This is actually done a year ago but i kept postponing in posting it since i'm not ready XD but well despite a weird happening surrounded this fic and I actually has said that whatever happen i will post this out (and then the weird happening stop) so i guess i need to post it out XD so here we go, this is not fic, it;s more plot elaboration (well that;s how i called it) and it's bloody long so i will post into a few section. About the tittle, although i named it "kimi wa karma" I didn't make it based from KinKi song but more the other way around. This is done first and i thought the tittle would fits so i used it XD
so... i hope you enjoy it XD (well to those who can read indonesian anyway XD
Tittle: Kimi wa Karma (part 1)
Rated: PG
Beta:
rai_neko /
hachigatsu_neko Language: Indonesian
Fandom: KinKi Kids (well part of it i guess XD) / original
Notes: because I said that i allowed it to publish and a man has to keep on her promise XD so here it is, although it's weird and it;s not even can be called a proper fic (I callled this plot elaboration) but it's done and here it is my first indonesian fic.
Ini adalah sebuah cerita tentang Kochiro, sang putra mahkota istana dan Tsuyoko, anak pedagang pakaian. Mereka berdua bertemu secara tidak sengaja ketika Tsuyoko sedang berenang di danau disebelah istana . Pertemuan pertama mereka ditandai dengan lemparan batu dari Tsuyoko karena dia mengira bahwa Kochiro itu adalah pencuri pakaian dan seorang yang mesum. Padahal sebenarnya Kochiro hanya berusaha untuk beristirahat dari segala tekanan Istana, dan memang Ia paling suka melamun di depan danau tersebut. Awalnya Kochiro dan Tsuyoko bertengkar tapi akhirnya mereka memutuskan untuk berteman karena mau tidak mau, mereka harus berbagi danau tersebut.Danau tersebut sudah layaknya dunia kecil milik mereka berdua. Walaupun Tsuyoko mengetahui kalau Kochiro itu seorang pangeran, dia tidak pernah sungkan untuk memukul Kochiro. Dan Kochiro pun tak pernah memakai statusnya untuk menghentikan Tsuyoko yang suka bersikap seenaknya. Kochiro kagum karena ada orang yang berani mengemukakan idenya secara terus terang tanpa takut walau mengetahui kalau Kochiro adalah seorang pangeran.
Sampai pada suatu hari Tsuyoko tidak datang mengunjungi danau tersebut. Setelah dua hari Kochiro menunggu tetapi tetap saja Tsuyoko tidak datang . Ia mulai merasa kehilangan dan khawatir namun sayangnya Ia tidak pernah mengetahui dimana Tsuyoko tinggal. Maka saat Kochiro mempunyai waktu luang Ia memutuskan untuk menyamar dan mendatangi toko pakaian satu persatu yang ada di kota.Ketika Kochiro akhirnya menemukan tempat tinggal Tsuyoko dan bertemu dengan gadis itu. Tsuyoko menjelaskan kalau Ia sudah tak bisa lagi bermain - main di danau karena kesehatan ayahnya yang semakin memburuk dan hal tersebut membuat Ia harus bekerja membantu keluarganya. Mendengar hal itu Kochiro langsung berniat mengajak Tsuyoko ke Istana dan memberikan pekerjaan pada Tsuyoko agar gadis itu bisa menemaninya lebih lama lagi karena Kochiro sangat menyukai waktu - waktu yang mereka lewati bersama. Tapi Tsuyoko menolaknya, Ia mengingatkan Kochiro akan statusnya. Jikalau Koichiro yang seorang putera mahkota tiba tiba saja membawa seorang gadis seperti Tsuyoko pastilah hal itu membawa kecurigaan orang orang istana. Kochiro mengalah pada saat itu tetapi sebagai gantinya Ia tak akan pernah lagi menghabiskan waktunya di danau seperti yang Ia lakukan sebelumnya. Mulai saat itu Ia akan mengunjungi Tsuyoko di tokonya di setiap waktu luangnya.
Walaupun Tsuyoko suka mengeluh kalau Kochiro yang tidak punya naluri Fashion sama sekali hanya dapat menggangu Tsuyoko dengan keberadaanya., Tsuyoko sesungguhnya merasa sangat senang karena sekarang ada seseorang yang menemaninya menjaga toko, karena biasanya Ia hanya sendirian menjaga toko ketika Ibunya menjaga Ayahnya.Setiap waktu makan siang tiba Kochiro pasti akan datang membawa makanan kecil untuk Tsuyoko dan sebagai balasannya Tsuyoko akan menyuguhkan makan siang untuk Kochiro.
