




"Bi, tolong buatin susu coklat panas ya,"

Sudah menjadi kebiasaan keluarga, keluarga Lee selalu menyempatkan waktu mereka untuk makan malam bersama di rumah. Dengan kolam renang yang terletak persis di sebelah ruang makan, suasana makan malam pun terasa nyaman untuk mengobrol mengenai hari-hari mereka.

"Yeol, gimana pertandingan basket kamu tadi siang?" Ayah membuka pembicaraan.

Sungyeol menghabiskan kerupuk yang ada di mulutnya sebelum menjawab. "Alhamdulillah, Yah, kalah,"

Tawa pun terdengar di ruang makan keluarga yang hangat itu.

"Gimana sih kamu, kapan menangnya,"

"Payah nih," Bunda menimpali.

Diantara Ayah, Bunda, dan Sungyeol terlihat Ayu yang hanya menggerak-gerakkan sendok dan garpunya tanpa memakan santapan malam.

"Ya abis, pelatihnya ngajarinnya gak bener! Masa sambil pacaran, kan Sungyeol jadi gak konsen," Sungyeol membela diri.

Ayah hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. "Ah, kamu nih, ada aja alasannya,"

Ayu yang daritadi hanya diam, merengut, dan tidak semangat mendengarkan perbincangan keluarga akhirnya membuka suara.

"Um... Bunda, Ayu boleh gak pergi besok malem sama temen-temen ke mall?" ujar Ayu agak takut-takut.

Mendengar pertanyaan Ayu, Bunda menghela nafas dan meletakkan garpu dan sendoknya. "Asal kamu tau aja ya, yang namanya mall itu gak aman. Disana itu banyak pencopetan! Nanti kalo ada yang iseng masukin narkoba ke minuman kamu gimana? Kan Bunda juga yang repot nantinya,"

Ayu makin manyun mendengar penjelasan Bundanya. Orang tua Ayu memang terkenal sangat protektif, apalagi terhadap putri bungsunya ini. Padahal di usia remaja ini Ayu ingin mencoba hal-hal yang biasa dilakukan oleh teman-teman sebayanya.

"Tapi kan Ayu udah 15 tahun, Bunda! Ayu juga bisa jaga diri sendiri kok," Ayu mengekang.

"Justru karena kamu masih 15 tahun makanya Bunda gak izinin kamu pergi. Nanti aja kalo umur kamu udah 20,"

"Selalu aja gitu, gak pernah dibolehin kemana-mana,"

Pusing mendengar istri dan putrinya bertengkar, Ayah pun membuka suara. "Yu, daripada kamu ke mall, mendingan kamu jemput temen Ayah dari Perancis ya?"

"Kenapa gak kak Sungyeol aja?!" Ayu masih bete karena tidak diperbolehkan pergi.

Dituding oleh adiknya, Sungyeol tidak terima dan membuat alasan. "Aaah.. Nggak, ah! Kakak mau serius belajar buat minggu depan!"

"Yee, masih minggu depan ini ujiannya," kata Ayu, masih manyun.

"Ya udah, kamu jangan ganggu waktu belajar kakak kamu ya. Kamu berangkat besok pagi sama Pak Kwangsoo ke bandara, lagian kan kamu udah selesai ulangan,"

"Iya sih... Tapi kan nanti Ayu canggung, gak kenal,"

"Kamu tenang aja deh, Om Kim orangnya baik kok, pendiem. Dia dateng sama anaknya juga, kalo gak salah namanya Myungsoo. Nanti kamu ngobrol aja sama dia, ya akrab-akrabin aja lah," ceramah Ayah.

Bunda pun tak kalah memberi nasihat untuk Tita. "Iya, kamu ramah-ramah ya sama mereka. Nanti mereka bakal nempatin kamar tamu di sebelah kamar kamu, jadi kalo malem jangan suka berisik. Terus kalo malem jangan suka telfonin temen, nanti kalo kedengeran sama mereka kan gak enak. Emang kamu suka nelfonin siapa sih setiap malem?"

Mati deh gue, batin Ayu. Bahaya nih kalo sampe Bunda tau! "Nggak kok! Gak nelfonin siapa-siapa!"

Takut ditanyain yang lebih lanjut oleh Bunda, Ayu pun segera menyelesaikan makan malamnya dan bergegas menuju ke kamar.

"Sori, beb, kamu kan tau gimana Bunda... Ayu juga sebel gak dibolehin pergi. Kamu gapapa kan? Mungkin lain kali bisa,"

Setiap malam, Ayu selalu on the phone dengan pacarnya, Wooyoung. Mereka sudah lama berpacaran, tapi mereka harus sembunyi-sembunyi karena Ayu belum diperbolehkan pacaran oleh orang tuanya. Jadi, ya, pacarannya cuma di sekolah aja.

