Part 1 Alarm milik Inoo yang sudah di setting untuk setiap pagi nya telah berbunyi ketika jarum jam menunjukkan pukul 6 tepat. Inoo yang masih berbaring di kasurnya menggeliat malas. Namun, 5 menit kemudian ia beranjak dari kasurnya dan menyambar handuk lalu menuju kamar mandi yang terdapat di kamar nya.
15 menit berlalu. Inoo keluar dari kamar mandi dengan dibalut kaos putih oblong dan celana boxer nya. Lalu ia menyambar baju seragam nya yang ia gantung di lemari sepulang sekolah kemarin.
Tak membutuhkan waktu yang lama, Inoo sudah rapih dan dengan segera bergegas ke ruang makan sambil membawa tas hitam nya. Ia langsung menyantap roti yang sudah tersedia dengan cepat namun hati-hati, dan juga meneguk susu putih nya.
Selesai dengan sarapan paginya, ia mengeluarkan keitai nya yang ia taruh di saku celana nya dan mengirimi mail pada Raura.
To : Raura
From : Kei
Ne, aku kerumah mu sekarang.
Mail terkirim. Inoo berjalan menuju garasi, dimana motor kesayangan nya itu diparkir. Ya, mungkin selama ia menjalankan rencana nya, motor kesayangan nya itu yang akan selalu menemani nya menuju sekolah.
Pukul 6:45, Inoo sampai di rumah Raura. Tak lama pun Raura keluar dari rumah nya yang langsung menaiki motor Inoo. Mereka berdua pun langsung berangkat ke sekolah.
Di tengah perjalanan, Raura membuka percakapan diantara mereka.
“Senpai...!”, panggilnya sedikit berteriak karena jalanan yang dilaluinya sedang ramai
“Hm? Nani?”, sahut Inoo sedikit berteriak juga.
“Kau mengapa bawa motor? Aku kira kita akan naik sepeda seperti kemarin”, tanya Raura yang sudah mencondongkan tubuhnya, agar ia tidak perlu berteriak.
“Tidak. Aku hanya ingin mereka semua percaya kalau kita seakan-akan memang sepasang kekasih”, Inoo menolehkan kepala sedikit kebelakang, namun matanya tetap fokus pada jalanan.
“Dan mungkin selama kita menjalankan rencana ini, aku akan selalu membawa motor”, lanjut Inoo lagi yang sekarang pandangan nya sudah sepenuhnya kearah depan. Tak ada balasan yang terlontar dari mulut Raura.
Sebenarnya di Toyo Gakuen boleh saja membawa motor, hanya saja Inoo lebih memilih memakai sepeda.
Tak lama dari keheningan itu mereka berdua telah memasuki gerbang sekolahnya dan langsung menuju parkiran khusus motor yang suasana nya memang sepi. Karena hampir semua murid lebih memilih berjalan atau naik sepeda. Banyak pasang mata murid Toyo Gakuen yang tidak percaya dengan apa yang dilihatnya ketika motor Inoo melewati mereka.
Inoo dan Raura pun mulai berjalan meninggalkan parkiran motor yang berada dekat taman belakang sekolah nya menuju kelas.
“Kita mulai sekarang yaa..”, Inoo tersenyum setelah memberikan aba-aba itu. Raura hanya mengangguk dan menampilkan senyum khasnya.
Setelah itu, entah darimana pembicaraan mereka keluar begitu saja, tanpa ada kecanggungan. Mereka saat ini sudah keluar dari taman belakang yang tampak sepi. Banyak pasang mata yang melihat kedekatan mereka dengan tatapan tidak suka, bahkan tatapan benci sekalipun. Mereka berdua sekarang sudah menjadi pusat perhatian murid Toyo Gakuen.
Di saat melewati lapangan yang luas, Raura tersadar bahwa sekarang banyak yang melihat ke arah ia dan senpai nya. Seketika perasaan Raura tidak enak.
“Senpai... Kowaii”, kata Raura pelan.
Inoo tidak mengerti maksud perkataan yang baru saja Raura katakan, dengan bingung ia bertanya “Eh? Nande?”
“Fans mu. Mereka melihat ku seakan-akan mereka ingin menerkam ku”. Sungguh, saat ini Raura berjalan sangat ragu, seketika saja kaki nya terasa lemas.