Sampai akhirnya Ayah Tsuyoko mengetahui kalau ada anak lelaki dengan baju lusuh dan tidak jelas asalnya mendatangi tokonya setiap hari. Dia memarahi Kochiro karena dia berpikir bahwa Kochiro suka menganggu anaknya dan hampir di lemparnya dengan sapu. Tsuyoko pun dengan cepat menahan Ayahnya dan menjelaskan bahwa Kochiro adalah temannya. Ayah Tsuyoko menggurungkan niatnya memukul Kochiro dan mengingatkan Tsuyoko kalau dia harus mencari lelaki yang lebih baik daripada seorang gelandangan jalanan seperti Kochiro. Tsuyoko hanya cemberut walaupun sebenarnya Ia ingin tertawa, Ia juga menegaskan pada Ayahnya kalau Ia dan Kochiro hanyalah teman.
Mendengar itu, Kochiro semakin berniat untuk menyampaikan perasaanya. Ia sadar kalau telah jatuh hati kepada Tsuyoko. Tetapi karena Kochiro itu bodoh untuk hal hal seperti ini, Ia malah dikerjai Tsuyoko yang sebenarnya sudah mengetahui perasaan Kochiro tersebut. Awalnya Kochiro hanya ingin menyampaikan perasaannya tetapi karena sifatnya itu Ia hanya dapat berputar - putar di depan Toko sampai malam.
Di sisi lain, sementara Istana sudah mulai gaduh karena setiap waktu makan siang sang pangeran selalu menghilang entah kemana. Hal itu memang tidak mengganggu pekerjaan tetapi tetap saja sudah membuat seluruh penghuni Istana khawatir. Terlebih saat kerajaan mulai mempertimbangkan perjodohan sang pangeran dengan Tomoyo, putri dari negeri seberang untuk mempererat hubungan diplomasi kedua negara. Dan karena itu Kochiro dirasa harus mulai serius menangani masalah negara. Pertimbangan ini telah diutarakan oleh sang raja kepada Kochiro. Dan Kochiro tidak dapat menolak, Ia hanya dapat mengangguk ketika akan dipertemukan dengan Tomoyo. Saat Kochiro memberitahu Tsuyoko kalo dia tidak dapat datang ke toko untuk sementara waktu. Tsuyoko hanya tersenyum dan menyuruh Kochiro untuk melakukan pekerjaanya sebaik baiknya.
Sang putri dari negara tetangga pun datang ke negara mereka, Kochiro sebagai putra mahkota menjalankan tugasnya menemani sang putri,Tomoyo selama kunjungannya tersebut. Keberadaan Tomoyo membuat Kochiro semakin teringat dengan Tsuyoko, walaupun sifat mereka berbeda, hal itu tersebut juga membuat Kochiro akan perasaannya sendiri. Ketika putri Tomoyo kembali ke negaranya, Kochiro dengan langkah pasti mengunjungi toko Tsuyoko pada malam itu juga lengkap dengan pakaian kerajaanya dia meminta bertemu dengan Tsuyoko. Orang tua Tsuyoko yang membukakan pintu menjadi takut saat melihatnya, mereka mengira anak mereka akan diambil sebagai selir ke keluarga kerajaan. Mereka pun menyembah nyembah memohon supaya Tsuyoko tidak diambil dari mereka dan tetap dibiarkan tinggal di toko itu. Kochiro berusaha meyakinkan kedua orang Tsuyoko kalau dia hanya ingin bertemu Tsuyoko dan tidak bermaksud apa apa. Sampai Tsuyoko yang mendengar hiruk pikuk itu keluar untuk melihat keributan yang terjadi di rumahnya seraya membawa sapu sebagai senjata untuk berjaga jaga.
Melihat Kochiro yang bersusah payah meyakinkan orang tua Tsuyoko untuk berdiri, Tsuyoko menghampiri mereka dan akhirnya memberitahu ke orang tuanya kalau dia sudah berbohong serta menjelaskan bahwa gelandangan yang selama ini Ia kenalkan kepda mereka sebagai teman dan sering mengunjungi toko itu adalah Kochiro, sang pangeran kerajaan. Meskipun Orang tua Tsuyoko tetap kawatir tapi akhirnya mereka diijinkan untuk bertemu berbicara. Ketika orang tua Tsuyoko sudah masuk ke dalam, Kochiro langsung memegang tangan Tsuyoko dan mengutarakan perasaanya. Tsuyoko tersenyum lembut mendengar pengakuan Kochiro. Ia akhirnya memberitahu Kochiro kalau sebenarnya Ia sudah mengetahui perasaan Kochiro. Tsuyoko juga mengatakan walau pada awalnya Ia berpikir Koichiro itu seorang pangeran yang aneh tapi semakin lama ia semakin merasa nyaman dengan Kochiro.
