Secrets of Our Hearts +part 3+

Feb 13, 2008 18:15



Secrets of Our Hearts +part 3+

Fanfic by Mizuno
Rating : PG-15
Pairing : Akame
Summary : Akanishi Jin realized that he fell in love with Kamenashi Kazuya, and...

CHAPTER THREE~JEALOUSY

Rumah Kamenashi Kazuya

--KAMAR KAME--

Hari telah larut malam ketika Kamenashi Kazuya masih sibuk berkutat di depan komputernya. Jemarinya mengetuk - ngetuk meja dengan tidak sabar menanti layar di hadapannya menampilkan sebaris kalimat baru.

Ketika kalimat yang dinanti - nantikannya itu tidak muncul juga, dengan cepat dia mengetikkan kata - kata pada keyboardnya.

~Kazu~

Hei Bakanishi ! Kau masih ada di sana ???

~Kazu~

Hallllooo???

~Kazu~

Jin ! Kau masih di sana ?? Cepat balas bodoooh…!!!

Barulah beberapa detik kemudian, sebaris kalimat muncul di layar menanggapi perkataannya. Kame yang mulai mengantuk langsung memelototi foto Jin yang tertampang di bawahnya. Jin memamerkan senyum tengilnya dengan ceria ke arah kamera, membuat Kame tidak bisa berhenti tersenyum.

~Jin~

Enak saja ngatain orang bodoh. Kan kau sendiri yang menyuruhku meng-attach foto terbaruku??

~Kazu~

Tapi lama banget ! Dasar lelet ! Aku kan mau melihat tampangmu saat ini.

~Jin~

Makanya sudah kubilang beli web-cam kan ? Supaya kita bisa bertatapan langsung saat berbicara.

~Kazu~

Aku sudah membelinya, tapi toko elektronik itu belum mengirimnya juga  sampai hari ini. Menyebalkan.

~Jin~

Aku kangen padamu. Hari ini saat aku bangun tidur aku begitu merindukanmu sampai aku ingin mengepak barang dan pulang ke Jepang saat itu juga.

~Kazu~

Kan sudah kubilang jangan pergi ??

~Jin~

Setelah konferensi pers bahwa aku akan pergi selama 6 bulan ? Tapi aku benar - benar merindukanmu… Mungkin bukan ide buruk kalau aku benar - benar pulang ke Jepang saat ini juga…

~Kazu~

Bodoh. Dua bulan lagi kau akan pulang kan. Tanggal 20 April… Aku menghitung hari demi hari sampai tanggal itu tiba.

~Jin~

Dasar kurang kerjaan.

~Kazu~

Hei, aku kan menanti kepulanganmu !

~Jin~

Kamu nggak selingkuh kan ?

~Kazu~

Lho, kok tiba - tiba kamu menanyakan hal aneh seperti itu ? Kamu tahu kan aku tidak mungkin melakukannya ? Aku hanya mencintaimu… People said that when you fall in love, the sky looked brighter and the star became prettier… kurasa itu memang benar.

~Jin~

Sekarang di Amerika masih siang, Bakame. Tidak ada bintang, tapi aku tahu dunia menjadi lebih berwarna ketika aku menginggatmu…

~Kazu~

Itu yang kumaksud, Bakanishi.

~Jin~

Hahaha, aku tahu. Hanya ingin memanggilmu Bakame saja. Hei, bukankah besok kau ada pekerjaan ? Aku masih ada kelas setelah ini, jadi sekarang tidurlah dan mimpikan aku.

~Kazu~

This is embarrassing, but I must confess that when I was dreaming of you, it makes me wet.