“Daijoubu yo, shinpai shinaide”, sahut Inoo dengan tenang yang langsung merangkul dan mengelus pundak kanan Raura.
Yah, mau tak mau Raura harus bertahan dengan kondisi lingkungan baru nya ini, karena memang dirinya sendiri yang meng-iya-kan permintaan senpai nya.
“Jaa ne, Rauchan. Nanti kita makan bersama ya saat istirahat”, sahut Inoo ketika mereka sudah di tangga perbatasan antara kelas 2 dan kelas 3.
“Un.. Jaa, mata ne”, Raura melambai kepada Inoo, yang tanpa diduga, Inoo membalas lambaian nya itu. Dan setelah itu mereka berpisah, menuju kelasnya masing-masing.
Sesampai nya dikelas, Inoo merasa kelas nya itu sangat berisik dibandingkan hari-hari biasa nya. Dan ketika ia sudah duduk di tempatnya, hampir semua teman perempuan nya itu melihatnya dengan tatapan tajam, dan seakan meminta penjelasan atas apa yang mereka lihat pagi ini.
“Nande? Nande?? Kenapa kalian melihat ku seperti itu?”, tanya Inoo seakan tidak ada yang terjadi di pagi hari yang cerah ini.
“Ne, Inoo-kun, ada hubungan apa kau dengan kouhai itu?!”, tanya seorang teman perempuan nya dengan nada yang hampir tinggi, yang duduknya dua bangku didepan dirinya.
“Oh, dia.. tidak ada apa-apa. Memangnya kenapa?”, tanya Inoo balik
“Mengapa kalian bisa sangat akrab? Sedangkan kau saja tidak pernah akrab dengan salah satu anak perempuan disini”, teman perempuan nya yang lain ikut menyahut, mengutarakan ketidaksukaan nya jika Inoo akrab dengan kouhai nya itu.
Inoo hanya menyunggingkan senyum menyeringai atas apa yang ia dengar dari teman satu kelasnya. Tanpa mau mempedulikan mereka lebih lama, Inoo langsung mengambil keitai nya dan bermain game kesukaan nya. Para gadis yang tadi sempat mengerubungi Inoo kini bertambah amarahnya, mengetahui sikap acuh Inoo kepada mereka.
***
Dua minggu berlalu. Tak ada yang tau pasti bagaimana hubungan Inoo Kei dengan seorang kouhai yang bernama Chinen Raura saat ini. Mereka ingin mengatakan kalau Inoo dan Raura sebenarnya sepasang kekasih juga tidak pasti, karena mereka tidak memiliki bukti yang kuat. Tetapi, jika hubungan Inoo dan Raura hanya sebatas kouhai-senpai, apa pantas kemana pun mereka pergi, dan sampai pulang-pergi sekolah bersama? Hanya itu yang ada dibenak para penggemarnya Inoo. Namun, entah disadari atau tidak, sebenarnya sikap Inoo dan Raura semakin hari semakin mesra.
Malam ini. Tepat pada sabtu malam. Inoo mengajak Raura untuk makan di luar, dan Raura menyetujui nya. Dengan segera Inoo menjemput Raura dan pergi ke restaurant favorite nya yang terkenal mahal dan mewah.
Mereka langsung memesan makanan dan minuman, dan menunggu hingga pesanan mereka datang. Saat pesanan mereka sudah tiba, mereka langsung menyantap makanan itu dengan diselingi berbincang dan sesekali mereka tertawa juga.
Inoo yang terkenal dengan ke-individulis-an nya, seakan sifat itu sudah hilang diterpa angin yang entah kemana pergi nya. Sekarang Inoo bisa merasakan memiliki teman yang selalu bisa diajak bicara tentang segala hal.
Tanpa mereka berdua sadari, ternyata ada seseorang yang satu sekolah dengan nya berada di restaurant itu juga. Seakan tidak ingin kehilangan momen langka, orang itu langsung mengambil handphone nya dan mengambil beberapa gambar Inoo Kei dengan seorang gadis.
Satu jam sudah Inoo dan Raura berada di restaurant itu. Mereka sudah menyelesaikan makan malam nya. Ya, bisa dibilang mereka berdua seakan sedang berkencan malam ini.
“Rauchan, ikou kita pulang”, Inoo menyambar tangan kiri Raura untuk dipautkan di tangan nya. Seakan sudah terbiasa dengan pergerakan yang Inoo lakukan secara tiba-tiba seperti saat ini, Raura mengeratkan pergelangan tangan nya yang sudah di genggam oleh senpai nya.
