Feb 20, 2008 16:58
Charades* +part 6+
Fanfic by Mizuno
Rating about PG-17… for incest part ^^;
-----ATTENTION------------------------------
(*cha•rades [noun] guessing game: a game in which somebody provides a visual or acted clue for a word or phrase, often the title of a book, play, or movie, for others to guess)
hyaaaaa…. Chap 5 yang mulai ‘hancur’ bikin me ditagih2 terussss… >0< bukan cuma ama anak2 wilds di kanes, tapi juga ama temen2 kul me… *nambah dosa rusakin anak orang wakakakakakak* Jin and Kame are step brother… makin angst aja ne cerita me… Well pardon my bad English and just enjoy this fic… I hope u all love it… I will wait for the comments… ^^
------------------------------------------------
CHAPTER FOUR~HATE THAT I LOVE YOU
Perlahan…semuanya menjadi jelas.
Jin. Sikapnya yang sulit ditebak, sempurna, genius, dengan masa lalu kelam yang tertutup rapat karena penuh luka…
Ayahnya. Keras, tanpa toleransi. Wajah yang selalu dingin dan mata yang kecewa jika melihatnya.
Jin yang begitu…kebetulan…bertemu dengannya di taman.
Syarat yang tidak pernah terkatakan…
Jadi ini semua adalah rencana Jin dari awal…?
Apakah benar Jin berniat untuk menggunakan dirinya sebagai alat untuk membalas dendam…?
“ Ne, katakan padaku Jin… “ Mizuno memegang lengan Jin dengan tatapan curiga, “ Jangan bilang bahwa kau merencanakan balas dendam dengan menggunakan Kazuya “
Jin terdiam untuk beberapa saat. Setelah menghela nafas panjang, Jin menjawab dengan ekspresi gelap, “ Itulah yang kurencanakan sejak dulu, Mizuno “
Mizuno menatap Jin tidak percaya, “ Kau terlalu dibutakan oleh dendam, Jin…! Kazuya sama sekali tidak bersalah, bukan…?! “
“ KAU TIDAK AKAN PERNAH BISA MENGERTI…!! “ Jin menatap adik sepupunya itu, “ Kau punya keluarga yang bahagia. Ayahmu sayang padamu. Ibumu masih ada. Kau punya segalanya yang tidak kumiliki. Kau tidak akan pernah bisa mengerti bagaimana rasanya ditolak oleh ayahmu sendiri, kemudian ibumu meninggal tanpa bisa melakukan apa - apa… “
“ Jin… “
“ Aku… “ Mata Jin menyipit penuh dendam dan amarah, “ …benar - benar membenci pria itu. Aku benci keluarga barunya… Aku benci melihat mereka bahagia… Jadi selama ini… Aku terus mencari celah “
“…dan celah itu adalah… aku…? “
Jin dan Mizuno berbalik dengan terkejut, mendapati Kame berdiri di dekat pintu dengan wajah pucat seputih kertas.
Air mata menggenang di pelupuk matanya, bergulir pelan menuruni kedua belah pipinya. Jin berdiri kaku dan serba salah, “ Kazu… Aku… “
“ JANGAN SENTUH AKU…!!! “ Kame menepis lengan Jin yang berusaha menyentuhnya, “ KAU… AKU TIDAK BISA PERCAYA PADAMU… KAU MEMPERGUNAKAN AKU UNTUK MEMBALAS DENDAM HEH ?!! “
Kame menepiskan Jin ke pinggir dan berlari keluar dari pintu depan. Jin masih berdiri dengan raut wajah shock. Wajahnya terlihat…terluka. Tanpa tahu harus berbuat apa. Otaknya seperti berhenti berpikir, karena semuanya terlihat seperti layar TV rusak yang dipenuhi dengan titik - titik hitam dan putih.
“ JIN ! “ Mizuno mengguncang tubuh kakak sepupunya, “ Sadarlah ! Cepat kejar dia “
“ Tapi aku… “
“ Telah melukainya ? Tapi kau mencintainya bukan… ? “
Raut wajah Jin berubah. Dia menatap adik sepupunya itu dengan terkejut, “ Bagaimana kau…? “
“ Aku tahu. Itu saja “ Mizuno menatapnya dengan pandangan lurus, “ Kejar dia, Jin “
Hanya sekejab Jin ragu. Dia langsung berlari keluar. Dalam ruangan yang sunyi itu, Mizuno masih berdiri mematung, sebelum akhirnya menutup pintu dan merapikan benda - benda yang berserakan di lantai.
