Title: Uniform Chapter 5
Pairing: YamaChii, TaDaiki, OkaJima
Genre: Romance (mungkin)
Rating: PG-13
Summary: Chinen mendaftar beasiswa di horikoshi gakuen, tetapi saat pendaftaran orangtuanya salah tulis gender chinen(?) chinen pun terpaksa berpura-pura menjadi cewek.
A/N: Maaf update nya telat oTL terus ceritanya agak maksa gitu-_-V
Chinen masuk ke dalam kelas dengan cemberut.
"Ohayou chii~"
Yuto menyambut chinen.
"Kamu kenapa, chii?"
Daiki melihat ada yang tidak beres dengan chinen.
"Kalian tau yamada ryosuke?"
Yuto dan daiki mengangguk serempak.
"Dia mengaku-ngaku jadi pacarku!"
"APAA?!"
Yuto dan daiki yang terkejut langsung terjengkang ke belakang.
Semua yang ada di kelas langsung menoleh ke arah mereka.
Anak-anak itu menatap mereka dengan pandangan heran.
Tapi tiba-tiba saja ada yang membanting pintu kelas 3E.
Itu geng sedeng M.U.S.
"Mana yang namanya chinen yuri?!"
Mariya berteriak marah, terlihat dari kilatan petir di matanya, yang mungkin sanggup untuk memenuhi kebutuhan listrik seTokyo.
Anak-anak itu langsung menunjuk ke arah chinen.
"Oh jadi kamu yang namanya chinen?!"
Mariya berjalan ke arah chinen.
"Ya, aku chinen. Ada apa mencariku?"
"Kamu harus putus dengan yamada!"
"Ambil saja, aku bukan pacarnya"
"Seluruh murid disekolah ini sudah tau kalau kau pacarnya yamada!"
Chinen langsung menoleh ke arah teman-teman sekelasnya.
"Apa kalian tau kalau aku dan yamada berpacaran?"
Mereka menggeleng.
"Mereka tidak tau, jadi kamu jangan melebih-lebihkan kalau semua murid tau kalau aku dan yamada berpacaran"
Skakmat.
Mariya tidak tau harus membalas apa.
Dia hanya mengangkat tangan kanannya dan mencoba untuk menampar chinen.
Tapi ada yang menahan tangannya.
Itu yamada.
"Ya-yamada-kun"
"Jangan sekali-kali menyentuh pacarku, nishiuchi. Atau aku akan mematahkan tanganmu"
"Tapi dia bilang kalau dia dan yamada-kun tidak berpacaran"
Kini umika yang berbicara.
"Jangan percaya, dia hanya terlalu malu untuk mengaku sebagai pacarku"
"Kami ingin bukti kalau kalian berdua pacaran"
Shida menambahkan, mencoba untuk membela mariya.
Yamada lalu memegang dagu chinen dan langsung mencium chinen di bibir.
Seisi kelas mendadak terkena mimisan massal.
Mariya juga mendadak pingsan, beruntung ada umika dan shida yang menangkap hingga dia tidak jatuh ke lantai.
Sedangkan daiki dan yuto, terjengkang untuk kedua kalinya.
Chinen mematung saat yamada mencium bibirnya.
Dan dia tersadar dari keterkejutannya saat yamada menggigit lembut bibirnya.
Chinen langsung mendorong yamada untuk menjauh darinya.
"TIDAAAAAKK!!"
Chinen berteriak histeris.
Dia kemudian berlari ke luar kelas dan menuju ke toilet.
Setelah di depan toilet, chinen dengan gelap mata langsung menendang pintu toilet dan pintu itu pun terbuka.
Orang-orang yang ada di dalam toilet langsung melihat ke arah chinen.
Chinen masuk ke toilet dengan tampang yang sangat-sangat suram.
Siswa yang sedang buang air di toilet dengan refleks langsung menutupi miliknya.
Chinen salah masuk toilet, dia masuk ke dalam toilet pria.
Dia lupa kalau dia sedang menyamar sebagai perempuan.
"Chi-chinen, ini toilet laki-laki"
Teman sekelas chinen yang bernama kamiki menegur chinen.
Chinen melihat ke sekelilingnya, semuanya buang air dengan berdiri.
Dan dia pun sadar sekarang dia sedang menyamar.
"Ma-maaf.."
Chinen keluar dari toilet pria dengan menahan malu, dia lalu masuk ke toilet wanita yang ada disebelah.
Saat memasuki toilet, chinen melihat ada beberapa siswi yang sedang merapikan make-up mereka.
Chinen mencuci mulutnya dengan air di wastafel.
Menghilangkan rasa bibir yamada yang seperti strawberry (A/N: sumpah, saya ngga pernah ngerasain bibir yamada *dibuang*) yang melekat dibibirnya.
'Ciuman pertamaku. Dengan seorang pria. PRIA. P-R-I-A.'
