Kedipan Matamu Mengalihkan Duniaku (3/3)

Jan 08, 2012 13:14




“CIE LIZZYYYYY! Demi apa lo? Ih lucu banget.” teriak Sulli di kelas keesokan harinya.

“Sst ah! Jangan teriak-teriak dong, gak enak.” kata Lizzy.

“Eh, sejak kapan, Zy? Emang gimana ceritanya?” tanya Sungjong. Sungjong memang sering main bareng cewek-cewek. Bukannya gay, lekong sih dikit, ya… sudahlah.

“Ada apaan si? Heboh amat,” ucap Mir seraya berjalan.

“Ih, lo kenapa sih dari kemaren kepo banget!” desis Lizzy.

“Lah, lu tuh kenapa sewot banget sama gua! Lagian kalo ga kepo tuh ga nambah wawasan!” balas Mir tak mau kalah.

“Duh… udah dong kalian berdua. Nih ya, Mir, kita heboh karena Lizzy lagi dideketin sama kak Joon. Udah keponya?” jelas Sungjong.

“Sungjong! Kok malah lo kasih tau sih!!!” Lizzy sudah hilang kesabaran. Ini kan harusnya cewek-cewek aja yang tau! Eh… Sungjong cowok sih.

“Ya abis daripada lo berdua berantem terus, teriak-teriak terus, gue pusing.” kata Sungjong sambil memegang kepalanya.

“Ooooh, yaelah gitu doang.” kata Mir sambil berjalan keluar kelas untuk ganti baju olahraga.

Tak lama setelah itu, Pak Boom, guru olahraga, masuk ke kelas.

“Eh ini cewek-cewek masih pada ngerumpi. Sungjong! Kamu juga, kok pada belum ganti baju? Ayo turun ke bawah!”

“Eh… Um.. Iya pak.” jawab mereka serentak.

Seraya berjalan keluar, Lizzy memukul pundak Sungjong karena telah membeberkan girl talk mereka kepada Mir.

Di kantin.

Zico, Baro, dan Pyo prihatin melihat temannya, Mir, yang daritadi terlihat bad mood.

“Sob, lu napa sob?” tanya Zico sambil merangkul pundak Mir.

“Tau daritadi cemberut gitu. Ada apaan sih?” timbrung Baro.

“Hah? Gapapa kok. Ngantuk aja gua.” jawab Mir singkat.

“Eh, kita temenan udah dari SMP, Mir. Kita tau bedanya lo lagi bete sama lagi ngantuk.” kata Pyo.

“Ahh, lu aja pada sotoy. Gua ke kelas duluan ya, mayan bisa tidur sampe bel. Dee!” Jangan sampe ketauan deh gua sebenernya kenapa, pikir Mir.

“Eh.. Eh.. Mir! Woi!” teriak Zico. Tapi sia-sia, Mir tetap berjalan tanpa menggubris panggilannya.

“Kenapa sih tuh anak… Co, Bar, kan lu berdua semobil tuh sama Mir tadi malem pas cari dana. Ada yang aneh gitu gak?” tanya Pyo, sok-sok menyelidiki.

“Seinget gua gak ada sih. Orang kita ketawa-ketawa mulu selama perjalanan. Ya kan, Co?” jawab Baro, mereka-reka.

“Iya, happy-happy aja kita. Eh, gua baru inget! Pas kita pada tidur, kan gua kebangun tuh, emang si Lizzy sama Mir rada debat gitu.” ujar Zico.

“Hah? Miapa lu? Kok gua gatau?” kata Baro, bingung.

“Ya namanya juga lu lagi tidur, odong!” kata Pyo sambil menjitak kepala Baro.

“Gimana ceritanya, Co?”

“Iya, jadi si Lizzy abis nerima telfon, gatau dari siapa. Emang dari nadanya sih kayak seneng-seneng gitu. Terus si Mir nanya itu dari siapa. Terus Lizzy kayak ‘Ih kok lo kepo sih’ gitu, terus Mir nya juga jadi sewot. Terus diem-dieman deh mereka selama perjalanan.” cerita Zico rada panjang.

“Tuh kan, kayaknya bener deh Mir emang ada rasa sama Lizzy. Dari dulu emang ada banget nyet chemistry nya!” kata Pyo.

