title: Sorry, I Can't Forget Him
pairing: TaDaiki, TakaChii
genre: angst
rating: PG-13
summary: Takaki bertemu dengan mantan kekasihnya, daiki
A/N: Ceritanya maksa -_-V
Takaki berjalan menyusuri bukit yang berada di dekat sekolah chinen, kekasihnya.
Dia biasa menunggu chinen pulang sekolah di sana.
Dari bukit tersebut, seluruh sudut kota tempat mereka tinggal akan terlihat.
Sinar matahari yang datang ke bukit itu juga tidak terlalu menyengat karena terhalang pohon-pohon yang tumbuh subur disana.
Selain itu, bukit itu menjadi kenangan antara dia dengan daiki, mantan kekasihnya.
"Yuyaaaa"
Chinen memanggil takaki sambil berlari ke arah takaki yang sekarang sedang duduk memandangi pemandangan yang ada di depannya.
Chinen kemudian duduk di sebelah takaki.
"Yuri.."
Takaki memanggil chinen, dan chinen pun menoleh ke arahnya.
"Ya?"
Chinen bertanya dan takaki hanya menjawab dengan menepukkan tangannya di pahanya.
Chinen mengerti maksud takaki.
Kemudian chinen berdiri dan segera duduk di pangkuan takaki.
Tangan takaki membungkus pinggang chinen dan dia meletakkan dagunya di bahu chinen.
"Yuya, kau tau? Aku dapat nilai 100 di ulangan bahasa inggris!"
"He? Serius? Itu nilai murni atau hasil contekan?"
Chinen cemberut dan takaki hanya tertawa.
Takaki merasakan kejadian ini pernah terjadi.
Dan bayangan masa lalunya tergambar jelas di otaknya.
.:flashback:.
"Yuya! Aku dapat 100 di kuis bahasa inggris! Berarti kau harus mentraktirku makan di restoran mahal dan kamu juga harus beli 100 pocky untukku"
Daiki berbicara panjang lebar, takaki hanya tertawa sambil mengeratkan pelukannya ke pinggang daiki yang sekarang duduk di pangkuannya.
.:end flashback:.
"Yuya?"
Chinen memandang takaki dengan pandangan khawatir karena dia melihat raut muka takaki yang tiba-tiba berubah menjadi sedih.
Takaki hanya menggeleng.
"Ayo kita ke supermarket, aku mau beli bahan untuk buat gyoza"
Takaki mengajak chinen pergi ke supermarket dan chinen hanya mengangguk setuju.
~0~0~Setelah di supermarket, takaki langsung mencari bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat gyoza.
Sedangkan chinen, pergi ke toko kaset yang berada di sebelah supermarket.
Chinen mencari kaset arashi yang terbaru.
Dan chinen melihat kaset arashi hanya tersisa satu di toko tersebut.
Saat chinen akan mengambil kaset tersebut, sebuah tangan telah mendahului dia.
Mata chinen melebar saat melihat kaset arashi tersebut diambil oleh orang lain.
Dia menatap orang tersebut dengan tatapan pak-tolong-kasihani-saya-belum-makan-seminggu, dan orang itu juga menatap chinen.
"Kamu mau kaset ini? Ini buat kamu"
Orang itu memberikan kaset tersebut karena tidak kuat dengan tatapan pak-tolong-kasihani-saya-belum-makan-seminggu dari chinen.
"Benarkah?"
Mata chinen berbinar-binar saat mengambil kaset arashi dari tangan orang itu.
Orang itu hanya mengangguk.
"Arigatou.."
Chinen kemudian berjalan ke kasir bersama orang yang memberinya kaset arashi tersebut.
Setelah membayar di kasir, dia keluar dari toko tersebut.
Dia masih berbicara dengan orang itu sembari menunggu takaki yang masih di supermarket.
"Yuri!!"
Takaki berlari ke arah chinen sambil menenteng barang belanjaannya.
"Yuya!"
Chinen kemudian memeluk takaki yang sudah berada di sampingnya.
Takaki tertegun saat melihat orang yang ada disebelah chinen.
"Da-daiki?"
"Hai, yuya"
"Kalian berdua sudah saling kenal?"
Chinen bertanya sambil menatap ke arah daiki dan takaki.
Daiki mengangguk sambil tersenyum ke arah chinen.
"Ya, aku dan yuya adalah teman lama"
Takaki hanya tersenyum lemah.
"Kamu adiknya yuya?"
Daiki bertanya ke chinen.
"Bukan, dia kekasihku"
Takaki menjawab pertanyaan daiki sambil menarik chinen ke pelukannya.
"Dai-chan, ayo mampir ke rumah kami, yuya akan memasak gyoza"
Daiki mengerutkan dahinya.
"Kalian...Tinggal serumah?"
Chinen hanya mengangguk.