“ Mereka berdua bodoh… melupakan jaket mereka… “ Gumamnya seraya menggantungkan kedua jaket itu bersama - sama. Perlahan dia kembali ke ruang tengah, di mana Ryuusuke dan Ryuutaro masih tertidur.
Langit penuh dengan awan gelap. Mizuno menatap jendela, “ Hujan akan turun… “
Dan apa yang dikatakannya memang benar. Tetes - tetes air turun dari langit, membasahi semua yang ada di bawahnya. Mizuno mengambil selimut tebal lainnya dan menyelimuti kedua bayi itu, “ Ne, kalian tahu… Aku menyadari bahwa Jin menyukai Kazuya… karena aku selalu memperhatikannya “
I have always love him.
So much.
Yet I knew that I’m not the one for him…
It’s somebody else…
Tidak ada air mata yang menetes jatuh. Atau wajah sedih. Ekspresi wajah Mizuno tetap datar, dengan hati yang terasa kosong. Mungkin dia sudah tahu sejak dulu… dan dia sudah mempersiapkan dirinya bila saatnya tiba. “ Well, I guess it can’t be helped, ne…? “
The one for Jin is Kazuya…
TING TONG
Suara bel pintu membuatnya kembali ke alam nyata. Mizuno membuka pintu, mendapati seorang pria berambut keemasan sedang mengendong anak perempuan yang kira - kira berumur lima tahunan. Payung besar yang masih basah terlipat di salah satu lengannya yang bebas.
Mengenakan kemeja putih longgar, celana hitam berpipa dan jaket tebal, pria berwajah cantik itu memamerkan senyumnya yang manis, “ Konbawa, Mizuno-chan “
“ Ah, Tatchan… Menjemput Ryuusuke dan Ryuutaro ? “ Mizuno membiarkan pintu terbuka. Tatchan mengangguk dan menurunkan putrinya, “ Eri-chan, tunggu sebentar ya “
Gadis kecil itu mengangguk. Perlahan dia mendekati Mizuno sementara ayahnya masuk untuk menjemput kedua adik laki -lakinya, “ Mizuno nee-chan, daijoubu ? “
Mizuno tersenyum, “ Aku tidak bisa membohongimu ne, Eri-chan ? Aku memang sedih, tapi aku tidak apa - apa “
Eri-chan mengulurkan tangannya, “ Untuk Mizuno nee-chan… “
Beberapa permen rasa jeruk dan strawberry jatuh ke telapak tangan Mizuno. Ia tersenyum, “ Hee… Arigatou ne, Eri-chan…! “
“ Arigatou ne, Mizuno-chan “ Tatchan mendorong kereta bayinya. Tas bayi yang besar tergantung di bahunya, sementara pandangan matanya berbinar lembut menatap wajah anak - anaknya, “ Maaf sudah merepotkan “
“ Iie, betsuni. Daijoubu… Ei-chan akan kembali nanti malam ? “
“ Hai, tadi dia menelepon akan pulang sebentar lagi “
Eri-chan melambaikan tangannya, “ Ta-tah, Mizuno nee-chan ! “
Mizuno balas melambai. Ketika Tatchan dan anak - anaknya masuk ke apartemen mereka sendiri, perlahan Mizuno masuk dan menutup pintu. Tanpa banyak bicara, dia membersihkan ruangan itu dan membuat makan malam untuk kedua pemuda itu sebelum akhirnya mengambil barang - barangnya dan mengeluarkan payung. Perlahan dia berjalan menembus hujan.
“ Apa mereka baik - baik saja…? “ gumamnya pelan seraya menegadah menatap langit malam yang begitu gelap dengan awan badai bergulung - gulung. Perlahan dibukanya permen dari Eri-chan tadi dan dikulumnya sebuah. “ Manis… “ Gumamnya pelan. Arigatou ne, Eri-chan…
***
Jin berlari di tengah hujan. Rintik air membasahi seluruh tubuhnya, membuat dia mengigil kedinginan ketika angin dingin bertiup. Dia melupakan jaketnya saat keluar tadi. Jin menggosok - gosokkan tangannya dan meniupnya dengan nafasnya agar bisa menjadi lebih hangat.