“Yaudah, kita comblangin aja yuk mereka! Abis Mir nya kayak masih gengsi-gengsi gitu.” ujar Baro memberi ide.

“Alah, kayak lu nggak aja sama Bomi!” kata Pyo dan Zico bersamaan sambil tertawa.

Dipojokkan begitu, Baro pun kicep. “Ya… gua mah malu. Malu ama gengsi kan beda.” Diantara mereka berempat, Baro memang paling inosen.

“Yaudah, kita diemin aja dulu Mir biar dia dapet pencerahan sendiri. Kalo jadian gara-gara dicomblangin tuh gak greget, men. Perjuangan sendiri aja.” ujar Zico sambil menyedot es jeruknya.

“Iya, sih.. Yaudah ke kelas aja, yok.” ajak Pyo sambil berdiri dari tempat duduknya.

Selama di kelas, Mir tidak bisa konsentrasi. Entah apa yang merasukinya. Setelah bel pulang berbunyi, Mir langsung membereskan tasnya dan keluar dari kelas. Padahal, biasanya dia ngobrol-ngobrol dulu sama L.Joe dan Sandeul.

Namun, Mir juga tidak pulang ke rumah. Ia pergi ke PIM untuk membeli alat tulis untuk persiapan ulangan blok.

Ketika sedang memilih alat tulis, ia melihat sosok perempuan yang sangat familiar di matanya. Jiyeon?

Setelah mengalami peran batin-sapa, ngga, sapa, nggak, sapa, nggak-akhirnya Mir memutuskan untuk menyapa Jiyeon.

“Ji? Sendirian?” sapa Mir, berusaha untuk tidak terbata-bata.

“Eh, Mir. Iya, lo juga?” Jiyeon menjawab lebih ramah daripada biasanya.

“Iya. Abis ini mau kemana, Ji?” tanya Mir. Kapan lagi gua berani colo-colo sama Jiyeon…

“Mau makan deh kayaknya. Lo?”

“Mmm.. Makan juga deh. Laper ternyata hehe.”

“Yaudah, bareng aja nanti.” ajak Jiyeon, dengan nada tenang.

DEMI APA LU? Itulah yang ada di pikiran Mir. Ia senang bukan kepalang. Kalau di depannya sekarang tidak ada Jiyeon dan mereka bukan ada di tempat umum, mungkin Mir sudah kayang saking senangnya.

Siapa sangka, hari yang tadinya sangat buruk bisa berubah menjadi hari yang terbaik hanya karena kehadiran satu orang. Bisa dibilang, ini pertama kalinya Mir dan Jiyeon mengobrol dengan asyik layaknya teman biasa. Beda dengan waktu terdahulu, Mir tidak merasakan deg-degan sama sekali ketika ia sedang bersama Jiyeon saat ini. Mungkin karena ternyata mereka memiliki banyak kesamaan dan Jiyeon tidak sejutek yang ia kira.

“Eh, Mir, kenapa lo gak sama Lizzy aja sih? Padahal kalian lucu banget, loh.” ujar Jiyeon tiba-tiba.

Jleb.

“Apaan dah, Ji… Dia berisik banget, rese, gua sampe pusing. Cempreng banget lagi.” Mir berusaha menjawab dengan tenang. Padahal Lizzy lah yang membuat dia bete dari semalam, walaupun ia berusaha menyangkalnya.

“Eh, serius! Maksud gue, ya, daripada dia sama kak Joon gitu. Mending Lizzy sama lo banget, deh.”

Mir terdiam. Ia takut bila ia merespon perkataan Jiyeon, akan terbongkar rahasia perasaannya.

“Nih, ya, Mir. Jaga-jaga aja nih kalo tiba-tiba lo berubah pikiran. Jangan kebanyakan nyangkal, jangan nyia-nyiain apa yang udah ada di depan mata, sebelum lo nanti nyesel gede-gedean. Ya kecuali kalo lo mau galau gak berujung kayak si Jaehyo tuh.”

Mir hanya mengangguk sambil meneguk Hop-Hop rasa Taro nya itu.

