Uniform chapter 2

Jul 12, 2011 10:32

Title: Uniform Chapter 2
Pairing: YamaChii, TaDaiki, OkaJima
Genre: Romance (mungkin)
Rating: PG-13
Summary: Chinen mendaftar beasiswa di horikoshi gakuen, tetapi saat pendaftaran orangtuanya salah tulis gender chinen(?) chinen pun terpaksa berpura-pura menjadi cewek.
A/N: Ini chapter 2nya, maaf ya kalau ceritanya aneh sama maksa terus gak nyambung hehehe-_-V itu judulnya abal maap ya

Sekarang adalah jam istirahat.
Chinen, yuto dan daiki akan pergi ke atap sekolah untuk memakan bekal mereka.
Saat mereka keluar dari kelas, tiba-tiba ada yang memegang tangan daiki.
Daiki menoleh ke orang itu, ternyata itu takaki.
"Yu-yuya?"
"Ikut aku.."
Ucap takaki sambil menarik tangan daiki.
"Kalian duluan ya, nanti aku nyusul"
Ucap daiki ke yuto dan chinen.
Kemudian dia mengikuti takaki.
"Kita mau kemana?"
Daiki bertanya tapi takaki tidak menjawabnya.
Akhirnya mereka sampai di ruang penyimpanan alat-alat olahraga.
Setelah didalam, takaki langsung mendorong daiki ke arah matras yang ada di ruangan itu.
Dia langsung menciumi bibir daiki.
Daiki mencoba melepaskan diri dari ciuman takaki.
Tapi, takaki lebih kuat dari dia.
Dia pun pasrah menerima ciuman takaki.
Saat takaki mencoba memasukkan tangannya ke dalam seragam daiki, daiki langsung menahan tangan takaki.
"Jangan, yuya.."
"Kenapa? Aku sudah membayarmu untuk ini!"
"Ta-tapi ini sekolah"
Suara daiki bergetar, dia sepertinya ketakutan dengan takaki.
Takaki berdiri sambil mendengus kesal.
"Malam ini kau harus ke rumahku"
"Tapi aku harus jaga okasan di rumah sakit, yuya. Besok aku akan ke rumahmu"
Takaki tidak menanggapi perkataan daiki, dia langsung keluar dari ruangan itu, meninggalkan daiki yang sekarang menangis.
~0~0~0~Sudah sebulan sejak hari pertama dia sekolah di horikoshi.
Chinen sudah memiliki banyak teman di kelasnya.
Tapi, dia lebih sering bermain dengan yuto dan daiki.
Dia sudah menganggap yuto dan daiki sebagai sahabatnya.
Malam itu, chinen baru saja dari minimarket, membelikan bumbu masak untuk ibunya.
Saat di perjalanan, dia melihat seseorang yang sangat mirip dengan daiki.
Orang itu menangis sambil berjalan tertatih-tatih.
Chinen mempertajam penglihatannya, dan dia pun menyadari kalau itu daiki.
"Daichan kenapa?"
Chinen akan menghampiri daiki, tapi dia menyadari kalau sekarang dia tidak sedang memakai wig.
Teman-temannya masih mengira kalau dia sebenarnya perempuan.
Chinen mengeluarkan handphone nya.
Dia langsung menelpon yuto.
"Moshi-moshi?"
"Yuto! Kau dimana?"
"Dirumah. Ada apa chii?"
"Tadi aku liat daichan nangis, dia sekarang lagi di taman dekat horikoshi"
"Aku akan kesana sekarang!"
Chinen mematikan telponnya dan bersembunyi di semak-semak yang ada di belakang kursi taman.
Dia melihat daiki duduk di kursi taman itu sambil menangis.
Beberapa saat kemudian, yuto pun datang.
"Daichan! Kau kenapa?"
Daiki menggelengkan kepalanya.
"Takaki lagi?!"
Daiki tidak menjawab pertanyaan yuto.