~Jin~

Whaattt ??? But it makes me happy LOLZ

~Kazu~

U PERVERT ! Not that kind of wet. I mean it makes my eyes wet. I’m crying because I’m missing u…

~Jin~

I’m missing u too. Good night, sleep tight…

Kame memutuskan sambungan dan mematikan komputernya. Sebuah kalender penuh dengan coretan merah tergantung di dindingnya. Merah… adalah warna yang mengingatkannya pada Jin. Mungkin karena nama Akanishi Jin memiliki kesamaan bunyi dengan warna merah.* (*aka=red)

“ Cepatlah pulang, Jin. Aku merindukanmu “ Kame bergumam pelan. Jemarinya mengelus tanggal 20 April, tanggal yang paling dinantikannya sejak 13 Oktober lalu. Dengan gontai, Kame melangkah ke tempat tidur. Dipejamkan matanya, dan Kame pun tertidur…

Several weeks later, Kantor JE

--KAT-TUN RESTROOM--

Tatsuya Ueda baru saja membuka pintu ketika melihat sosok Kame yang duduk di pojok dengan aura gelap. Rasanya Ueda nyaris bisa melihat ada rona kelam dengan bola - bola api di sekeliling Kame. Leader tak resmi KAT-TUN itu menoleh pada Koki dan Maru yang duduk tak jauh dari pintu.

“ Kenapa lagi dia ? “
“ Alaaaah, biasa “ Koki mengibaskan tangannya tidak peduli, “ Apa lagi yang membuat Kame sampai terpuruk begitu kalau bukan Jin ? ““ Jin ? “ Ueda masih tidak mengerti. Akhirnya Maru yang menjawab, “ Mereka bertengkar lagi ““ Lagi ? Ampun deh ! Sudah terpisah antara Jepang dan Amerika saja masih bisa bertengkar ?? Memangnya apa masalah mereka sekarang ? “

Koki dan Maru bertukar pandang. Mereka berdua telah mengetahui hubungan Kame dan Jin, tapi Ueda tampaknya belum tahu. Apa Ueda harus diberi tahu ? Tapi Koki dan Maru telah berjanji pada Kame untuk merahasiakan hubungan Akame karena Kame sendiri juga merahasiakan hubungan Koki dan Maru. Yah, tidak semua orang menerima -bahkan sebenarnya mungkin sangat tidak bisa diterima- ketika dua idol papan atas yang digilai banyak fans ternyata adalah gay.

“ Entah “ Koki mengangkat bahunya. Ueda hanya manggut - manggut dan keluar lagi untuk membeli makanan kecil. Di sebelah Koki, Maru berbisik pada kekasihnya, “ Jin marah karena mendapat berita bahwa Kame makan malam bersama Koizumi Kyoko di Paris kan ? “

“ Iya. Anak itu memang bodoh. Di Paris dia juga terus bersama dengan gadis yang lebih tua 20 tahun darinya itu dan tidak sadar telah diikuti oleh paparazzi. Tentu saja hal itu masuk berita “

“ Dan Jin menontonnya ? “

“ Tepat. Dia langsung marah besar “

“ Tentu saja marah “ Maru menundingkan dagunya ke arah Kame, “ Kadang aku nggak tahu siapa yang seharusnya dapat julukan Baka. Jin memang sering tampil konyol dan bodoh, tapi aku kenal seseorang yang lebih bodoh darinya, pada saat yang penting pula “

Koki mengangguk, “ Baka Bakame “

Kame yang dari tadi hanya membisu langsung bereaksi, “ Guys, can you stop that already ?? The fact Jin mad with me is making me desperate already ! “

“ Kenyataannya kau memang bodoh “ Koki mengambil topinya dan memainkannya dengan sembarangan, “ Bisa - bisanya kau jalan dengan Koizumi Kyoko itu di Paris. Pakai acara makan malam segala “

“ Tapi kami kan nggak ngapa - ngapain ! “ Kame menjerit frustasi, “ Kami hanya belanja ! Beli baju ! Kenapa jadi begini sih ?? “

“ Beli baju ? “

“ Memangnya nggak boleh ? Aku minta dia membantuku untuk memilih, makanya aku mentraktirnya malam itu karena harus menemaniku seharian ! “

“ In fancy restaurant yang terkenal sebagai date spot ? “ Maru mencibirkan bibirnya dan menatap Kame dengan tatapan ‘itu kesalahan fatal, bodoh’.