Melihat Kochiro tersenyum bahagia mendengar kata-katanya, Tsuyoko memeluk Kochiro erat. Saat Tsuyoko melepaskan pelukannya, matanya berkaca-kaca. Kochiro yang menjadi bingung melihat gadis itu hanya bisa bertanya kenapa. Tsuyoko menggeleng kecil, ia meminta Kochiro kembali ke Istana - berjanji untuk tidak menemuinya lagi dan melupakan dirinya.
Mendengar itu Kochiro menjadi panik, menggengam tangan Tsuyoko dan tak berhenti berulang kali bertanya kenapa - tak mengerti apa yang sedang dipikirkan Tsuyoko.
Tsuyoko mengingatkan Kochiro kalau Kochiro adalah Putra Mahkota yang harus mengemban tugas negara Putri Tomoyo adalah calon Permaisuri yang telah ditetapkan oleh Kerajaan, sementara Tsuyoko hanyalah anak pedagang kecil di kota. Status Tsuyoko tidak akan bisa mencukupi untuk menggantikan Putri Tomoyo menjadi seorang Permaisuri. Dan Tsuyoko tidak menginginkan jika Kochiro menjadikan dia sebagai selir - walaupun Tsuyoko tahu Kochiro tak akan pernah menyukai wanita lain, tapi hal itu akan tetap membuatnya tersiksa.karena itu sebelum semuanya terlambat mereka harus berhenti.
Air mata Tsuyoko mulai berjatuhan sementara Kochiro hanya bisa terdiam. Tsuyoko berdiri dan mengecup bibir kochiro kemudian menyuruhnya pulang. Kochiro menghapus air mata Tsuyoko,menggegam tangannya.Kochiroberkata bahwa dia adalah seorang pangeran, dia pasti bisa berbuat sesuatu, Ia yakin pasti ada jalan untuk mereka berdua, karena itu Tsuyoko tidak boleh menyerah begitu saja.
Sebelum Tsuyoko dapat berkata apa apa lagi, Kochiro sudah menciumnya dan berlari ke luar sambil berteriak meyakinkan Tsuyoko bahwa besok dia pasti datang kembali seperti biasa. Tsuyoko hanya bisa tertenggun, walaupun dia tahu akhirnya pasti mereka tetap harus berpisah tapi dia senang mengetahui kalau perasaan Kochiro begitu dalam padanya karena itu akhirnya dia pun berjanji untuk tidak akan menyerah.
Sesampainya Kochiro di Istana, Ia langsung melapor kepada Sang Raja kalau dia sudah punya idaman hati dan orang itu bukanlah Putri Tomoyo. Ia meminta kepada sang raja untuk diperbolehkan meneruskan niatnya itu. Sang raja hanya menaikan alisnya, terheran-heran karena anaknya yang selama ini tidak pernah bersikap egois untuk dirinya sekarang tiba tiba saja meminta hal seperti ini. Tetapi Sang Raja juga mengingatkan anaknya kalau cinta dan perkerjaan tidak bisa bersanding bersama dan tugasnya sebagai putra mahkota itu lebih penting daripada perasaanya.Tapi Kochiro bersikukuh, dia akan tetap melakukan tugasnya sebagai putra mahkota dengan baik bahkan lebih baik kalau Tsuyoko diijinkan bersamanya. Melihat kesungguhan anaknya sang raja pun tergugah dan menyuruhnya untuk mempertemukannya dengan anggota kerajaan. Kochiro pun menyanggupi dan akan membawa Tsuyoko ke istana pada minggu ke 3 dalam bulan itu.
Keesokan harinya Kochiro tetap mengunjungi Tsuyoko pada saat makan siang seperti biasa.Tsuyokopun menyambutnya seperti biasa seakan-akan tak pernah terjadi apapun diantara mereka. Walau seperti itu sebenarnya tetap saja ada perbedaan, Kochiro mulai lebih berani membelai rambut Tsuyoko dan senyum Tsuyoko terlihat lebih bersinar dibanding biasanya. Kochiro juga memberitahu Tsuyoko bahwa Sang Raja sudah setuju untuk menemui Tsuyoko pada minggu 3. Melihat Kochiro sangat bahagia seperti itu, Tsuyoko pun menyanggupi dan berjanji pada dirinya dia akan berusaha sebaik baiknya supaya mereka bisa bersama.