Chinen menguping pembicaraan yuto dan daiki.
"Daichan kenapa ya?"
Chinen yang masih sembunyi di semak-semak itu, merasakan geli dikakinya.
Saat dia melihat ke arah kakinya, dia melihat kodok berada diatas kakinya.
Dengan refleks dia pun langsung berdiri.
"Kyaaaaa!! Kodoook!!"
Daiki dan yuto yang kaget mendengar teriakan langsung menoleh ke sumber suara.
Mereka berdua mengerutkan kening mereka.
"CHII?!"
~0~0~0~Sekarang mereka bertiga duduk di kursi taman.
Yuto dan daiki mendengarkan cerita chinen dengan seksama.
Tentang kenapa chinen menyamar sebagai perempuan.
"Kalian gak bakal kasi tau yang lain kan?"
"Tenang chii, rahasiamu aman di tanganku dan daichan.."
Chinen tersenyum bahagia, dia kemudian bertanya ke daiki kenapa dia menangis.
Daiki menoleh ke arah yuto, dan yuto tersenyum sambil mengangguk.
"Sebenarnya..."
Daiki mulai bercerita.
Tentang ibunya yang menderita kanker otak.
Dan tentang takaki yang menawarkan uang untuk biaya pengobatan ibunya.
"Saat itu, uang tabungan okaasan habis, padahal dia lagi dirawat di rumah sakit. Tiba-tiba yuya datang, dan dia menawarkan akan membayar biaya pengobatan tapi syaratnya aku harus menjadi pacarnya.."
"Terus daichan setuju?"
"Ya, mau nggak mau, aku harus menerimanya"
"Daichan kenal dengan dia dimana?"
"Dia pemilik cafe tempat aku dan yuto kerja"
"Terus daichan tadi nangis kenapa?"
"Yuya sering memaksaku untuk melakukan `itu` dan tadi dia memaksaku lagi"
Daiki menundukkan kepalanya.
Chinen terkejut mendengar cerita daiki.
"Kenapa daichan nggak lapor polisi? Itu kan termasuk pemerkosaan?"
Daiki menggeleng.
"Ini demi okaasan, lagipula, kadang-kadang aku juga menikmatinya.."
Hening.
Yuto dan chinen hanya menggeleng-gelengkan kepala karena pernyataan daiki tersebut.
Tiba-tiba handphone daiki berbunyi, dan daiki pun mengangkatnya.
Itu ternyata dari dokter yang menangani ibunya.
Dokter tersebut memberitahu bahwa ibunya kambuh dan dimasukkan ke ruang operasi.
"Daichan kenapa?!"
Yuto melihat daiki yang tiba-tiba menangis lagi.
"Okaasan..Kambuh lagi.."
"Kalau gitu sekarang kita ke rumah sakit"
Chinen akan ikut ke rumah sakit, tetapi dia tiba-tiba mendapatkan email dari kakaknya yang marah-marah.
"Aku tidak bisa ikut dengan kalian. Nanti aku nyusul, nee-chan udah marah-marah gara-gara aku kelamaan membeli bumbu ini"
Daiki mengangguk.
"Nggak apa-apa chii"
Mereka pun berpisah.
Daiki dan yuto ke rumah sakit, sedangkan chinen pulang.
~0~0~0~Keesokan paginya, saat chinen memasuki kelas, dia tidak melihat daiki.
Dia hanya melihat yuto yang sedang duduk sambil membaca buku biologi.
"Yuto, daichan mana?"
"Dia nggak masuk, chii.."
Chinen tau, daiki pasti sedang menjaga ibunya.
Kemudian chinen duduk di sebelah yuto dan langsung mengeluarkan buku biologinya.
Tiba-tiba saja, ada 3 cowok memasuki kelasnya.
Kelas yang awalnya ribut langsung sunyi saat 3 cowok yang paling berkuasa di sekolah masuk.
Mereka adalah takaki yuya, yamada ryosuke dan keito okamoto.
Orangtua mereka adalah donatur-donatur terbesar di sekolah itu.