"Tapi aku sudah ada janji dengan seseorang, kapan-kapan aku akan mampir ke rumah kalian"
"Kalau gitu, ini alamat rumah kami, dan ini email ku dan email nya yuya"
Chinen memberikan selembar kertas yang berisi alat rumah dan email.
Takaki hanya menatap kertas tersebut saat daiki mengambil kertas itu dari tangan chinen.
Daiki pun pamit ke mereka berdua.
Dia berlari ke arah barat, dan takaki hanya memandangi punggung daiki yang kini sudah menghilang dari pandangannya.
~0~0~Takaki memasuki kamarnya, dan meletakkan tas chinen di meja belajarnya.
Kamarnya terletak di lantai 2, dan chinen sedang berada di lantai 1, memakan gyoza yang baru dibuat oleh takaki.
Takaki berdiri di dekat jendelanya, dia memandangi halaman depan rumahnya.
"Kenapa kamu datang lagi disaat aku sudah memiliki yuri.."
Ucap takaki dengan nada sedih.
Sudah 2 tahun mereka berdua tidak bertemu, dan sekarang mereka berdua bertemu disaat yang tidak tepat.
Dan kenangan antara dia dengan daiki tergambar jelas di benaknya.
Saat dia mengaku pada daiki tentang perasaannya.
Saat dia menghabiskan hari-harinya selama 3 tahun dengan daiki.
Saat dia pertama kali mencoba mencium daiki dan daiki malah memukulnya.
Saat dia bertengkar dengan daiki karena rebutan tempat duduk di bis sekolah mereka.
Dan saat daiki memutuskan hubungan mereka karena ternyata daiki sudah mengkhianati dia...
Drrt drrt....
Handphone takaki bergetar.
Dia kemudian mengambil handphonenya yang ada di atas meja.
Di layar handphone nya tertera alamat email yang tidak dia kenal.
Dia kemudian membuka email tersebut, dan ternyata itu adalah daiki.
"Yuya, aku daiki. Aku ingin bertemu denganmu di bukit dekat horikoshi gakuen jam 2"
Takaki melirik jam dindingnya, jam menunjukkan pukul 1.
Takaki pun langsung masuk ke dalam kamar mandi, bersiap-siap untuk menemui daiki.
"Yuya?"
Chinen masuk ke dalam kamarnya.
Dia tidak melihat yuya di kamarnya.
"Yuya dimana?"
Chinen berjalan ke kamar mandi, dia mendengar suara air.
Dia tau yang ada di kamar mandi pasti takaki.
Saat dia akan keluar dari kamar, dia melihat handphone takaki tergeletak di meja belajar.
Dia penasaran dan kemudian mengutak-atik handphone takaki.
Saat dia membuka inbox, dia melihat ada email dari daiki untuk takaki.
Dan dia membacanya.
"Daiki dan yuya di bukit?"
Chinen merasa curiga dengan hubungan antara daiki dan takaki.
Chinen meletakkan handphone takaki di meja, dan menunggu takaki keluar dari kamar mandi.
Saat takaki keluar dari kamar mandi, dia melihat chinen duduk di tempat tidur mereka.
"Yuya mau kemana?"
Chinen bertanya ke takaki yang sekarang sedang mencari pakaian di lemarinya.
"Aku...Aku mau ke rumah yabu"
Takaki terpaksa berbohong ke chinen.
"Kalau gitu, salam buat yabu-kun ya.."
Chinen berkata sambil keluar dari kamarnya.
"Yuya, aku tau kamu bohong padaku.."
Ucap chinen lirih sehingga takaki tidak dapat mendengarnya.
~0~0~Takaki keluar dari kamarnya dengan terburu-buru.
Sekarang sudah jam setengah 3.
Dia terlambat karena terlalu lama memilih baju yang harus dia pakai.
Saat dia akan keluar dari rumah, chinen memanggilnya.
"Yuya!"
"Ya?"
Takaki menoleh ke arah chinen.
"Hati-hati.."
Takaki tersenyum, dia berjalan ke arah chinen dan mencium pipi chinen.
"Aku akan berhati-hati"
Takaki pun keluar rumahnya.
Chinen hanya diam saat melihat takaki menutup pintu rumahnya.
Kemudian dia mengambil jaketnya, dan dia pun keluar rumah.
Ya, chinen akan mengikuti takaki.
Chinen berjalan sekitar 5 meter di belakang takaki.
Dia terus mengikuti takaki sampai ke bukit di dekat sekolahnya.
Dia bersembunyi di belakang pohon dan mulai mengamati takaki yang sekarang sudah duduk di sebelah daiki.
"Yuya, aku kira kamu tidak akan datang"
Takaki tersenyum lembut.
"Maaf ya sudah buat kamu nunggu lama"
"Tidak apa-apa"
Mereka berdua terdiam.
Chinen masih menatap mereka dengan tatapan bingung.
"Yuya, kau dan yuri, sudah berapa lama?"
Chinen mendengar daiki menyebut namanya.