“ KAZUYAAAAA….! “ Dia berteriak memanggil, tapi hanya ada keheningan malam dan suara hujan yang menjawabnya, “ KAZUYAAAAAA….!!! “
Tetes - tetes hujan yang dingin itu tumpah ke kulitnya bagaikan sebuah kutukan. Malam. Hujan. Dirinya sendiri yang terus berlari. Perasaan takut kehilangan sesuatu yang sangat dicintainya…
“ Kau salah paham, Kazuya… Apa yang kukatakan tadi adalah apa yang kupikirkan dulu… Tapi kini… “
Sosok Kazuya memenuhi benaknya.
Rapuh. Manis. Kekanak - kanakkan. Mata yang selalu menatap lurus. Dengan senyum yang polos dan wajahnya yang terlalu cantik untuk anak laki - laki. Gestur tubuhnya yang selalu serba salah dengan kebaikan orang lain….
Aku mencintaimu.
Aku mencintaimu.
AKU MENCINTAIMU, BENAR - BENAR MENCINTAIMU.
Mungkin kedengaran gila, secara mereka mereka berdua adalah laki - laki, dan terikat hubungan darah. Tapi Jin tidak bisa melawan suara hati kecilnya yang terdalam. Dia tahu selama ini adik sepupunya mencintainya, tapi dia tidak bisa mencintai seseorang selama hatinya terus dipenuhi dendam. Dia sangat menyayangi adik sepupunya itu, berharap Mizuno berhenti mengharapkan cintanya. Dia terus berpindah - pindah dari pelukan wanita yang satu ke wanita yang lain, dan dia membiarkan adik sepupunya itu tahu. Walau dia tahu Mizuno terluka, dia tidak begitu merasa bersalah. Dia hanya mengganggap gadis itu sebagai adiknya yang sangat berharga, dan sangat bersyukur saat gadis itu tidak merubah sikapnya.
Dia tidak siap untuk menghadapi cinta. Sekarang pun tidak. Tapi sejak Kazuya hadir dalam kehidupannya, ketidaksiapannya itu tidak bisa menahan dirinya sendiri untuk jatuh dan terpikat. Perasaannya terlalu cepat terjalin, terlalu kuat membelenggu, sampai dia merasa putus asa menghadapi rasa cintanya itu.
“ KAZUYAAAAAAAAA!!! “ Jin berteriak lagi.
Nafasnya sesak, tubuhnya kedinginan di tengah hujan, tapi dia terus berlari dan meneriakkan nama itu tanpa henti.
***
Kame melangkahkan kakinya tanpa tujuan. Tubuhnya basah terkena hujan, tapi dia tidak peduli. Dia terus berjalan dalam langkah gontai, menyeret kakinya tanpa arah. Semuanya terasa semu dan gelap. Hatinya menjerit, terluka. Air matanya menetes jatuh, bersatu dalam tetesan hujan yang terus mengguyur membasahi bumi.
Dia mendekatiku hanya untuk membalas dendam…
Dia tidak mencintaiku…
Kame tertawa sinis dengan pikirannya sendiri.
Mencintai, heh ? Menggelikan sekali, Kamenashi Kazuya. Kalian berdua jelas laki - laki. Jin adalah playboy yang menyukai wanita. Dan kalian berdua terikat hubungan darah. Kalian memiliki ayah yang sama. Dan dia membenci ayahmu. Dia benci keluargamu. Lantas apa yang membuat kau berpikir bahwa dia akan mencintaimu…? Kau terlalu banyak berharap, bodoh !!
Dia berhenti melangkah dan berdiri mematung di tengah hujan. Perlahan dia menegadah, menatap langit hitam kelam seperti tumpahan tinta. Tetesan air hujan itu membuat langit seolah menangis, dengan badai yang sama dengan yang terjadi dalam hatinya saat ini.
As much as I love you
As much as I need you
And I cant stand you
Must everything you do make me wanna smile
Can I not like you for awhile?
Kame perlahan menoleh ke arah club house yang memutar lagu itu. Club house itu sedang sepi, dengan lampu neon berwarna - warni yang menghiasi sudut - sudutnya. Tanpa bisa memikirkan apa pun, lagu itu menariknya masuk.
And I hate how much I love you boy
I can’t stand how much I need you
And I hate how much I love you boy
But I just can’t let you go
And I hate that I love you so..