.
.
.
Inoo menghabiskan waktu 30 menit nya dijalan untuk sampai dirumahnya setelah dari restaurant itu dan mengantar Raura.
Dan saat ini, Inoo sudah terbaring di kasur kesayangan nya dengan keitai yang ada di genggaman nya. Dengan spontan ia mengirim mail kepada Raura
To : Rauchan
From : Kei
Hontou ni arigatou. Ureshikatta yo. Mari kita makan malam bersama lagi. Aku tunggu jawaban dari mu, ne. Good night, oyasumi :)
Mail sudah terkirim. Inoo tersenyum ketika sudah selesai dengan ketikan di keitai nya. Inoo sepertinya sudah terbiasa dengan keseharian baru nya sejak dua minggu ini.
Ditempat lain, Raura yang menerima mail dari Inoo tanpa disadari melengkungkan bibirnya membentuk sebuah senyuman. Terlebih, di akhir mailnya terdapat emoticon smile. Ini pertama kali untuk nya mendapat sebuah emoticon dari senpai nya. Raura pun dengan cepat membalas mail nya.
To : Kei
From : Raura
Douita, Inoo-chan. Un, atashi mo, ureshikatta yo. Jaa, mata ashita. Oyasumi :)
Tanpa diduga, mereka melakukan hal yang sama ketika mengirim dan mendapat mail dari satu sama lain. Mereka sama-sama tersenyum. Dan entah mereka sadar atau tidak, mereka saling memanggil dengan nama kecilnya, serta kontak di handphone masing-masing juga menggunakan nama kecil nya.
***
Dua hari kemudian. Seperti biasa Inoo dan Raura berangkat bersama dengan wajah yang ceria. Namun, beberapa orang yang melewati nya menatap seakan mereka tak percaya apa yang telah terjadi diantara Inoo dan Raura.
Mereka berdua saling bertanya satu sama lain, ‘apa yang salah diantara kita?’, namun sayangnya mereka tidak tau apa yang sedang terjadi.
Sebelum mereka menaiki tangga dilantai 1, terdapat sebuah mading yang dipenuhi oleh murid-murid. Entah ada informasi apa pagi ini.
Inoo dan Raura masih tak ambil pusing. Mereka melanjutkan lagi menaiki tangga. Tetapi, mereka lagi-lagi mendapatkan bingung karena mading di lantai 2 juga dipenuhi murid-murid. Mungkin murid-murid disitu mengetahui keberadaan sang Idol nya, mereka langsung menatap tajam dan tidak suka.
Inoo bingung, begitupun dengan Raura. Dengan cepat mereka berdua menghampiri mading itu. Dan betapa terkejutnya mereka, bahwa terdapat foto mereka berdua saat sabtu malam kemarin di mading itu.
Inoo dan Raura saling tatap tak percaya, sekaligus memberi isyarat lewat kedua mata mereka, ‘bagaimana bisa?’ atau ‘siapa yang melakukan ini?’. Sungguh, Inoo tak habis fikir dengan seseorang yang sudah berani mencampuri urusan pribadi nya.
Inoo dengan segera mencabut semua foto mereka yang terpampang di mading. Raura melakukan hal yang sama, namun dia mencabut semua foto yang ada di mading lantai 1 tadi.
Ketika ingin berpisah menuju kelasnya masing-masing, tiba-tiba saja Inoo meraih tangan Raura dengan cepat ketika Raura sudah ingin bergegas. Raura yang melihat ekspresi Inoo bingung, guratan khawatir terlukis di wajah milik senpai nya.
“Ne, aku mohon. Jika setelah ini terjadi sesuatu dengan mu, katakan kepadaku saat itu juga. Aku tidak bermaksud menakut-nakuti mu atau semacam nya, tetapi firasat ku seakan memang akan ada sesuatu yang buruk terjadi pada mu, karena kau telah masuk kedalam kehidupan ku”, Inoo berkata dengan pelan namun seperti ada beban di setiap kata yang ia ucapkan.
Raura sedikit terkejut dan takut juga mendengar perkataan Inoo. Dan dipikirannya sempat terlintas bahwa ia menyesal telah meng-iya-kan bantuan bodoh senpai nya itu. Namun, dengan cepat ia tepis pikiran kotornya itu.
