[Fanfic] Yes (Yamada Ryosuke x OC)

Mar 07, 2015 14:45

Title : Yes
Cast : Yamada Ryosuke x Unknown chara (‘Me’ chara / OC / 'Me' POV)
Genre : Romance
Rating : … Save NC-17? Eh, gak nyampe NC juga. PG-16?
A/N : Aaaaa!!!! Pagi-pagi, tepat sebelum berangkat sekolah mau ujian tulis sekolah pelajaran Fisika dan Bahasa Jawa, nonton perform “Yes!” dari Konser S3ART dan sukses bikin pagiku cerah berseri X”D

-------------------------------
Jemariku masih diam di kusen jendela kamarnya sementara mataku terkunci pada rintik hujan yang turun semakin deras di luar. Hujan baru saja turun sekitar lima menit yang lalu dan aku tidak bisa pulang karena kereta terakhir sudah berangkat. Suhu kamar ini terasa hangat, berbanding terbalik dengan suhu di luar sana. Nyaman. Ya, memang terasa sangat nyaman…

Sepasang tangan miliknya meraih tubuhku dan memelukku dari belakang. Ia mendekapku erat dan aku bisa merasakan hangat tubuhnya menjalari tubuhku. Aku bahkan bisa merasakan detak jantungnya yang teratur. Dagunya mendarat di atas pundak kananku dan tanpa sadar nafasku berderu semakin cepat.

“Deru nafasmu semakin cepat,” ucapnya.

Aku tahu, Yamada. Aku tahu. Aku memejamkan mata seiring aku berteriak dalam hati. Seketika itu pula aku ingat kalimat yang ia ucapkan sebelum hujan turun mengguyur kota Tokyo.

‘Aku tidak akan memberikan deru nafas itu pada siapapun,’

“Beritahu aku bagaimana kau ingin semuanya berjalan,”

Aku mendengarnya tertawa kecil setelah aku mengucapkan kalimatku. Bukannya menjawab pertanyaanku, ia justru mendekapku semakin erat. Tangannya menggenggam kedua tanganku dan mengelusnya lembut. Terlalu dekat, Yamada… Aku bahkan bisa mencium bau parfummu…

“Kau tidak menyukaiku?”

Pertanyaannya itu sontak membuatku tersentak. Ia sedikit mengendurkan dekapannya, membuat udara mengisi kekosongan di antara kami berdua. Entah kenapa aku merasakan sebuah kekosongan yang teramat sangat padahal ia tidak sepenuhnya melepaskanku. Entahlah…

“Beri aku alasan,”

Kali ini ia justru tertawa semakin keras setelah mendengar kalimatku, dan kali ini pula ia benar-benar melepas dekapannya dan berjalan menjauh. Aku berbalik untuk menatap Yamada yang tengah berdiri di samping lemari es yang tak jauh dari tempatku berdiri seraya meminum segelas air. Beberapa tetes air berhasil lolos dari mulutnya dan menetes menuruni dagunya sebelum jatuh membasahi kemeja putihnya.

Aku menatapnya cukup lama tanpa tahu apa yang harus kulakukan. Tangan kananku masih memegang lengan kiriku, seakan berpikir bahwa itu cukup sebagai pegangan untuk menahanku jatuh, walau aku tak tahu jelas apa yang kumaksud dengan ‘terjatuh’. Yamada mengarahkan pandangannya padaku dari balik gelas dan sontak membuatku mengalihkan pandanganku.

Sungguh, aku sudah tidak kuat. Aku ingin menyerah.

“Jangan konyol,”

Aku mengangkat kepalaku dan menatapnya. Gelas yang tadi ada di genggamannya kini sudah ada di atas meja. Yamada menatapku dengan wajah tanpa ekspresi. Ia lalu menegakkan tubuhnya dan berjalan perlahan mendekatiku.

“Lalu kenapa kau mengabaikan kereta terakhir?”

Kalimatnya berhasil membuatku terdiam. Sejujurnya, bisa saja tadi aku pulang dengan kereta terakhir. Tapi aku hanya berdiri diam di pintu apartemennya dan mengabaikan fakta bahwa kereta terakhir akan segera berangkat. Dengan serta merta aku pun berbalik dan masuk ke dalam apartemennya. Saat itu ia menatapku diam sampai aku berhenti di depan jendela kamarnya.

“Apa yang kau takutkan? Kau sedang menunggu? Kau ingin berhenti?”

Ia berjalan semakin dekat, membuatku tanpa sadar mundur beberapa langkah. Aku bisa melihat sorot matanya yang tak tertebak. Ia terlihat sedikit frustasi, menurutku. Sekali lagi, deru nafasku kembali cepat tanpa kusadari.

“Cukup. Aku sudah tidak bisa menahannya lagi. Aku hanya menginginkanmu. Aku ingin dirimu seutuhnya. Sekarang, jawab aku,”

Punggungku menyentuh dinding kamarnya yang dingin, bersamaan dengan kedua tangannya yang memerangkapku antara tubuhnya dan dinding kamarnya. Aku sontak menunduk dan membiarkan rambutku menutupi wajahku. Kemudian aku merasakan tangan hangatnya menyentuh pipiku dan menuntun wajahku untuk terangkat dan menatapnya.

“Yamada…”
“Kau tahu aku tidak suka kau memanggilku Yamada,”

Aku menatap ke dalam matanya, mencoba mencari sesuatu yang tidak kuketahui. Namun aku tidak menemukan apapun selain kejujuran dan ketakutan. Sungguh, aku tidak tahu Yamada bisa menyembunyikan ketakutan di dalam matanya.

“Ryosuke…”

Ia mendekatkan wajahnya ke telingaku dan berbisik, “Kau harus mengakuinya. Apa kau tidak ingin berhenti?”

.
.
.
.
.
“Yes,”

-OWARI-

fanfic, johnny's entertainment, fanfiction, fanfic : romance, hey!say!jump fanfiction, fanfic : one-shot, hey!say!jump, yamada ryosuke, indonesian fanfiction, one-shot fanfic

Previous post Next post
Up