“Halo? Oh udah mau nyampe? Yaudah Jiyeon turun sekarang ya, Kak.” Jiyeon menjawab telfon dari kakaknya. “Mir, duluan ya. Gue udah dijemput nih.”

“Yaudah bareng deh, sekalian gw mau ke tempat parkir.” jawab Mir.

Sesampainya di lobby, mobil Jiyeon pun tiba. Sebelum memasuki mobil, Jiyeon mengingatkan Mir, “Jangan lupa kata-kata gue yang tadi ya!”

Mir hanya membalas dengan acungan jempol dan senyumannya.

Mir menyalakan mesin mobilnya dan menyalakan radio favoritnya 98.7 Gen FM.

“Duh, kayaknya banyak banget nih sobat Gen yang lagi galau hari ini. Ada apa sih ada apa sih? By the way ya sobat Gen, gue tadi abis nonton film Men of Honour, ceritanya-”

Mir langsung mengganti channel radio. Padahal biasanya ia fine-fine saja mendengar ocehan penyiar radio yang suka gak penting itu. Mungkin karena ia tahu jalan cerita dari film Men of Honour tersebut dan ia tidak mau ia mengalami hal yang sama seperti Patrick Dempsey.

“Ketika kurasakan sudah, ada ruang di hatiku yang kau sentuh…”

Duhhhhh kenapa sih radio isinya galau semua?? gertak Mir.

Mir menyerah. Akhirnya ia memutuskan untuk mengganti channel radio menjadi 102.2 Prambors FM dan menerima apapun lagu yang diputarkan di radio tersebut.

“Aku tak tahu apa yg terjadiantara aku dan kau, yang ku tahu pasti.. ku benci untuk mencintaimu…”

Mir hilang kesabaran. Ia memukul setir mobilnya. Bukannya ia galau karena Lizzy sedang di-pdkt-in oleh kak Joon, tapi ia galau karena ia telah menyia-nyiakan apa yang ada di depan matanya dan terus menyangkalnya sampai saat ini.

Mungkin gue harus mengungkapkan perasaan gue secepatnya sebelum gua galau kayak Jaehyo…

Weekend telah tiba.

Ingin sekali Mir menyendiri di rumah, namun Hyuna mengadakan pesta ulangtahun dan Mir berencana untuk datang karena… Lizzy pasti datang juga.

Ketika ia sedang bermalas-malasan di tempat tidurnya dan mengecek handphonenya, ada 4 bbm masuk, termasuk dari Jiyeon.

지훈:

 Mir dtg lo ntar

 Ngomong berdua

 Biar lega

지코:

 Woi jgn galau2 mulu lo

 Dtg ye

바로:

 Mir dtg dong ntar

 Semangat bro

지연:

 Mir ntr ada lizzy lho

 Masih inget kan kata-kata gue waktu itu?

Mendapat semangat dari teman-temannya, Mir pun bangkit dari kegalauannya. It’s time.

Sesampainya di ulangtahun Hyuna, Mir langsung pergi mencari teman-temannya. Untung hal itu bukanlah hal yang sulit, karena di mana ada Hyuna, pasti di dekat-dekat situ juga ada teman-temannya.

“Whooo! You made it bro!” ujar Zico sambil merangkul Mir.

Tak lama setelah itu, Hyuna dan teman-temannya pun ke tempat Zico, Mir, Baro, Pyo dan teman-teman yang lainnya berkumpul.

“Eh, happy birthday, Hyuna! Semoga cepet jadian ya sama Zi-” belum sempat menyelesaikan kalimatnya, mulut Mir sudah dibungkam oleh Zico. Untung saja Hyuna hanya mendengar bagian happy birthday-nya saja.

“Duh…. Lo lagi, lo lagi! Bosen gue.”

Mir menengok ke arah sumber suara itu. Tentu saja Mir sudah familiar dengan suara tersebut. Tapi Mir juga tidak tahan diperlakukan seperti itu terus. Gak tau apa nih cewek kalo dia yang bikin gua galau! Kalo kata D’Masiv sih, cinta ini membunuhku.

Mir pun menarik tangan Lizzy ke tempat yang lebih sepi dan tidak banyak orang. Melihat keadaan ini, sahabat-sahabat Mir langsung menyikut satu sama lain dan memutuskan untuk mengikuti jejak Lizzy dan Mir.