And you completely know the power that you have
The only one that makes me laugh
Sad and it’s not fair how you take advantage of the fact that I
Love you beyond the reason why
And it just ain’t right
Lirik lagu itu bergaung di telinganya. Dia duduk di dekat counter bar, melirik bartender muda yang sedang merapikan celemek buttlernya, “ Satu gelas “
“ Minuman apa yang anda inginkan ? “ Bartender itu terlihat binggung, tapi Kame telah menarik lembaran uang yang bernominal besar dan meletakkannya di meja. Bartender itu meliriknya sekilas, memastikan bahwa pemuda di hadapannya itu cukup umur dan bisa membayar.
“ Buat saja. Apa saja “ Kame bergumam dengan mata menerawang. Musik yang diputar itu masih terus menghipnotisnya. Bartender itu akhirnya menyerah, meraih dua buah botol dan mencampurnya. Setelah mengocok minuman itu dalam juggler dengan gerakan akrobatik, dia menuangkannya ke dalam gelas tinggi dan menambahkan cherry di dalamnya.
“ Silakan “
Kame meraih gelas berisi minuman berwarna merah darah itu dan menengguk isinya. Rasa manis yang dingin, dengan rasa membakar yang menyusul. Alkohol di dalam minuman itu tidak berat, tapi cukup untuk memberikan rasa ringan dalam dadanya.
One of these days maybe your magic won’t affect me
And your kiss won’t make me weak
But no one in this world knows me the way you know me
So you’ll probably always have a spell on me..
That’s how much I love you
How much I need you
That’s how much I need you
That’s how much I love you
That’s how much I need you
And I hate that I love you sooo...
And I hate how much I love you boy
I can’t stand how much I need you
And I hate how much I love you boy
But I just can’t let you go
And I hate that I love you so
And I hate that I love you so.. so..
“ Satu lagi “ Kame menyorongkan gelasnya. Bartender itu menyerahkan minuman yang sama, “ Jangan minum terlalu banyak “
“ Jangan menasehatiku. Aku sudah cukup muak dengan nasehat orang lain “ Kame merengguk gelas keduanya, “ Satu lagi “
Tidak memakan waktu lama sampai akhirnya dia menelengkup di meja counter, dengan wajah memerah dan kepala yang terasa berat. Bartender itu menatap pemuda keras kepala di hadapannya dengan binggung. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
Tepat pada saat itu, Shinji melangkah masuk. Bartender itu berpaling ke arahnya dengan gembira, mengenali sosok kekasih pemilik club house itu. “ Nona Kuroda…! “
“ Kouki ada ? “
“ Dia ada di dalam… Tapi… Anoo… “
Shinji melirik ke arah pemuda yang menelengkup nyaris tak sadarkan diri di counter. Dia banyak bertemu dengan orang - orang seperti itu sebelumnya, tapi alangkah terkejutnya dia saat menyadari siapa sosok pemuda itu. “ Heeh ?! Kamenashi-kun ?! “
“ Kau mengenalnya, Shinji ? “ Kouki yang baru keluar memeluk kekasihnya dan mencium pipinya sekilas, “ Tadi ada yang melaporkan pemuda ini mabuk dan tidak sadarkan diri, jadi aku bermaksud mengantarnya pulang “
“ Dia… Kamenashi Kazuya. Adik kelas Jin, kurasa. Kami bertemu tadi siang, dan dia masih baik - baik saja… “
“ Kau tahu rumahnya ? “
Shinji menggeleng, “ Tapi kurasa orang rumahnya takkan suka bila dia pulang dalam keadaan seperti ini. Atau…kita bawa saja dia ke apartemen Jin. Kalau tidak salah, dia menginap di sana… “
“ Kita pergi sekarang ? “
“ Sebentar. Kurasa aku harus menelepon Mizuno “
Kouki mengganguk mengiyakan. Kekasihnya itu mengeluarkan HPnya dan mencari nomor sahabatnya, “ Moshi - moshi, Mizuno-chan ? Apa aku mengganggu…? …Begini, tentang Kamenashi-kun… Jin mencarinya ? Dia ada di sini… Kau akan menghubungi Jin ? Baiklah, kami akan menunggu “
“ Bagaimana ? “
“ Jin akan menjemputnya “
***
Jin masih berlari menyusuri kota saat HPnya berbunyi. “ Moshi - moshi, ada apa Mizuno ? “
“ Jin, aku tahu di mana Kazuya “
“ Di mana ?! “
“ Kau tahu club house milik Kouki ? Dia ada di sana “
“ Wakarimasta… Aku akan menjemputnya di sana “
“ Ne, Jin… “
“ Hai ? “
“ …iie, betsuni… “ Suara Mizuno terdengar gamang, “ Hanya… “
“ Ya ? “
“ Berbahagialah “
“ Aku mengerti. Aku janji padamu “
Telepon terputus.