"Lain kali tuh kapan? Kita udah 2 tahun pacaran gak pernah pergi berdua. Masa harus aku yang minta izin ke Bunda kamu?" kata Wooyoung jengkel.

Ayu buru-buru menyangkal. "Jangan! Nanti bisa kacau, Ayu kan gak boleh pacaran sama Bunda. Maaf banget ya, beb... Padahal Ayu pengen banget pergi besok,"

"Yah, ya udah deh, kita sabar aja ya," Wooyoung melihat jamnya. "Eh, udah jam segini, kamu gak ngantuk?"

Ayu pun reflek melihat jamnya, jam menunjukkan pukul 9:00 malam. "Belom,"

"Ngantuk aja deh..."

"Loh kok gitu?" Ayu bingung.

"Biar kamu tidur, terus mimpiin aku! Hehehehe," Wooyoung berusaha menggombal.

"Huu dasar! Ya udah, sampe besok ya. Daaah!"

Ayu pun menutup telfonnya. Ia mengambil iPodnya, meletakkannya di speaker, dan memilih lagu untuk menemaninya belajar. Baru saja ia duduk di kasur sambil membaca buku biologi, datang sang kakak yang mengagetinya.

"Hoi!" sentak Sungyeol.

"Ih Kakak ngagetin aja deh!" Ayu melempar bantal ke arah kakaknya.

"Hahahahaha lagian sok serius banget sih kamu. Oh iya, ada telfon tuh dari Luna. Jangan lama-lama ya, soalnya kakak lagi nungguin telfon dari Woohyun,"

Ayu langsung mencibir. "Katanya mau belajar, malah telfon-telfonan sama kak Woohyun! Kapan pinternya?"

"Ujiannya masih minggu depan ini, belajar lusa juga masih bisa dapet nilai bagus, ngapain belajar sekarang?"

"Iiiiih, tau gitu Kakak aja yang jemput Om Kim!"

"Ayu," ujar Sungyeol lembut sambil mengelus kepala adiknya. "kan yang mau dijodohin sama Myungsoo tuh kamu, bukan Kakak. Hahahahaha!"

Lagi-lagi Ayu melemparkan bantal ke arah kakaknya. Sayang, Sungyeol lebih gesit kali ini. Sebelum dilempar, dia sudah kabur duluan. Akhirnya, Ayu pun mengangkat telfonnya.

"Halo? Kenapa Lun?"

"Tadi yang ngangkat kak Sungyeol ya? Dia seneng gak gue nelfon? Dia ngomong apa sama lo? Dia disitu gak? Dia lagi ngapain?" Luna nyerocos. Memang, temannya Ayu ini ngefans berat sama Sungyeol. Tidak jarang ia main ke rumah Ayu hanya untuk melihat Sungyeol.

"Semangat amat, mbak. Gak, dia gak nanyain lo sama sekali,"

"Yah, ya udah deh gak jadi. Udah dulu ya," Luna kehilangan semangat.

"Hah? Jadi lo nelfon gue buat gitu doang?"

"Iya, udah dulu ya, gue mau tidur. Gue takut telat bangun, daaa-"

"Eh tunggu, tunggu!" potong Ayu sebelum Luna menutup telfonnya. "Besok gue gak masuk, soalnya gue disuruh jemput temennya Bokap gue gitu deh sama anaknya dari Perancis,"

"Pasti anaknya cowok! Terus umurnya gak beda jauh sama lo! Ya kan?"

Dasar Luna. Giliran ngomongin cowok aja semangat. "Iya, kok tau?"

"Tuh kan bener tebakan gue! Kayaknya gue punya indera keenam deh? Nih ya, Yu, percaya sama gue. Pasti lo mau dijodohin!"

"Yah lo jangan ngomong gitu dong..." Ayu tiba-tiba kicep. "Soalnya tadi Sungyeol juga ngomong gitu ke gue..."

"Nah kan! Pasti Nyokap lo udah ada rencana kayak gitu udah lama, makanya lo gak diboleh-bolehin pacaran,"

"Ih, amit-amit deh. Sampe kapanpun juga, gue gak mau dijodohin!"

"Ya udah, mending buat gue aja! Ah ya udah deh, gue tidur dulu. Selamat bertemu calon suami, Ayu!"

Belum sempat membalas omongannya, telfon sudah terputus. Ayu pun jadi memikirkan omongan sahabat dan kakaknya. Masa iya gue mau dijodohin?

Dengan pikiran seperti itu, Ayu pun akhirnya terlelap tidur.