Chinen terus mencuci mulutnya.
Mungkin rasa bibir yamada, sudah hilang.
Tetapi, bayangan saat yamada mencium bibirnya masih melekat erat di otaknya.
Chinen keluar dari toilet.
Dia akan mengambil tasnya dan meminta izin untuk tidak masuk sekolah.
Saat melewati kelas yamada, ada yang tiba-tiba memegang tangannya.
"Kau lagi?! Lepaskan!"
Chinen mencoba melepaskan pegangan yamada.
"Aku itu tidak suka dengan laki-laki!!"
Chinen berteriak ke arah yamada.
Dia lupa (lagi) kalau dia sedang menyamar.
Dia melihat ke sekelilingnya, murid-murid perempuan menatap dia dengan pandangan kami-masih-normal.
Sedangkan murid laki-laki menatapnya dengan pandangan kecewa.
"Ma-maksudku, aku tidak suka dengan laki-laki sepertimu!"
Chinen menghempaskan tangan yamada, dan berlari secepat yang dia bisa.
~0~0~0~Takaki dari jauh memandangi daiki yang sedang memasak di dapur rumahnya.
Lalu dia menghampiri daiki, dan memanggilnya.
"Daiki.."
"Ya?"
"Besok kamu bisa tidak masuk kerja"
"Eh?? Kenapa?"
"Aku akan mengajakmu jalan-jalan. Kalau kamu mau, kamu bisa ngajak teman-temanmu yang lain"
"Benarkah? Jadi aku bisa mengajak chii dan yuto?"
Takaki mengangguk.
Daiki terlihat sangat gembira.
"Kita akan kemana yuya?"
"Ke villa yama-chan"
"Apa?! Aku yakin chii tidak akan ikut"
"Jangan bilang ke dia kalau yama-chan ikut"
"Tapi-"
"Pliiiiisss"
Takaki memohon ke daiki, dan daiki jadi tidak enak untuk menolaknya.
"Baiklah.. Aku akan menelpon mereka sekarang"
Ucap daiki sambil meletakkan masakannya ke piring dan memberikan ke takaki.
Takaki mengambil piring itu dan mengucapkan terima kasih.
Daiki lalu mengeluarkan handphonenya dan menelpon chinen dan yuto.
Takaki hanya mengamati daiki yang sedang menelpon sambil memakan masakan buatan daiki.
Setelah selesai makan, takaki meletakkan piringnya di tempat cuci piring, dan berjalan ke daiki yang sekarang sedang duduk di sofa.
"Yuya, aku akan pulang sekarang.."
Daiki berdiri dari sofa.
Tetapi takaki menahannya.
"Kamu menginap di rumahku saja daiki, aku sudah menyuruh suster untuk menjaga ibumu"
Takaki memegang erat tangan daiki.
Daiki menunduk dan mengangguk lemah.
Dia tidak bisa menolak permintaan takaki.
"Kalau kamu mau, kamu bisa tidur dikamarku, biar aku tidur di sini"
Takaki menepuk sofa yang dia duduki.
"Hah?"
Daiki mendongak ke takaki.
Tumben-tumbenan takaki tidak tidur sekamar dengannya.
"Kamu kenapa yuya? Kamu saja yang tidur di kamar, aku yang tidur disini"
"Tidak daiki, aku yang tidur disini.."
Takaki berdiri dan menyeret daiki ke kamar.
"Tidur sekarang atau aku akan menghabiskan pockymu"
Takaki mengancam daiki.
Daiki cemberut, tetapi dia tetap mengikuti kata takaki untuk tidur sekarang.
Takaki menyelimuti daiki dengan selimut, lalu dia berjalan keluar kamar.
Tidak lupa dia mematikan lampu kamar.
Daiki mencoba memejamkan matanya, tetapi tidak bisa.
Dia belum ingin tidur.
"Yuya kenapa ya?"
Daiki berbicara sendiri, dia bingung dengan sikap takaki.Dia lalu bangun dari tempat tidur dan berjalan ke luar kamar.
Dia melihat takaki sedang duduk di sofa sambil menonton tv.
Lampu di ruangan itu mati, hanya ada cahaya dari tv.
Daiki langsung duduk di samping takaki.
Takaki sedikit terkejut saat daiki duduk di sofa.
"D-Daiki? Kamu kan harus tid-"
Takaki tidak melanjutkan ucapannya karena daiki sudah meletakkan kepalanya di bahu takaki.
Takaki lalu meletakkan tangannya di bahu daiki dan merangkulnya.
Wajah takaki dan daiki sama-sama merona merah.
"Ngg... Daiki.. Kemarin chinen bilang kalau dia menyukaimu"
Daiki tertawa mendengar ucapan takaki.
"Aku sudah mendengar dari yuto, dia hanya bercanda. Dia bilang dia mau menolongku saja"
"Menolongmu?"