Ketika Kochiro kembali ke Istana, Tsuyoko pun berbicara kepada orang tuanya untuk merestui mereka. Orang tua Tsuyoko sebenarnya tidak menyetujui hubungan Tsuyoko dengan Kochiro karena jika mereka menikah nanti Tsuyoko pastilah akan masuk Istana dan meninggalkan mereka. Tetapi karena mereka melihat betapa bahagia Tsuyoko bahagia bersama Kochiro, mereka pun mengalah - mengijinkan Tsuyoko pergi dengan Kochiro. Mereka juga memutuskan untuk meminta Junya, sepupu Tsuyoko dan juga teman kecil gadis itu untuk membantu meneruskan Toko mereka
Ketika minggu ke 3 tiba, Tsuyoko walaupun takut dengan tegar pergi ke istana bersama dengan Kochiro. Kochiro berpenampilan sopan, expressinya sangat serius tetapi Tsuyoko dapat melihat ujung mulut Kochiro yang agak naik karena menahan senyum dan tangan Kochiro yang tidak melepaskan gegamanya dari tangan Tsuyoko. Tsuyoko tersenyum dan perlahan lahan menghembuskan napasnya merasa dirinya perlahan lahan tenang kembali. Kochiro meremas tangannya dan mengangguk ke tsuyoko, memberi signal bahwa Kochiro akan terus disampingnya.
Ketika mereka sampai di ruangan pertemuan, Kochiro melepaskan tangan Tsuyoko dan berlutut didepan pintu, mempersiapkan dirinya untuk menghadap. Tsuyoko pun mengambil tempatnya bersimpuh di belakang kochiro dan dengan sebuah anggukan dari Tsuyoko, Kochiro mengetuk pintu itu, mengumumkan bahwa mereka telah tiba kemudian membuka pintu tersebut, dan Tsuyoko dengan cepat menyembah sampai dahinya menyentuh lantai. Ketika suara itu menyuruh mereka masuk, dengan kepala tertunduk Tsuyoko mengkuti Kochiro memasuki ruang pertemuan tersebut. Ketika Kochiro berhenti dan kembali bersimpuh, Tsuyoko pun dengan cepat mengambil tempat di belakang Kochito dan menyembah kembali.
Sang Raja menyuruhnya untuk menunjukan mukanya, Tsuyoko pun mengikuti perintah tersebut dengan hati hati. Tsuyoko akhinya dapat melihat bahwa ruangan tersebut telah penuh oleh para penjabat penjabat istana. Tsuyoko pun terkejut, tapi dengan cepat dia menenangkan diri dan duduk tegak di ruangan tersebut. Punggung tegap Kochiro yang duduk disebelah kanan depannya membuatnya agak tenang. Para penjabat istana banyak yang berdecak, Tsuyoko tidak mengerti apakah itu pertanda baik atau buruk, tetapi Kochiro tetap diam dan dengan tegap menatap ke depan. Tak lama kemudian, salah satu penjabat istana pun memulai perdebatanya , semuanya tentang Tsuyoko, tentang orang tuanya, tentang masa lalunya, tentang keturunannya. Tsuyoko mengigit bibirnya, dia tak pernah merasa begitu terhina di nilai didepan umum, tetapi dia tetap duduk tegak,semuanya demi Kochiro.
Kochiro pun hanya bisa terpaku di tempatnya, perdebatan para penjabat inti istana hanya boleh dihentikan oleh sang raja. Dia hanyalah seorang putra mahkota dan para penjabat istana itu sedang menilai calon permaisurinya, Kochiro tidak boleh bersuara walaupun dia ingin berteriak untuk menghentikan mereka. Sang Raja pun akhirnya menghentikan para penjabat istana dan dia bertanya kepada Tsuyoko dengan suara yang lembut, apakah Tsuyoko mengerti bahwa Kochiro adalah seorang Putra Mahkota dan apakah dia tahu apa yang harus dihadapinya sebagai seorang Permaisuri?
Tsuyoko terkejut ketika Sang Raja bertanya langsung padanya dan dengan agak bergetar dia menjawab dan mengangguk, Tsuyoko mengerti dengan semua tugas yang akan diembannya. Sang Raja pun tersenyum kemudian menyuruh Kochiro membawa Tsuyoko ke ruang istirahat untuk menunggu mereka. Kochiro menunduk memberi hormat kepada Raja dan dengan sopan keluar bersama Tsuyoko. Dia mengamit tangan Tsuyoko ketika mereka sudah diluar dan dengan lembut dia merengkuh pundak Tsuyoko dan menariknya kepelukannya.