“ Mana kutahu kalau itu tempat biasa untuk berkencan ! “ Kame nyaris meledak. “ Jin salah paham ! Aku mencoba menjelaskan padanya, tapi dia tidak mau mendengarkanku ! “

Kame menghela nafas panjang mengingat percakapan mereka yang penuh emosi di telepon. Kame yang malam itu baru saja pulang bekerja sangat senang ketika layar HPnya berkedip - kedip menunjukkan nama Jin. Penuh semangat, Kame menjawab telepon. “ Moshi - moshi, Jin “

Sebaliknya dari nada penuh canda yang manja seperti biasanya, Jin langsung histeris dengan nada tinggi. “ Apa - apaan ini ?! Koizumi Kyoko lebih tua 20 tahun darimu ! Kau makan malam dan terus bersamanya di Paris ?? Kenapa kau mengkhianatiku ketika aku pergi ? Kau bilang kau akan menungguku !! “

“ Apa ? “ Kame yang tidak mengerti langsung binggung.

“ Aku melihatmu di berita ! Di televisi, di internet, di media cetak ! Semuanya mengatakan kau kencan diam - diam dengan wanita itu ! “

“ Tapi Jin…?! “ Kame mencoba untuk menjawab, tapi Jin telah memutuskan sambungan. Kame yang binggung menyalakan internetnya dan mencari berita yang dimaksud Jin.

“ Nani ??! “ Dia mencelat kaget ketika mendapati banyak sekali berita mengosipkannya dengan Koizumi Kyoko. Semuanya melebih - lebihkan dengan bumbu yang tidak pernah terjadi. Beberapa berita bahkan mengatakan mereka masuk ke hotel bersama dan tidak keluar lagi sampai subuh.

“ Gila ! Apa - apaan ini ?! “ Kame merasa muak dengan semua kata - kata di layar komputernya. Semuanya berita sampah ! Pantas saja Jin begitu marah ! Dan dia bilang ini juga masuk berita ?? Ya ampuuun…!!

“ Dia tidak mau menerima teleponku sekalipun setelah itu. Tidak mau membalas SMS atau mail. Dia benar - benar marah ! “ Kame mengeluh, “ Padahal ini hanya salah paham ! Semuanya hanya gosip murahan ! “

“ Dia pulang minggu depan “ Maru mencoba memberi saran, “ Bicarakan saja masalah kalian saat itu kalau sekarang kau tidak mengontaknya “

“ Seminggu ? Terlalu lama ! “

“ Tidak terlalu lama kalau kau mau memberinya kesempatan untuk mendinginkan kepalanya dulu ! Kalian memang pasangan bodoh. A-ka-me “ Koki menekankan tiga suku kata terakhir dan tertawa.

Kame merengut. Sebelum dia sempat berkata satu patah kata lagi, Ueda telah masuk bersama Junno. Kame, Koki, dan Maru langsung diam dan tidak melanjutkan pembicaraan mereka. Ueda menatap binggung tiga temannya yang mendadak bisu itu, “ Kalian kenapa ? “

Koki hanya mengibaskan tangannya sebagai jawaban, “ Biasa “

Jawaban itu sangat mengambang, tapi sebelum Ueda sempat menanyakan apa pun karena masih belum mengerti, koreografer mereka masuk dan memulai latihan. Sepanjang latihan, Kame masih cemberut. Dia melakukan banyak kesalahan sampai dia harus mengulang - ulang gerakan mudah yang biasanya tidak menjadi masalah baginya.

Maru menggeleng - gelengkan kepalanya dan berbisik pada Koki, “ Kau mau taruhan berapa kalau dia masih akan begini selama seminggu ke depan ? “

Tanggal 19 April, Rumah Kamenashi Kazuya

--KAMAR KAME--

Semuanya terasa seperti déjà vu. Sama dengan suasana 6 bulan lalu. Kamar Kame, dengan sinar matahari yang menerobos masuk lewat sela - sela tirai jendela. Dering HP terdengar nyaring. Perlahan - lahan Kame yang masih setengah tertidur menggeliat dan meraih HPnya. “ Moshi moshi…? “ ujarnya parau dengan mata yang tampak berlingkar hitam dan berkantung.

Selama seminggu itu, dia benar - benar letih lahir batin seolah sedang berada di neraka dunia. Tidak ada yang bisa membuatnya lepas dari wajah angker dan aura gelapnya. Dia terus menerus membuat kesalahan saat latihan. Pekerjaannya bahkan tidak bisa dikerjakan dengan maksimal karena moodnya yang kelam. Ditambah lagi, Jin benar - benar tidak mau berbicara padanya.

