The Story - BFF

Oct 05, 2011 16:01


* Ikuta Toma
* Yamashita Tomohisa
* Matsumoto Jun
* Horikita Maki
==========================================

'Tak ada yg lebih membahagiakan selain melihat sahabatmu bahagia karenamu.
And, this is my story’
"Toma! Hei Toma! Apa kau mendengarku?" tanya Yamapi membuyarkan lamunanku.
"Ah, kau bilang apa tadi?"
"Huh kau tidak mendengarkanku,"ujarnya sambil mengerucutkan bibirnya lalu melanjutkan, "apa kau sakit? Kau sering aneh akhir-akhir ini. Kau tidak apa-apa kan?" tanyanya dengan penuh kecemasan.
"Aku tidak apa-apa, Yamapi. Sungguh, aku tidak apa-apa" ucapku berusaha meyakinkannya, namun sepertinya dia tidak mendengarkanku, terbukti dengannya yg sibuk mengecek apakah panas tubuhku sama dengan panas tubuhnya. "Aku tidak apa-apa, Yamapi. Aku.. Aku hanya sedikit lelah. Aku tau kau mencemaskanku, arigato ne" ucapku sambil menyunggingkan senyuman manisku yg langsung membuat dia menyerah. Senyumanku ini bisa menjadi senjata yg paling ampuh untuk menghadapi sifat mudah paniknya itu, aku sendiri juga tidak tau mengapa, mungkin karena senyumanku memang sangat manis dan mempesona hahahaha.

Aku, Ikuta Toma dan Yamapi adalah sahabat sejak kecil. Kami telah menghabiskan hampir seluruh hidup kami bersama, karena memang kami sudah tinggal bersama dalam satu atap sejak kecil. Masa kecil dan remaja kami, kami habiskan di sebuah panti asuhan yg kecil namun cukup nyaman di pinggir kota. Ya, sejak kecil kami sudah tidak memiliki orang tua, entah sebenarnya kami dibuang atau memang orang tua kami sudah meninggal, aku sudah tidak peduli lagi dengan itu, karena bagiku aku tidak memilki orang tua. Hubungan kami sangat dekat, bahakan melebihi hubungan kakak dan adik. Aku sudah menganggap Yamapi sebagai adikku, begitupun sebaliknya. Dan, kami juga sudah terbiasa untuk menjalani kerasnya kehidupan yg sangat membosankan ini. Walau bagaimanapun pahit manisnya hari-hari kami, kami jalani bersama karena kami tidak terpisahkan, selamanya.

"Toma, apa yg kau pikirkan, huh? Hanya melamun dan melamun saja kerjaanmu itu," ujar Yamapi, lagi-lagi membuyarkan lamunanku.
"Eh? Oh, tidak apa-apa, Yamapi, kau cerewet sekali sih melebihi anak perempuan hahahaha"
"Ya ya ya, tertawai saja aku sampai kau puas, Toma! Ingat, aku tidak akan memasakkan makan malam untukmu!" ancamnya sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Hei Yamapi, kau kejam sekali sih? Kalau kau tidak memasakkan aku makan malam, lalu aku makan apa nanti? Aku bisa mati kelaparan."
"Itu urusanmu, aku tidak peduli," ujarnya sambil menjulurkan lidahnya kepadaku lalu berjalan pergi.
"Hei Yamapi! Hei Yamapi! Ah anak ini bener-benar tukang ngambek," ujarkau lalu mengejarnya.
* * *"Yamapi, kau masih marah padaku?" tanyaku sambil tetap sibuk mengerjakan pekerjaan kantorku. Namun, orang yg kutanyai hanya diam saja dan malah asik dengan acara di televisi. 'Hmm masih marah rupanya dia. Hhh Yamapi, kenapa sih kau itu tukang ngambek' ucapku dalam hati lalu berjalan menuju ruang tengah yg di sana terletak sebuah televisi, hasil jerih payahku selama 1 tahun bekerja. Walaupun kami miskin, tapi apartemen kecil kami sangat nyaman bagi kami, tata letak dan perabotan yg adapun diletakkan dengan sangat pas, membuat apartemen kami semakin nyaman.
'Huh pantas saja dia tidak menjawab panggilanku, tertidur rupanya dia' ucapku dalam hati lagi sambil memperhatikan cara tidurnya yg sangat unik. Tidur dengan posisi terduduk bukankah akan mebuat badanmu sakit keesokan harinya saat bangun.