Gomen, Mizu… Hontou gomen… Aku selalu menyakitimu, tapi kau masih begitu baik padaku…
***
Shinji menoleh ke arahnya saat pintu itu terbuka. Jin berdiri di sana, dalam keadaan basah kuyup. Nafasnya terenggah - enggah setelah berlari, wajahnya nyaris pucat, bibirnya kehilangan warna, nyaris membiru karena kedinginan. Rambutnya yang basah tampak acak - acakan. “ Di mana dia…? “
Kemudian dia melihatnya.
Kame, tampak rapuh dan tertekan, setengah tertidur dalam mabuknya. Ekspresi wajahnya begitu terluka. Jin mendekati Kame, “ Kazuya…? “
“ Jin, dia tidak sadar karena mabuk. Selain itu, tubuhnya agak panas, mungkin karena dari tadi dia kehujanan dan kedinginan “ Shinji memberi tahu. Jin mengangguk pelan, “ Terima kasih, Shinji, Kouki… Aku akan membawanya pulang “
Dia menggendong pemuda itu dengan lembut dan perlahan. Kouki telah memanggilkan taksi, jadi Jin membaringkan Kame dan menyusul masuk. Kouki melambai pada taksi yang menjauh itu, sementara Shinji terdiam.
“ Ada apa, Shinji ? “ Kouki bertanya pada kekasihnya. Shinji bergumam pelan, “ Iie “
“ Kau berbohong “
“ Ah… Ini… “ Shinji menghela nafas, “ Ini pasti sangat melukai Mizuno “
Dia tahu sahabatnya itu selalu mencintai kakak sepupunya. Walau suara Mizuno terdengar tegar dan baik - baik saja di telepon, dia tahu dalam hatinya sahabatnya itu pasti sedih.
“ Dia akan baik - baik saja “
“ Tapi… “
“ Sahabatmu adalah gadis yang tegar. Kurasa dia telah menyiapkan dirinya dari dulu jika hal seperti ini terjadi “
Shinji terdiam, teringat akan perkataan Mizuno dulu. “ Ne, Shinji…I knew that I’m not the one for him. But at least… if he is happy, so do I… As simple as that “
***
Jin membuka pintu apartemennya. Dia masih memapah Kame. Pemuda itu tampaknya memang demam, tapi mulai sadar dari mabuknya. Dia berusaha berontak dari Jin, “ Lepaskan “
“ Kazu, kau mabuk “
“ Tapi aku cukup sadar untuk menjauh darimu “
“ Kazu, kau salah paham… “
“ APA MAKSUDMU BAHWA AKU SALAH PAHAM?! KAU PIKIR AKU TULI ?! ATAU BODOH ??! AKU MENDENGARNYA DENGAN TELINGAKU SENDIRI…!! “
“ Kau tidak mendengarkannya sampai selesai “
“ TIDAK ! Lepaskan aku ! LEPAS… “
Kalimatnya tidak selesai. Jin membungkam mulutnya dengan ciuman yang keras dan mendominasi. Kame berusaha melepaskan dirinya, tapi Jin memegang kedua pipinya erat dan terus menciumnya dengan sepenuh hati. “ Dengar “ Jin menatap kedua mata Kame lurus dan tajam, “ Kau ingat syarat pertukaran yang kuajukan ? Yang tidak pernah kuberitahu ? “
“ Aku tidak peduli…! “
“ Dengar ! Aku tidak pernah memikirkan isi syarat itu, tapi ada satu hal yang sangat aku inginkan sekarang “
“ Apa ?! Balas dendam ?! “
“ Bukan… bukan itu… “ Jin mencium pemuda dalam pelukannya itu lagi. “ Aku hanya ingin satu hal darimu. Aku menginginkan hatimu “
“ Apa… maksud…mu ? “
Kedua manik kecoklatan itu bersinar dengan lembut, “ Ne, Kazuya… Aku mencintaimu…“
Kame terbelalak tidak percaya. Namun air matanya mengalir jatuh tanpa bisa ditahannya.
Aku mencintaimu…
Aku pun mencintaimu, Jin…
-to be continued-
fanfic: charades