Keesokan harinya, Ayu pun pergi ke bandara untuk menjemput teman Ayahnya. Sudah berjam-jam ia menunggu, tapi Om Kim dan anaknya tidak juga muncul dari pintu kedatangan. Pak Kwangsoo yang sudah berjam-jam memegang kertas bertuliskan "BAPAK KIM DAN MYUNGSOO" di dekat pintu kedatangan pun sudah terlihat letih. Karena bosan, Ayu memasang earphonenya untuk mendengarkan radio.

"102.2 PRAMBORS FM! Masih bersama gue, Tiffany. Seperti biasa di jam segini, gue akan mengadakan Ti-Sam, alias Titip Salam! Kamu bisa langsung telfon ke 7772329, untuk siapa aja yang kalian pingin titipin salam. Nah udah ada penelfon nih kayanya, halo? Ya? Dengan siapa ini?"

"Suzy, dari SMA La Vonte,"

"Ah, Suzy. Mau titip salam buat siapa kamu?"

"Gue mau ngirim salam buat Ayu. Gosipnya, dia mau ngejemput calon suami dari Perancis. Selamet ya!"

Mendengar namanya disebut oleh temannya (walaupun gak deket) dari sekolah yang sama, Ayu pun tersentak kaget.

"Oh ya, gue mau bilang ke Ayu. Berhubung udah ada cowok Perancis itu, um.. Wooyoung buat gue yah? Kan udah putus,"

"Awas ya Luna," gumam Ayu.

"Loh, Suzy naksir sama pacarnya Ayu?"

"Gimana ya, kita berdua sama-sama suka sama Wooyoung. Tapi yang ditembak cuma satu. Ya intinya, gue cuma mau ngucapin selamat buat Ayu yang udah menemukan pasangan hidupnya. Makasih ya, Tiff!"

"Oke sama-sama. Buat kamu yang mau titip salam buat temennya, pacarnya, mantannya, bisa telfon ke 7772329. Wah udah ada penelfon lagi nih kayaknya, halo? Dengan siapa ini?"

"Wooyoung, dari SMA La Vonte,"

Lagi-lagi Ayu tersentak kaget. Setelah mendengar nama rivalnya, kali ini ia mendengar nama pacarnya. Gak mungkin salah orang.

"Hmm, jangan-jangan kamu pacarnya Ayu ya?"

"Kok tau?"

"Tau dong, kebetulan nih tadi Suzy bilang gosip-gosipnya Ayu mau married loh!"

"Makanya gw nelfon! Tiba-tiba aja ada kabar kalo Ayu mau kawin sama cowok Perancis dan kita udah putus. Gw mau nanya aja ke Ayu, itu bener apa gak sih? Kalo mau putus, bilang aja, gak usah bikin heboh satu sekolah!"

"Hmm, emangnya ini udah nyebar banget ke satu sekolah ya?"

"Iya, malah ada yang bilang kalo Ayu nikah karna gw hamilin! Gw mau bilang, gw gak ngehamilin Ayu! Jalan berdua aja gak pernah! Ya udah deh itu aja, makasih."

Dunia Ayu terasa seperti jungkir balik. Tidak pernah dalam hidupnya ia digosipkan separah ini. Rasanya, sekarang, ia mau menjambak-jambak rambut Luna (walaupun mereka sahabatan) karena kebiasaannya untuk ngegosipin orang.

"Wah kayaknya yang namanya Ayu lagi pusing berat nih. Ya udah, mending kita dengerin top chart untuk minggu ini, Katy Perry dengan lagunya Teenage Dream!"

Tidak tahan mendengar hal-hal buruk lagi, Ayu pun melepas earphonenya. Tak lama kemudian, Pak Kwangsoo datang menghampirinya sambil memijit-mijit leher dan lengannya.

"Non, kayaknya Non perlu telfon Bapak deh. Soalnya ini udah sepi," ujar Pak Kwangsoo dengan muka melas.

Ayu mengeluarkan handphonenya, ternyata pulsanya habis. Alhasil, ia harus membeli pulsa dulu di toko terdekat. "Ya udah, Ayu beli pulsa dulu ya. Pak Kwangsoo disini aja jangan kemana-mana, ntar kalo orangnya udah dateng suruh tunggu aja sebentar, tunggu sampe Ayu balik lagi kesini, ya?"

"Iya, baik, Non,"

Setelah membeli pulsa, Ayu pun menelfon ayahnya.

"Kamu gak ngeliat orangnya kali Yu? Coba liat di sekitar,"

"Nggak, Yah. Ayu tuh udah nungguin dari 3 jam yang lalu di deket pintu kedatangan, Pak Kwangsoo juga udah ngangkatin kertas yang udah ditulisin, tapi tamunya gak nongol-no―" Ayu tiba-tiba menghentikan omongannya setelah melihat papan petunjuk. "Ya ampun, Yah! Ayu salah terminal!"