“Haii. Arigatou senpai. Jaa, aku ke kelas dulu. Datanglah ke kelas ku istirahat nanti”, Inoo sangat mendengar ada aura ketakutan dalam diri kouhai nya itu. Ia merasa tak enak hati karena telah menjerumuskan nya kedalam kehidupan nya.
.
.
.
.
.
Sesuai janji nya, Inoo menghampiri kelas Raura yang berada dibawah kelasnya. Namun, ketika sudah melihat ke penjuru kelas 2-D, ia tak dapat menemukan kouhai yang dicari nya itu.
Kebetulan teman sebangku Raura sedang ingin keluar kelas, Inoo pun bertanya pada nya, dan ia mengatakan bahwa Raura sedang ke toilet.
Setelah mengucapkan ‘terimakasih’ pada teman sebangku nya Raura, sang Idol ini langsung menuju toilet wanita. Ia mengetuk pintu paling luar itu dan memanggil nama Raura. Namun, ia tidak mendapat jawaban dari si kouhai, melainkan suara ribut berupa teriakan dan suara isak tangis yang terdengar samar dari dalam toilet ini.
Inoo yang mendengar suara ribut itu menggedor pintu dari luar. Namun tetap saja tak ada yang merespon nya. Karena merasa khawatir Raura ada di dalam, Inoo tanpa pikir panjang menggebrak pintu nya hingga terbuka.
Dan benar saja. Raura ada di dalam toilet itu dengan 3 orang gadis yang seumuran dengan Inoo. Tepat dengan firasat nya tadi pagi, ia melihat salah satu gadis itu sedang , menarik kencang rambut Raura. Walaupun tidak tau persis dengan apa yang terjadi, namun ketika melihat Raura terisak, seakan ia ikut merasakan apa yang dirasakan oleh gadis itu.
Saat ini, Inoo hanya ingin membawa Raura keluar toilet dan membawa nya ke suatu tempat di sekolah ini yang suasana nya menenangkan. Akhirnya Inoo masuk ke dalam toilet itu dan menarik lengan Raura dengan kuat, tanpa sepatah kata pun.
Sedangkan 3 orang gadis yang membuat keributan tadi menatap Inoo dengan tatapan ada-apa-dengan-dia. Karena emosi Inoo sudah memuncak, ia pun keluar toilet sambil menggenggam tangan Raura, dan memberikan tatapan tajam kepada 3 orang itu yang membuat mereka menciut seketika.
Inoo membawa Raura ke taman. Untungnya taman itu tidak terlalu ramai walaupun sedang istirahat sekalipun. Inoo sudah tidak peduli dengan keadaan sekitar nya. Ia hanya ingin membuat Raura tenang dan menunggu nya untuk bercerita.
Seakan tidak tega Raura menjadi bahan tontonan, Inoo pun membawa Raura ke dalam pelukannya, menyembunyikan wajah nya yang sudah sangat merah akibat menangis, serta mengelus punggung kanan Raura untuk menenangkan nya.
15 menit berlalu untuk menunggu Raura hingga tenang. Dan bel masuk pelajaran sudah berbunyi. Raura perlahan-lahan menjauhkan kepala nya dari pundak Inoo, namun Inoo yang melihat suasana taman masih dilalui beberapa murid pun menenggelamkan Raura lagi kedalam pelukan nya.
Tak lama pun Inoo merenggangkan pelukan nya dan membiarkan Raura untuk duduk dengan posisi yang menurutnya nyaman, dan bersiap untuk mendengarkan ceritanya. Ia tidak peduli walaupun jam pelajaran sudah dimulai.
“Gomen.. hontou ni gomennasai. Aku tidak bermaksud untuk membuat mu sengsara seperti ini”, kata Inoo yang masih mengelus pundak kanan Raura dengan suara yang sangat pelan. “Bisa kau ceritakan apa yang sebenarnya terjadi?”
Hening. Masih belum ada jawaban dari Raura.
“Hey?” Raura menoleh kearah Inoo, seakan meminta nya untuk bercerita sekarang juga. Mau tidak mau Raura mulai membuka mulutnya dan bercerita apa yang terjadi.
***
Sudah seminggu kejadian itu berlalu. Namun, dalam seminggu itu pula Raura selalu mendapat bully-an dari senpai, kouhai, maupun teman satu angkatannya. Dan juga, skandal antara Inoo dan Raura sudah menyebar luas, sudah terpampang di cover majalah, program televisi, koran, dan di media sosial lain nya.