Takaki kemudian berjalan ke arah yuto dan chinen.
"Mana daiki?"
"D-dia nggak masuk"
Yuto menjawab dengan ekspresi ketakutan.
Saat takaki akan keluar dari kelas, tiba-tiba chinen berteriak memanggil takaki.
"Woy!"
Takaki membalikkan badannya dan melihat ke arah chinen.
Chinen berdiri dan berjalan ke arah takaki.
"Apa kau mencintai daichan?"
Takaki mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan chinen.
"Itu bukan urusanmu!"
Takaki menjawab dengan ketus.
"Itu urusanku. Kalau kau tidak mencintai daichan, berikan dia padaku.."
Mata takaki melebar saat mendengar pernyataan chinen.
Takaki yang masih terkejut, langsung meninggalkan chinen.
"Oi tunggu! Kau belum jawab pertanyaanku!"
Chinen akan mengejar takaki namun yuto langsung menariknya.
"Chii! Kamu suka daichan?!"
Yuto bertanya ke chinen dengan ekspresi tidak percaya.
Chinen menggelengkan kepalanya.
"Loh? Tapi tadi.."
"Tadi aku bohong. Biar si takaki itu mau ngelepasin daichan"
Yuto mengangguk-angguk mengerti.
"Ternyata kau pintar juga, chii.."
~0~0~0~Malam itu, takaki berdiri di balkon kamarnya.
Dia memikirkan tentang pertanyaan chinen tadi pagi.
Dia kemudian memejamkan matanya.
"Ya, aku mencintai daiki.."
.:flashback:.
Hari ini takaki berulang tahun yang ke-9.
Tetapi dia tidak merayakannya karena orangtuanya sedang diluar negeri.
"Pasti mama dan papa lupa dengan ulangtahunku. Mereka belum mengucapkan selamat ulangtahun padaku.."
Takaki sekarang sedang berada di taman dekat rumahnya.
Disana terdapat ayunan dan dia pun duduk disana.
Dia jarang bermain di taman itu, karena orangtuanya melarang dia bermain disana.
Tiba-tiba saja ada seorang anak laki-laki pendek dan berpipi gemuk menyapa takaki.
"Hai, mau main denganku?"
Takaki sebenarnya ragu untuk bermain dengan anak ini.
Orangtuanya berkata kalau dia tidak boleh dekat-dekat dengan orang yang baru dia kenal.
'Tapi sepertinya dia orang baik' pikir takaki.
Takaki pun mengangguk, setuju untuk bermain dengan anak itu.
Mereka berdua bermain di taman sampai sore.
"Hari ini aku ulang tahun, tapi orangtuaku belum mengucapkan selamat.."
"Ohya? Selamat ulang tahun! Berarti aku yang pertama kali mengucapkan selamat ke kamu?"
Takaki mengangguk.
"Terima kasih. Aku belum tau namamu. Kamu siapa?"
"Aku daiki arioka"
"Aku tak-"
Belum selesai takaki berbicara, tiba-tiba ada orang yang memanggil daiki.
"Daiki.."
Daiki menoleh ke arah orang yang memanggilnya.
Ternyata itu ibunya.
"Ayo pulang, ini udah malem. Lagi pula ada kei di rumah"
"Kei-chan?"
Mata daiki berbinar-binar saat mendengar sepupunya ada dirumahnya.
Daiki pun langsung berlari pulang, meninggalkan takaki sendirian di taman.
Takaki sendiri lagi.
Dia sudah terbiasa untuk selalu kesepian, walaupun dia berada di tempat yang ramai.
Tapi saat ada daiki, dia merasakan kalau dia tidak kesepian lagi.
Takaki tersenyum.
"Daichan, aku takaki yuya.."
.:end flashback:.

fanfic, okajima, yamachii, tadaiki

Previous post Next post
Up