"Yah kamu nih gimana sih, kasian kan mereka udah nunggu lama-lama. Jauh-jauh dari Perancis, capek, eh kamunya yang bikin lama. Ya udah, buruan ya jemput Om Kim!"

Ayu pun langsung memberitahu Pak Kwangsoo kalau ternyata mereka salah terminal. Pak Kwangsoo buru-buru menyalakan mesin mobil dan pergi menuju terminal yang sebenarnya. Sesampainya di terminal bandara yang benar, Ayu segera berlari untuk menjemput Om Kim beserta anaknya. Saking panik dan buru-buru, Ayu tidak melihat orang di depannya. Alhasil mereka pun bertabrakan dan minuman orang tersebut tumpah.

"Maaf, maaf, gak sengaja," kata Ayu meminta maaf.

Dari belakang, Pak Kwangsoo berlari kecil menghampiri Ayu dan membantu Ayu untuk bangun.

"Non! Non! Non Ayu gapapa?"

Orang yang Ayu tabrak akhirnya membuka suara. "Oh jadi kamu yang namanya Ayu?"

"i-iya,"

"Tsk, tipikal anak manja yang gak tau waktu," ujar orang tersebut ketus. "Lo langsung ke bokap gue aja deh, beliau udah nungguin lo dari berjam-jam yang lalu,"

Ih, ketus banget sih. Ganteng-ganteng jutek, batin Ayu. Dengan takut-takut, ia menghampiri Om Kim yang sedang duduk sambil meminum kopinya.

"Siang, Om, maaf, Ayu udah bikin Om nunggu lama. Tadi Ayu nunggu di terminal yang salah," Ayu meminta maaf.

"Ayu?! Ya ampun, kamu udah besar sekali! Wah, udah kelas berapa kamu? Dulu ya, terakhir Om ketemu kamu tuh kamu masih keciiiil sekali, masih suka main boneka-bonekaan? Ya ampun, gak nyangka kamu udah segede ini, udah banyak yang naksir ya?" Om Kim nyerocos panjang lebar saking kagumnya.

Ayu hanya bisa senyum-senyum agak kecut. Jadi ini yang kata Ayah pendiem...

"Oh ya, kamu udah ketemu Myungsoo? Maaf ya kalo dia dingin, ketus, jutek gitu. Padahal dulu waktu kecil dia gak gitu lho, suka main rumah-rumahan juga sama sepupu-sepupunya yang cewek. Mungkin karena mamanya meninggal beberapa bulan yang lalu, dia jadi gitu. Tapi, kalo udah ketemu jodohnya... Hehehe pasti berubah, ya gak?"

Ayu memaksa dirinya untuk senyum. "Hmm, Om, gimana kalo berangkat sekarang? Biar keburu makan siang di rumah,"

"Oh iya iya, ayo ayo, Om juga udah kangen makan masakan ibu kamu,"

Di mobil, Ayu hanya bisa mengangguk dan tersenyum menanggapi obrolan Om Kim, berbeda dengan Myungsoo yang hanya diam dan menatapi jendela. Sesekali, Ayu kegep melihat Myungsoo namun Myungsoo membalas dengan tatapan sinis.

Untungnya perjalanan tidak macet, mereka pun tiba di rumah Ayu. Terlihat di depan pintu masuk, Ayah dan Bunda sudah duduk menunggu kedatangan teman lamanya ini. Mereka pun bertukar sapa. Karena masih ingin lama mengobrol, Ayah Ayu menyuruh Ayu untuk mengantar Myungsoo ke kamar tamu.

"Ini kamar Myungsoo, kalo mau ke kamar mandi, ada di ujung lorong situ," Ayu menjelaskan.

Tak lama setelah itu, Pak Kwangsoo tiba di depan kamar untuk meletakkan koper-koper milik Myungsoo dan ayahnya. "Pak Kwangsoo, tolong panggilin Bi Raina dong,"

"Baik, Non,"

"Oh ya, kamar Ayu ada di atas di pojok sebelah kiri. Kalo yang sebelah kanan itu kamar kakaknya Ayu namanya Sungyeol," Ayu menjelaskan lagi.

Lalu, Bi Raina datang. "Ada apa, Non?"

"Myungsoo, ini Bi Raina. Kalo perlu apa-apa, minta ke Bi Raina aja. Ya udah, Ayu ke kamar dulu ya,"

Myungsoo hanya mengangguk. Setelah memastikan Ayu tidak ada di sekitar, barulah Myungsoo berbicara kepada Bi Raina.

"Bi, ada minyak kayu putih gak? Perut saya sakit nih,"

Setelah Bi Raina mengambilkan minyak kayu putih, Myungsoo pun masuk ke dalam kamar dan mulai me-unpack kopernya.

Yang namanya Ayu... Lucu juga ya, batinnya sambil tersenyum.
Previous post Next post
Up