"Hei Yamapi, bagun! Kau jangan tidur di sini, nanti bisa sakit!" ujarku sambil berusaha membangukannya, namun dia tidak bergeming dan tetap pada posisinya. "Hei Yamapi, bangun! Bangun Yamapiiiiiiii!" ujarku kini setengah berteriak, namun lagi-lagi dia tidak bangun juga, ada sedikit kekhawatiran dalam diriku, tidak biasanya dia seperti ini.
'Atau mungkin dia sedang mempermainkanku?' pikirku,'Tidak! Tidak! Tidak! Sepertinya dia tidak sedang bermain-main.
"Yamapi! Yamapi, bangun! Hei Yamashita Tomohisa,bangun!!!" ujarku mulai panik lalu langsung membawanya ke Rumah Sakit.
* * *‘Kumohon Tuhan, selamatkan Yamapi, jangan biarkan dia pergi dariku,’ pintaku pada-Nya, saat ini Yamapi sedang berada di ruang ICU, para dokter sedang menanganinya dan dari raut wajah mereka, aku tau pasti ada hal yg tidak baik sedang terjadi.

“Apakah anda kerabat dari Yamashita Tomohisa?” Tanya seseorang membuyarkan lamunanku, yg ternyata dia adalah dokter yg tadi menangani Yamapi.
“Eh? Apa? Oh, iya, saya Ikuta Toma, dia teman sekamar saya. Apa yg sebenarnya terjadi padanya, dok?” tanyaku panik.
“Saudara Yamashita mengalami gagal jantung, dan keadaan ini saudah sangat parah, saya perkirakan penyakit ini sudah terjadi setahun belakangan, tapi mengapa dia tidak dibawa ke Rumah Sakit?” jelas dokter itu yg membuat diriku merasa dihempaskan ke neraka tingkat 18. Semua perkataan dokter itu serasa tidak nyata dalam otakku.
“Hahaha anda bercanda kan dokter? Gurauanmu sama sekali tidak lucu dokter. Bagaimana mungkin dia gagal jantung? Dia selalu sehat, dia bahkan tidak pernah mengeluh sakit padaku, anda pasti salah. Iya kan, dok?!”
“Saya juga berharap seperti itu, namun maaf kenyataan berkata lain. Saya harap anda bisa berbesar menerima kenyataan ini. dan, satu lagi, sebaiknya Yamashita segera dioperasi, jika tidak saya khawatir sesuatu yg lebih buruk akan terjadi padanya. Permisi,” ujar dokter itu lalu berjalan pergi meninggalkanku.

‘Apa yg harus aku lakukan, Tuhan? Mengapa hal ini terjadi pada kami? Apakah Engkau ingin mempermainkan kami?’ rutukku dalam hati.
* * *Sudah genap satu minggu Yamapi dirawat di Rumah Sakit. Sungguh aneh rasanya berada di apartemen sendirian, biasanya Yamapi selalu saja berisik, ada saja yg diributkan, mulai dari letak barang-barang yg tidak sesuai tempatnya, cucian piring yg menumpuk, dan kebiasaan burukku yg selalu lupa mematikan lampu kamar mandi bila sudah selesai kugunakan. Sekarang, apartemen ini begitu sunyi, tanpa kehadirannya.