“…………….”

“ Moshi - moshi ? “ Kame bergumam di telepon ketika tidak ada suara yang menjawab. Nomor itu nomor yang tidak dikenal, sepertinya berasal dari telepon umum.

“……………”

Kame merenggut. What the hell ??! Aku sudah cukup lelah untuk menerima telepon aneh semacam ini !

Namun ketika dia baru saja bermaksud memutuskan sambungan, terdengar suara yang dirindukannya siang dan malam. “ Ini aku “

“ Jin ?! “

“ Aku ada di telepon umum di depan rumahmu “

Kame langsung beringsut bangun menuju jendela. Memang benar. Ada Jin di bawah sana, berdiri di box telepon dengan wajah datar. Mengenakan jaket kulit berwarna hitam di atas kaus putihnya, dengan jeans berwarna pudar dan rambut yang sedikit bertambah panjang, Jin terlihat sangat tampan. Menyadari Kame melihatnya lewat jendela, Jin menunjuk pintu depan. “ Tolong buka pintumu, aku mau bicara “

Tanpa memutuskan sambungan, Kame langsung berlari menuju pintu depan. Jin yang melihat pintu depan terbuka menutup telepon dan masuk masih dengan kopernya yang besar.

“ Kukira kau pulang besok, tanggal 20 “

“ Aku pulang sehari lebih cepat “ Jin masih memasang raut datar ketika pandangannya menyapu sosok Kame. Penampilan Kame saat itu benar - benar berantakan, lebih parah daripada penampilannya di bandara 6 bulan lalu saat Jin akan pergi. Bobot tubuhnya berkurang, Kame tampak ringkih dengan wajah yang lebih tirus, mata sayu dengan kantung mata yang gelap, wajahnya yang tampan dipenuhi garis - garis kelelahan dengan rambut acak - acakan karena baru bangun tidur. Piyamanya tampak kusut dan berantakan, seolah tidak pernah dicuci dan disetrika berbulan - bulan.

“ Orang tuamu ? “

“ Sedang pergi “ Kame menyilakan Jin masuk. Setelah menghempaskan dirinya di sofa, Jin memandang Kame dengan tajam. “ Aku mau bicara “

“ Katakan saja “

“ Koki dan Maru menceritakan hal yang sebenarnya terjadi di Paris, bahwa tidak ada hubungan apa pun antara kau dan Koizumi Kyoko “

“ Memang tidak ada. Kau saja yang tidak mau mendengar penjelasanku “

“ Aku masih marah. Kenapa kau pergi bersama wanita itu sepanjang hari ? Makan malam bersama pula “

“ Kamu cemburu ? “ tembak Kame langsung. Wajah Jin memerah. Ditariknya tangan Kame dan memeluk erat - erat orang yang dirindukannya sampai nyaris gila selama dia di Amerika. “ Tentu saja aku marah ! Kau itu milikku seorang ! Aku tidak mau membagimu dengan siapa pun, apalagi kalau sampai menyerahkan dirimu ! “

Kame memeluk bahu Jin yang bidang dan membiarkan kekasihnya itu terus meracau di telinganya. Jin meraih wajah Kame dengan lembut dan perlahan - lahan menempelkan bibirnya ke bibir Kame. Ciuman yang lembut itu terasa sangat manis dan dominan dengan rasa ingin menguasai. Kame menikmati ciuman itu, merasakan cinta Jin padanya lewat setiap gesekan bibir mereka.

“ Kau milikku “ bisik Jin lagi. Disentuhnya bibir Kame dengan jemarinya dan meneruskan ciuman mereka. Perlahan - lahan bibir Jin turun ke leher Kame. Kame mengeluarkan suara tertahan ketika Jin membuat kissmark di lehernya, tepat pada garis nadinya.

“ Don’t make seducing moan like that “

“ I… I can’t hep it… “

Jin mendesak Kame di sofa. Kaki - kaki mereka yang panjang bertautan ketika Jin melepaskan kancing pertama Kame untuk membuat kissmark lainnya.

“ You know something funny ? “ Jin bertanya di sela - sela ciuman mereka.