“Mir! Apaan sih! Berhenti gak! Duh.. Sakit tau! Kita mau kemana sih!” tak berhenti Lizzy berteriak untuk meminta penjelasan kepada Mir.

Setelah menemukan tempat yang sepi, Mir mengumpulkan semua nyalinya, keberaniannya, untuk menyatakan perasaannya kepada Lizzy. Tapi, karena Lizzy terus berteriak, Mir pun mengambil tindakan.

“Lu berisik dah! Diem napa gua mau ngomong! Teriak-teriak mulu kayak mau diapain aja.” ujar Mir.

“Ya abis lo tiba-tiba narik ke tempat yang sepi… Emang mau ngomong apaan sih?” balas Lizzy sambil menyilangkan tangannya di depan dada.

Mir terdiam. Mir kicep. Mir terpaku. Sampai waktu yang agak lama.

“Duh, lo bercanda kan? Cepetan dong, dingin ni-”

“Gua suka sama lo! Dah, tuh.” seru Mir, merasa lebih lega.

“Hah…? Hahaha, ya kali. Bercanda kan?” jawab Lizzy terkekeh-kekeh. Padahal, sih, nervous juga.

“Demi Tuhan kalo gua boong gua veter. Tapi, ya.. gua cm mau ngaku aja sih. Kan lo udah ada kak Joon.” Mir menjawab dengan rendah diri.

“Yee siapa juga yang sama kak Joon.. Makanya kalo mau kepo jangan setengah-setengah!” ledek Lizzy, geli. Bukannya Lizzy kepedean, tapi lucu aja bagi dia untuk melihat Mir yang biasanya nge-bullydirinya, sekarang ngomong aja gagap.

Sekarang giliran Mir yang dumbfounded. “Lah? Tapi yang waktu itu di mobil sama di kelas….?”

“Iya, tapi gue gak mau. Jadi gue tolak deh.” jawab Lizzy enteng.

“Kenapa?” tanya Mir dengan senyum meledek.

Kenapa Mir jadi ngebalik keadaan gini sih? pikir Lizzy. “Soalnya……”

“Karna lo suka sama gw kan?” jawab Mir dengan senyum kepedean dan kemenangan.

“Ih! Kok lo kepedean sih!! Dimana-mana mah orang kalo lagi nembak kicep.” balas Lizzy setengah ngambek.

“Hehehehehe jangan ngambek dong… Yaudah nih ya. Lizzy, gw boleh gak jadi… um.. pacar lo?” ujar Mir tersipu-sipu, malu-malu anjing.

“Pikir aja sendiri! Wek!” jawab Lizzy sambil menjitak kepala Mir dan lari, kabur.

“Heh! Sialan nih cewek… Lizzy! Sini! Heh! Jawab dulu!” Mir menggerutu sambil lari mengejar Lizzy.

Di balik pohon, Zico, Baro, dan Pyo hanya bisa menggeleng-geleng kepala.

“Dasar bocah-bocah………”

Sepulang dari ulangtahun Hyuna, empat sekawan itu menginap di rumah Mir. Zico, Baro, dan Pyo penasaran sekali pembicaraan antara Mir dan Lizzy karena sepanjang perjalanan pulang Mir senyum-senyum terus. Tapi Mir tidak pernah mengizinkan mereka untuk menyentuh handphonenya. Mereka pun menahan rasa ngantuk mereka agar bisa mengambil handphone Mir setelah Mir tertidur.

Ketika Mir sudah tidur dengan senyuman di wajahnya, mereka pun berpose kemenangan karena akhirnya saat yang ditunggu-tunggu telah tiba. Dibukalah Blackberry Messenger dari handphone Mir. Lizzy ngomong apa sih sampe Mir tidur sambil senyum-senyum gitu?

미르:

 Zy makasi ya

 Hehehe
리지:

 Apaan sih, norak lo! :P

 Iya sama-sama heheh
미르:

 Yee ngocol nih tetep

 Kamu ga tidur?
리지:

 Ini baru mau

 Kamu tidur juga ya!

 Goodnight ♥

Previous post Next post
Up