“Yamapi, aku rindu sekali padamu, semoga kau cepat sembuh. Hhh lebih baik aku saja yg menggantikan posisimu,” ujarku sambil mengunci apartemen, “ya, semangat Toma, kau harus semangat! Jangan berikan tampang sedihmu di depan Yamapi! Semangat!” ujarku menyemangati diri sendiri, sambil berjalan menuju stasiun untuk menjenguk Yamapi.
* * *“Hei, sudah selesai belum?” ujarku pada Yamapi yg kini sedang melukis diriku. Yamapi memang mempunyai bakat dalam melukis, lukisannya sangat indah dan terkesan hidup, dan menjadi salah satu objek lukisannya merupakan hal yg sangat menyenangkan setidaknya itu pemikiran awalku sebelum aku menjadi modelnya, tapi sekarang setelah aku merasakan betapa menderitanya menjadi modelnya, aku tidak akan mau lagi dilukis olehnya. Bayangkan saja selama 2jam kau tidak boleh bergerak sedikitpun, sedikt melirikpun aku akan dimarahi habis-habisan olehnya, katanya itu akan membuat lukisannya menjadi jelek, entah itu memang benar atau dia sedang mengerjai aku.
“Ya ya, ini sudah akan selesai, sabar dong,” ujarnya sambil dengan serius menggoreskan pensilnya pada buku gambarnya,”ini sudah selesai. Kau cerewet sekali, Toma, kau tidak cocok menjadi modelku, aku tidak suka model yg cerewet,”sambungnya sambil menaruh semua peralatan lukisnya.
“Hei! Hei! Siapa yg bilang aku mau menjadi modelmu, huh? Kau yg memaksaku. Aah jika saja aku tau menjadi modelmu itu tidak enak, aku tidak akan mau menjadi modelmu, pegal sekali badanku ini,”protesku, sambil menjulurkan tanganku.
“Apa?”tanyanya dengan heran.
“Lukisanmu. Aku ingin melihatnya.”
“Tidak akan kuberikan,”ujarnya sambil menjulurkan lidahnya padaku, lalu tanpa menunggu waktu lama, aku langsung merebut hasil goresan tangannya itu. Seperti yg sudah kuduga, sungguh indah.
“Toma, aku bosan berada di sini, aku ingin pulang. Hhh sudah satu minggu aku di sini, tapi aku belum mendapatkan donor jantung. Mungkin aku akan mati hahaha,”ujarnya sambil membuat mimic lucu yg sangat dipaksakan, aku tau dia sedang merasa kecewa dan putus asa, aku bisa merasakannya.
“Hei! Bicara apa kau ini? Kau pasti akan segera mendapatkan donor jantung. Percayalah padaku. Karena, aku tidak akan membiarkanmu mati hahaha”
“Kurapa begitu,”ujarnya sambil menyunggingkan senyum yg sangat dipaksakan.
“Permisi, wah kau datang lagi, Toma? Bosan aku melihatmu setiap hari datang ke sini,”ujar Yui-san, dokter yg menangani Yamapi.
“Mau bagaimana lagi, kekasihku sedang dirawat di sini,”ujarku sambil menunjuk kea rah Yamapi.
“Eh? Jadi hubungan kalian seperti itu?”Tanya Mai-san tak percaya. Memang polos dokter yg satu ini, walupun umurnya sudah tidak muda lagi.
“Mai-san, kau jangan percaya padanya. Dia bukan tipeku.”
“Hahaha, dasar kalian ini, suka sekali mempermainkanku. Oh iya, ada kabar bagus, Yamapi akhirnya kau mendapatkan donor jantung, dan jika tidak ada halangan, minggu depan kau sudah bisa menjalani operasi,”ujar Mai-san lalu tersenyum padaku.
“Wah benarkah? Toma, kau dengar itu? Aku mendapatkan donor jantung! Aku tidak akan mati! Hahahaha,”seru Yamapi dengan sangat gembira.
“Yaa aku dengar, Yamapi selamat ya,”ujarku tak kalah gembiranya.
* * *Hari operasipun tiba, kini Yamapi sedang mempersiapkan dirinya. Dia sangat gugup sekali, “Sudahlah, tidak usah gugup, Yamapi, ini kan hanya operasi,”ujarku berusaha menyemangatinya.