“ What ? “

Dengan suara serak, Jin berbisik. “ I have kissed you two times, and when both of them happened, you just woke up with messy appearance “

“ I think you right “

“ It is funny that you look more attractive that way “ Jin melepaskan kancing kedua, “ You looked pure… So innocent… cause it is the real you “

“ Really ? “

“ It’s kinda gross actually “ Jin tersenyum dan melepaskan kancing ketiga, “ But it feels like ecstacy… I can’t hold my passion on you… “

“ Then release your passion “ Kame mengusap bibir Jin yang kemerahan, “ Make a mark on me… that I will always be yours… “

Jin menatap Kame dengan raut tidak percaya bercampur bahagia. Wajah mereka bedua memerah. Jin mengelus pipi Kame dan menatap mata berkaca - kaca yang memandanginya dengan pandangan berkabut.

“ Don’t regret what you have said before… “ Jin menyentuhkan bibirnya lagi dan melakukan french kiss yang intens. Jemarinya perlahan membuka seluruh sisa kancing piyama Kame.

Piyama itu terjatuh ke lantai. Jaket Jin menyusul. Di sofa panjang itu, Kame melingkarkan lengannya ke leher Jin dan dengan lembut mengigit daun telinganya.

“ I miss you so much. I think I will be crazy if I can’t stop myself thinking about you… “ Kame berbisik di telinga Jin, “ It hurts so much when you avoid me and never give me a chance to explain “

“ I knew. Sorry… I just love you more than everything, and it blinds me with jealousy “

“ Your jealousy tortured me “

“ I’m sorry. I mustn’t doubt you like that “

Obienaide Look into my eyes baby

Itoshikute You make me feel like a tiger

I feel you close to me Hodoke nakute

I need you by my side Chigire sou na ai

------------
Don’t be afraid, Look into my eyes baby
So lovable, You make me feel like a tiger
I feel you close to me, We won’t be untied
I need you by my side, Love that seems about to tear

(PINKY~Akanishi Jin~)

“ Hey, this PINKY song…  This is your ringtone right ? “

“ I guess. Somebody is calling “

“ Pick it up “

“ You sure ? In the middle of this…? “ Kame menghenyitkan alisnya. HPnya masih bergetar di karpet. Jin meraih HP Kame, “ Because it will be more interrupted if you didn’t get it now “

Kame menatap layar HPnya. “ Maru yang menelepon “ Kame menjawab telepon itu, “ Moshi - moshi ? “

“ Hei Bakame, hanya ingin memberi tahu bahwa Jin pulang hari ini, sehari lebih cepat “

“ Aku tahu “ gerutu Kame frustasi, “ Dia ada di sini sekarang bersamaku “

Diam sejenak. Kemudian, dengan suara lirih Maru bertanya, “ Apa kalian sedang dalam posisi memalukan sekarang ? “

“ Apa maksudmu ? “

“ Maksudku, cepat rapikan semuanya. Karena kami ada di depan gang rumahmu sekarang “

“ Kami ? “

“ Kami “ jawab Maru masih dengan suara lirih, “ …semua anggota KAT-TUN termasuk Ueda dan Junno. Cepat, sebelum kami benar - benar sampai ! “

KLIK. Telepon terputus.

Kame menatap HPnya tidak percaya, “ Shit ! Mereka ada di dekat sini sekarang “

“ Serius ? “

“ Untuk apa aku bohong ? “

Jin dan Kame langsung meraih pakaian masing - masing dan merapikan diri. Dengan panik Kame menatap Jin, “ Apa kissmark-ku terlihat ?! “

“ Tidak. Ah, kurasa iya. Sedikit, hanya yang dekat nadi “

“ Ya ampun, kalau mereka bertanya aku harus menjawab apa ?? “

“ Bilang saja digigit serangga “

“ Tapi aku tidak mau mengatakan tanda darimu ini gigitan serangga ! “

“ Tutupi saja dengan rambutmu “ Jin ikut panik, “ Atau kau ganti kaus turtleneck sekarang ? “

Sebelum Kame sempat beranjak, pintu depan terbuka. Dalam hati keduanya mengutuk pintu yang tidak terkunci itu. Atau mengutuk diri sendiri kenapa tidak menguncinya tadi. Atau mengutuk sikap teman mereka yang masuk begitu saja tanpa mengetuk karena pintu tidak terkunci.