Meskipun begitu, rencana yang dilakukan Inoo tetap berjalan, dan semakin hari semakin dekat hubungan kedua nya. Raura bisa tahan dengan semua bully-an yang menimpa nya karena senpai nya ini yang selalu ada disamping nya. Entah sampai kapan mereka akan mempertahankan semuanya.
Saat ini, Inoo dan Raura sedang menikmati istirahat nya bersama di atap gedung sekolahnya. Hanya ada mereka di tempat itu. Dan wilayah itu seakan milik mereka berdua. Inoo dan Raura duduk di suatu tempat yang terbuat dari semen sambil memakan bento yang dibawa Raura, mereka saling suap-suapan bento. Tidak ada yang tau sejak kapan mereka melakukan hal itu bersama-sama.
“Ne, Inoo-chan.. bagaimana karir mu setelah ada skandal antara kita?”, tanya Raura disela-sela ia memasukan bento nya ke mulut Inoo
Inoo menoleh menerima suapan bento nya “Oh, masalah itu. Tidak perlu khawatir, aku sudah memikirkan nya sejak rencana awal. Aku juga sudah berbicara kepada manager ku agar tidak meladeni para wartawan yang mencari kebenaran hubungan kita. Jangan dipikirkan. Karir ku tidak bermasalah sama sekali kok. Lihat, buktinya saja di hari libur aku masih pergi ke tempat pemotretan, dan aku masih mendapat beberapa panggilan untuk variety show, tampil di acara musik, dan yang lain nya.”
Raura yang mendengar penuturan Inoo membenarkan perkataan nya. Dan tak dapat dipungkiri, ia merasa senang sekaligus lega ketika mendengarnya.
“Ne...” panggil Inoo. Raura menoleh, menampilkan ekspresi bingung karena Inoo menatapnya sangat lekat. Dan seketika suasana diantara nya menjadi serius.
“Daisuki”. Satu kata penuh arti yang bisa membuat seseorang merasa senang ataupun sebaliknya. Inoo mengucapkannya sangat pelan namun terdengar tulus.
Raura membeku. Ia tidak menyangka bahwa senpai nya ini akan menyukai nya dan menyatakan cinta kepada nya. Raura tidak tau harus berkata apa di situasi seperti ini. Ia hanya menatap dalam mata Inoo, mencari kebenaran antara tatapan mata dengan ucapan yang telah dilontarkan nya. Namun sepertinya ia tidak menemukan titik kebohongan di sorot mata Inoo.
“Daisuki. Watashi wa... daisuki dayo. Aku tidak ingin kau hanya menjadi fake girlfriend ku, Rauchan” Inoo mengulangi pernyataan cinta nya dengan penekanan kata yang terdengar lebih pasti
“Inoo-chan...gomenne” dada Inoo terasak sesak. Pasokan udara yang dihirupnya seakan tersendat. Ia tidak berani untuk mendengar kelanjutan yang akan dilontarkan oleh Raura.
1 detik..
3 detik...
5 detik....
10 detik..
“Gomen... Karena aku sudah menyukai mu. Dan... maaf, karena aku tidak bisa untuk menolak mu” ujar Raura pelan dan menundukkan kepala nya malu. Terlihat semburat pink di kedua pipi nya saat ini.
Kedua insan ini sekarang bisa melihat bagaimana raut bahagia yang tergambar di wajahnya masing-masing. Inoo dan Raura tidak dapat menahan senyum yang mereka tahan sejak tadi. Dan setelah itu mereka tertawa bahagia.
Sampai akhirnya mereka berhenti tertawa dan mata mereka berhenti tepat di kedua kelopak mata mereka. Saling menatap lekat. Seakan tau apa yang akan dilakukan selanjutnya, Inoo dan Raura perlahan-lahan mendekat dan menghilangkan jarak diantara mereka. Hingga akhirnya bibir mereka saling bertemu, menumbuhkan fraksi-fraksi yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.
“Kei.. aishiteru”
“Kei mo, aishiteru yo”
Mereka tersenyum setelah menyelesaikan percakapan nan singkat itu dan kembali menautkan bibir mereka yang sempat terhenti.
~Owari~
Ff request'a
launyan10, maapkan daku kalo hasilnya jadi begini X"D