“Aku sangat gugup, Toma, huaah tidak sabar rasanya bertemu dengan pendonorku itu.”
“Bodoh!”seruku sambil menjitak kepalanya, lalu melanjutkan,”Kau pikir orang yg mendonorkan jantungmu itu masih hidup?”
“Ah gomen, aku lupa haha mana mungkin yah dia hidup tanpa jantung, kalau begitu kau harus menemaniku mengunjungi makamnya nanti, Toma, ok? Oh ya, nanti saat aku bangun, kau harus ada di sampingku, Toma, ok?”
“Ah gomen, aku tidak bisa, aku harus pergi ke luar kota, bos menyuruhku meninjau lokasi yg akan dijadikan lokasi baru untuk kantor cabangku, kuharap kau mengerti, Yamapi,”ujatku dengan penuh penyesalan.
“Oh, tidak apa, Toma. Aku harusnya berterimakasih sekali padamu, karena kau telah membiayai kuliahku, biaya rumah sakit dan biaya operasiku, maaf karena aku selalu menyusahkanmu,”ujarnya dengan kepala tertunduk. Di sudut matanya, kuliah air matanya mengalir.
“Tidak apa, sudah kewajibanku sabagi kakak untuk melakukan itu. Aaku kan sudah berjanji padamu untuk membuatmu menjadi seorang pelukis, sesuai dengan cita-citamu,”ucapku sambil menyunggingkan senyumanku yg paling manis, berusaha untuk menenangkannya waluapun hatiku sendiri tidak tenang.
“Tapi, darimana kau mendapatkan uang untuk biaya Rumah Sakit dan operasiku? Kau tidak menjual organ-organ tubuhmu kan?”tanyanya sambil menelengkan kepalanya.
“Hahaha dasar bodoh,”tawaku sarkastis,”baiklah sudah saatnya kau menjalani operasimu. Jaga dirimu baik-baik ya. Good luck,”ucapku lalu memeluknya.
* * *“Lalu, apa yg terjadi setelahnya? Apakah dia hidup dengan baik?”tanya Jun, pria tinggi putih dengan wajah yg rupawan dengan antusias.
“Dia hidup dengan sangat baik, sesuai dengan harapanku, bahkan dia sekarang tangah menunggu kelahiran anaknya,”ujarku dengan penuh kegembiraan.
“Seperti apa sih Yamashita ini, mengapa kau sampai rela mengorbankan hidupmu demi dirinya?”
“Dia adalah seseorang yg sangat special dalam hidupku, dia sangat berarti untuk hidupku. He is my best friend forever.”
* * *“Ohayou, Toma. Apa kabarmu di sana? Aku di sini baik-baik saja, kuharap kau di sana juga baik-baik saja. Aku punya kabar baik untukmu, kau akan segera menjadi paman! Dan, dokter bilang, jenis kelaminnya laki-laki, dan aku akan menamainya Toma, dan skuharap dia bisa menjadi sepertimu, Toma. Terimakasih karena kau telah memberikan jantungmu untukku. Walau ragamu tidak ada alagi di sampingku, tapi kita akan selalu bersama. Aku merindukanmu, Toma,”ujar seorang lali-laki di depan sebuah makam sederhana. Rupanya dia menangis, karena di sudut-sudut matanya air mata.
“Yamapi, jangan menangis, dia di sana pasti akan bersedih jika kau menangis seperti ini di depan makamnya. Berbahagialah, maka dia pasti akan berbahagia juga untukmu, untuk kita, untuk Toma jurnior kita,”ujar seorang perempuan yg berada di sebelahnya.
“Hai, Maki, kau benar. Aku harus berbahagia sekarang dan selamanya, karena Toma, kau dan anak kita akan selalu berada di sampingku. Aku akan berbahagia, Tomaaaaaaa”ujar Yamapi dengan penuh kegembiraan.

'Kebahagiaannya, melebihi semuma hal yg kuinginkan di dunia ini, terima kasih juga untukmu, Yamapi, tanpamu, hidupku pasti akan sangat membosankan. You are my Best partnet ever, Pi'

the story, ff

Next post
Up