Jin dan Kame berusaha memasang tampang sedatar dan sebiasa mungkin ketika empat anggota KAT-TUN yang lain masuk ke ruang tamu.

“ Whoaaa…! Kau betul - betul sudah pulang seperti yang dikatakan Maru “ Junno dengan ceria merangkul Jin, “ Okarinasai, Bakanishi “

Jin tersenyum rikuh. Koki dan Maru tersenyum meringis menyadari arti senyum Jin. Suasana yang kaku itu membuat Ueda yang binggung sejak dulu menatap sekelilingnya dengan aneh, “ Rasanya ada yang aneh “

“ Eeh ? “

“ Sikap kalian berdua aneh “ Ueda menatap ke arah Jin dan Kame, “ Kenapa Jin bisa ada di sini ? “

“ Itu… “

“ Aku jadi ingat 6 bulan yang lalu Kame terdengar begitu terburu - buru di telepon ketika kukatakan kepergian Jin dipercepat “

“ …! “

“ Rasanya aku tahu alasannya “

Jin, Kame, Koki, dan Maru memandang Ueda dengan tegang. Apa leader tidak resmi mereka ini tahu ?? Ueda menelengkan wajahnya dan mulai berbicara perlahan - lahan. “ Apa kalian… “

“ …!! “

“ Kalian… seperti yang sudah kuduga… “

“ …!!! “

“ Kalian sudah berbaikan ! Syukurlah ! Aku lega sekarang “

“ …???! “

“ Hanya itu ??! Jadi kau tidak ta… “ Koki nyaris kelepasan bicara seandainya Maru tidak menginjak kaki Koki cepat - cepat. “ Aaawww…! “ Koki menjerit tertahan, tapi langsung menutup mulutnya untuk tidak mengatakan apa pun lagi.

Masih dengan wajah polos yang kebinggungan, Ueda berpaling pada Koki. “ Tidak apa ? “

Secepat kilat Maru menjawab, “ Eeer… Tidak tahu… kalau mereka berdua perlu waktu lagi untuk berbicara…? Kita sebaiknya pergi sekarang “

“ He ? “

“ Ayo kita pergi ! “ Koki masih sempat menendang Junno dan menyeretnya keluar. Maru mendorong Ueda yang tidak mengerti, “ Ayolah, kita pergi saja. Besok kita bertemu lagi saat konferensi pers kepulangan Jin ! “

Setelah tinggal mereka berdua, Jin berpaling heran pada Kame. “ Kenapa aku merasa Maru dan Koki membantu kita ? Bahkan kalau dipikir - pikir, cara mereka berbicara padaku waktu itu di telepon menyiratkan seolah mereka tahu sesuatu “

“ Eer, mereka sudah tahu hubungan kita “

“ Apa ??! “

“ Mereka berdua juga berpacaran “

“ Nani ??! “

“ Koki mengakui hal itu padaku ketika dia menemukan kumpulan fotomu di Hpku “ Kame merasa pipinya memanas, “ Mereka janji akan tutup mulut kok “

Jin memijit pelipis matanya, “ Rasanya aku jadi pusing dengan semua perkembangan mendadak ini “

“ Hmm “

“ Kurasa aku pulang saja sekarang “ Jin meraih kopernya. Dengan wajah agak kecewa, Kame mengangguk. Di pintu depan, sebelum membukanya, Jin mengecup pipi Kame dan berbisik pelan, “ Yang tadi itu kita lanjutkan lain kali. Tanpa interupsi “

Wajah Kame langsung merah padam seperti kepiting rebus. Jin menggerak - gerakkan jarinya membentuk tanda peace yang dibengkokkan,  seperti perannya di film yang mereka mainkan bersama, dan tersenyum jahil. “ Bye - bye. Sampai besok ? “

“ Sampai besok “

Kame mengawasi sosok Jin yang terus melambai padanya sampai menghilang di belokan jalan, lalu masuk dan menutup pintu. Seulas senyum mewarnai bibirnya, dan Kame menyentuh lehernya -pada bekas kissmark Jin- dan memejamkan matanya, “ Jin… “

--to be continued--

yup. heated up, I guess. what should I say?

fanfic: secrets of our heart

Previous post Next post
Up