"Iya, dia hanya main-main yuya, jadi jangan dipikirkan"
Sekarang daiki meletakkan kepalanya di dada takaki.
Dia meringkuk di dalam pelukan takaki.
"Aku tidak menyangka ada pria secantik dia"
"Sepupuku ada yang lebih cantik dari chii, yuya"
Daiki mendongak ke takaki sehingga mereka menjadi saling tatap.
"Ohya?"
"Iya! Namanya inoo kei, dia terlihat seperti perempuan, cantik.."
"Tapi aku yakin kamu pasti lebih cantik"
Pipi daiki merona saat mendengar takaki berkata seperti itu, begitu juga dengan takaki yang wajahnya memerah.
Dada takaki berdetak kencang saat mengatakan kalau daiki itu cantik.
Takaki menatap dalam ke mata daiki.
Dia mendekatkan wajahnya ke wajah daiki.
Daiki menutup matanya saat wajah takaki semakin dekat dengan wajahnya.
Daiki tersenyum saat bibir takaki menyentuh bibirnya.
Daiki merasa ini adalah ciuman termanis dia bersama takaki.
Takaki melepas ciumannya dan memandang ke wajah daiki.
"Aku mencintaimu.."
"Aku juga mencintaimu.."
Daiki tersenyum lebar saat mendengar kata yang sangat dia tunggu, akhirnya diucapkan oleh takaki.
Daiki juga tidak tau sejak kapan dia memiliki rasa ke takaki.
Yang jelas, sekarang dia bahagia mengetahui takaki juga mencintainya.
~0~0~0~Daiki sedang menunggu yuto dan chinen di luar mobil.
Sedangkan takaki sedang menunggu di dalam mobil.
"Dai-chaaan"
Chinen dan yuto berlari ke arah daiki.
Chinen hari ini tidak menyamar sebagai perempuan, karena daiki sudah memberitahu dia kalau takaki sudah mengetahui kalau chinen itu pria.
"Kalian berdua lama sekali.. Cepat masuk ke mobil"
Chinen dan yuto langsung masuk ke dalam mobil.
"Yuri cintaku!"
Chinen terlonjak kaget saat mendengar suara orang yang memanggilnya.
Itu suara yamada.
"Kau?!"
Chinen melihat yamada yang duduk di belakang mobil tersenyum lebar.
"Hai yuri~ Ternyata kita memang jodoh yaaa~"
"Kau kenapa ada disini?!"
"Apa aku tidak boleh ikut ke villaku sendiri?"
Chinen terpaku mendengar ucapan yamada.
"A-apa?!"
Chinen melihat ke arah daiki yang sekarang berpura-pura tidak melihat ke arah chinen.
"Dai-chan! Kenapa nggak bilang dia juga ikut sih?! Tau gini mending aku nggak ikut!"
"Aku sudah memberitahumu kok"
Daiki berbohong ke chinen.
"Jangan-jangan kamu punya kongkalingkong(?) sama dia!"
Sekarang chinen menuduh daiki.
Chinen merasa ada seseorang yang menusuk-nusuk pipinya.
Dan ternyata itu yamada.
"KAU!! JANGAN MENYENTUH PIPIKU!!"
"Kenapa yuri? Lebih baik aku menyentuh pipimu daripada bibirmu"
Chinen menjadi kesal mendengar perkataan yamada.
Tanpa berpikir panjang chinen langsung mencekek yamada dan membawanya ke kiri, ke kanan, ke depan, kebelakang(?).
Yuto dan keito mencoba menghentikan chinen yang semakin brutal mencekek yamada.
Dan tiba-tiba takaki menghentikan mobilnya secara mendadak.
"Kalian bisa diam nggak sih?!"
Daiki berteriak marah ke semua orang yang ada di mobil.
Chinen langsung melepas tangannya dari leher yamada.
Takaki yang ada di sebelah daiki tercengang mendengar teriakan kekasihnya, baru kali ini ia melihat kekasihnya mengamuk(?)
"Chii! Kamu duduk di depan! Biar aku pindah ke belakang!"
Chinen mengangguk dan bertukar tempat dengan daiki.
Takaki pun melanjutkan perjalanan lagi.
Di tengah perjalanan, yamada yang sedang meringkuk di pojokan mobil dengan mata berkaca-kaca (karena sedih tidak bisa dekat dengan chinen), tiba-tiba berkata,"Aku butuh ember"
"Kamu mabuk? Mau muntah?"
Keito yang ada disampingnya bertanya.
"Bukan, untuk menampung air mataku"
Hening..
"Takaki.. Tolong putarkan lagu vierra, yang judulnya pedih.."
Hening lagi..
Dan seisi mobil pun mengabaikan yamada yang kelebayannya sedang kumat.
~0~0~0~