Kochiro meminta maaf, karena dia tidak dapat melindungi Tsuyoko dari para pejabat Istana tersebut dan Kochiro pun tersadar dengan beban berat yang akan diberikan kepada Tsuyoko jika ia menjadi permaisuri.
Mendengar itu Tsuyoko hanya menggeleng dan tersenyum, Kochiro sebagai pangeran mahkota yang baik harus bertingkah laku sebagai layaknya Putra Makhota yang dihormati dan sejak awal Ia sudah mengerti apa yang akan dihadapinya ketika menerima ajakan Kochiro untuk pergi menghadap Sang Raja. Kochiro hanya dapat memeluk Tsuyoko lebih erat, dia merasa tersentuh. Tsuyoko selalu bertindak menurut keinginannya tapi dihadapan para penjabat istana, Tsuyoko benar benar berkorban untuk dirinya.
Kochiro membawa Tsuyoko ke ruang istirahat dan meminta pelayan istana untuk membawakan snack manis ke ruangan tersebut. Tsuyoko yang melihat hidangan snack manis ditaruh di depannya itu pun tertawa dan mendorong Kochiro sebelum dengan cepatnya dia mengambil dango yang ada di depannya. Kochiro pun tersenyum dan mengelak ketika dango yg di tangan Tsuyoko mengarah ke depan mukanya. Tak lama, ketika semua dango sudah berpindah tempat ke perut Tsuyoko dan dia dengan asyiknya bermain shamisen sementara Kochiro duduk dengan tenang mendengarkan Tsuyoko yang sangat berkonsentrasi bermain shamisen. Kochiro berpikir betapa damainya saat saat seperti ini - dan pasti akan sangat membahagiakan jika Ia dapat melewati masa depannya bersama Tsuyoko seperti ini.
Tak lama, utusan raja pun datang, meminta Kochiro dan Tsuyoko untuk kembali menemui mereka. Tsuyoko langsung berhenti memainkan shamisennya, dengan tegang berdiri dan merapikan kimononya dengan tangan yang bergetar. Kochiro yang menyadarinya perlahan mendekati Tsuyoko dan berbisik padanya - meyakinkan Tsuyoko kalau dia akan selalu disampingnya. Saat Tsuyoko tersenyum, Kochiro pun membalas senyumannya kecil kemudian menggegam tangan kekasihnya itu, menariknya perlahan untuk kembali menghadapi Sang Raja.
Ketika mereka kembali ke ruangan itu, Kochiro tidak menempatkan dirinya duduk didepan Tsuyoko seperti saat pertama mereka datang ke tempat itu.melainkan disebelah kanannya dan bersikap wajar layaknya bahwa itu adalah hal yang biasa, bahwa mereka sederajat. Didalam hatinya Tsuyoko bahagia tetapi dia tetap merasa khawatir tentang apa yang akan dikatakan oleh para penjabat Istana melihat tingkah dari Sang Putera Mahkota. Tsuyoko perlahan bergerak mundur ke belakang tetapi dengan cepat Kochiro menarik tangan Tsuyoko dan menahannya untuk tetap duduk ditempatnya semula. Tsuyoko dapat melihat pandangan tak senang dari para penjabat Istana dan dia berusaha untuk menarik tangannya tetapi genggaman Kochiro malah semakin erat meminta Tsuyoko untuk tetap berada di tempatnya.
Sang Raja yang melihat itu pun mengangguk, putranya memang sudah menentukan pilihan, tetapi urusan kerajaan tetaplah lebih penting. Dia pun mengumumkan keputusan yang telah diambil, bahwa Tsuyoko akan diuji dan dilatih di Istana selama sebulan - Jika memang dia pantas, maka Sang Raja akan merestui mereka dan memberikan gelar kebangsawanan bagi keluarga Tsuyoko. Para penjabat Istana kembali berdecak tak puas mendengar hal tersebut tetapi Sang Raja sudah memutuskan dan mereka tidak dapat berbuat apa apa selain mengikutinya.
Mendengar keputusan Ayahnya, Kochiro tersenyum dan dengan segera menyembah Sang Raja sebagai ucapan terima kasihnya, Tsuyoko yang disampingnya mengikuti apa yang di lakukan Kochiro - sesaat setelah kepalanya menyenuh lantai, Tsuyoko menghapus airmata yang sudah menggenang dimatanya dengan cepat. Dengan ini Ia tahu bahwa hidupnya akan berubah. Kebebasan yang selama ini Ia miliki akan berakhir - Raja dan seluruh penghuni Istana akan melatih dan menilai dirinya, tetapi Ia berjanji demi Kochiro Ia harus bisa bertahan dan melaluinya.
to be continued