"1 tahun. kamu dan keito bagaimana?"
Raut muka daiki berubah menjadi sedih saat mendengar takaki menyebut nama keito.
"Aku dan keito sudah lama putus. Ternyata dia sudah memiliki kekasih. Kau tahu yuto anak kelas 1-D?"
Takaki mengangguk.
"Keito hanya menjadikan aku pelampiasan saat dia dan yuto putus. Sekarang dia sudah balik lagi dengan yuto"
"Sekarang kau tau mereka dimana?"
Takaki bertanya dan daiki menggeleng lemah.
"Mungkin ini yang namanya karma. Maafkan aku yuya"
Daiki mulai menangis.
Takaki dengan refleks membawa daiki ke pelukannya.
"Aku mencintaimu, yuya"
"Aku juga mencintaimu"
"Tapi....Bagaimana dengan chin-"
Takaki langsung mencium bibir daiki.
"Yuri tidak akan tau tentang kita"
Mereka berdua tidak menyadari, bahwa chinen berada di belakang mereka dengan mata penuh airmata.
Chinen pun pergi meninggalkan mereka berdua yang sekarang sedang berciuman.
Dia terus berlari sambil menangis.
Semua orang menatap heran ke arahnya.
Tapi chinen tidak peduli dengan tatapan orang-orang tersebut.
Setelah sampai dirumahnya, dia langsung lari ke kamarnya.
Membanting tubuhnya diatas tempat tidur.
"Aku benci yuya!!"
Chinen terus menangis sampai akhirnya dia tertidur.
~0~0~Takaki memasuki kamarnya, dan dia melihat ada chinen yang sedang tertidur.
Dia membangunkan chinen.
"Yuri, bangun, ini masih jam 5 tapi kamu sudah tidur"
Chinen perlahan membuka matanya, kemudian dia menoleh ke arah takaki.
"Yuri? Matamu kenapa? Kamu nangis?"
Takaki menunjuk ke arah mata chinen yang bengkak.
Bukannya menjawab pertanyaan takaki, chinen malah menampar pipi takaki.
"AKU BENCI YUYA!!"
Chinen berteriak ke takaki.
Takaki terkejut saat mendengar kata-kata chinen.
Chinen berlari ke luar kamar.
Takaki pun mengejarnya.
"Yuri!!"
Takaki menarik tangan chinen dan langsung memeluk chinen.
Chinen berusaha melepaskan diri dari pelukan takaki.
"Lepaskan aku!!"
"Yuri, kamu kenapa?!"
"Lepaskan aku!! Aku benci yuya!!"
Takaki melepaskan pelukannya.
"Yuri..."
"Kamu kira aku tidak tau tentang hubunganmu dengan daiki!!!"
Takaki tersentak kaget.
Dia tidak menyangka kalau chinen tau tentang hubungan dia dan daiki.
"Aku dan daiki hanya mantan, yuri"
"Mantan?! Terus yang di bukit itu apa?! Aku lihat kamu mencium dia!!!"
Chinen terus berteriak hingga suaranya habis.
Takaki hanya menunduk.
"Maaf, yuri.."
"Lebih baik kita putus"
Mata takaki melebar saat mendengar kata putus dari chinen.
"Tapi yuri, aku mencin-"
Takaki tidak melanjutkan kata-katanya karena saat dia mengangkat kepalanya dan melihat ke arah chinen yang sekarang sedang menangis di hadapannya.
Chinen mendorong takaki hingga terjatuh dan pergi meninggalkan takaki.
Saat dia membuka pintu rumah, dia melihat daiki yang berada di depan rumahnya.
"Hai chinen"
Daiki tersenyum ke arahnya tapi chinen malah mengabaikan daiki, dia berjalan keluar meninggalkan rumah.
"Dai-chan?"
Sekarang takaki sudah ada di depan pintu.
"Yuya, ini handphone mu tertinggal. Ohya, chinen kenapa? Tadi aku lihat dia menangis."
"Yuri sudah tau tentang kita"
"A-apa?!"
"Aku dan dia sudah putus, dai-chan"
Daiki menundukkan kepalanya.
"Maafkan aku yuya"
"Ini bukan salahmu"
Takaki menarik daiki ke dalam pelukannya.
Chinen mencoba menghapus airmatanya.
Dia membalikkan badannya, melihat ke belakang.
Dia mengira takaki akan mengejarnya, kemudian memeluknya dan mengatakan takaki tidak ingin putus dengannya.
Tapi dia salah.
Dia melihat takaki yang memeluk daiki.
Airmatanya pun keluar lagi.
Dia menangis lagi dan berlari.
Dia terus berlari sambil menangis.
Saat akan menyebrang jalan, dia tidak melihat sebuah mobil yang sedang ngebut ke arahnya.
Dan....
BRAKK!!!
~0~0~AAAAAAA gagal kayaknya nih -w-
rencananya saya mau buat sekuelnya ;A;