FULL HOUSE

Jan 14, 2008 23:32


FULL HOUSE

-Takoujo version-

Chap 11

Suatu senja yang merah merona di Tako apaato, Sungmin mendekati Heechul yang sedang termenung di beranda.

“Hyung.” Kata Sungmin.

Heechul memejamkan mata, menikmati hembusan angin di wajahnya. Ketika ia membuka mata lagi, senja mulai turun. Dibelakang terdengar alunan musik ‘Senja di Batas Kota’.

Indah.

Sempurna.

“Apa?”

“Maen petak jongkok yuk.”

-KRAAAAK-

Suasana romantispun runtuh berkeping-keping.

“Dateng-dateng omongannya gak penting, ngerusak mood!” Heechul ngomel. “Kamu mau aku gantung terbalik apa minggat suka rela???”

Dengan bijak dan penuh pertimbangan, Sungmin memutuskan untuk pergi jauh-jauh. Kali ini menghampiri Hankyung yang serius memelototi buku di tangannya sambil menyembur sumpah serapah.

“Hyung.”

“-wo men ke yi xing cheng-apa?” ralat. Ternyata bukan sumpah serapah tapi bahasa Cina.

“Maen petak jongkok yuk.”

“Ho, apa itu?” tanya Hankyung tertarik, melempar bukunya.

“Itu loh, lari-lari trus jongkok-jongkok...”

Satu-satunya yang terbayang di benak Hankyung saat mendengar kata-kata Sungmin adalah adegan Heechul yang gagal tiba di toilet tepat waktu.

“Gak menarik ah...” ujarnya, mencari-cari buku yang tadi dilemparnya, dan lanjut membaca. Sungmin mendesah kecewa.

“Ada yang mau maen petak jongkok gaaak???” tanyanya sambil ngider keliling apaato.

“NGGAK.” Jawab semuanya serentak.

Sungmin kembali ke kamar sambil ngambek dan membanting pintu.

-BLAM-

Fukuka melongokkan kepala dari ruang tengah.

“Tu anak kenapa?”

Hankyung angkat bahu. “Gak tau, dari kemaren gitu terus.”

“Apa? Ngajakin maen tak jongkok?” samber Koujosa.

“Bukan. Anehnya itu la...” jawab Shindong, tiba-tiba muncul. “Masa hari ini ajak main petak jongkok, kemaren ajak maen debruk bulan, kemarennya lagi ajak main Donal Bebek mundur tiga langkah, pokoknya aneh deh...”

Tanpa disadari, semua berkumpul dan membuka forum. Topik kali ini adalah ‘ada-apa-dengan-Sungmin’.

“Trus kalo malem-malem bukannya tidur malah guling-guling dari pojok ke pojok.”

“Di kamar mandi jadi lama benerrr...”

“Ngapain? Mandi?”

“Nggak. Bikin bakpao. Ya mandilah Hyung! Becanda ya???”

“Makannya sedikit.”

“Suka siul-siul sendiri.”

“Sering ngelamun.”

“Jadi bau ketek.”

“Itu OOT.”

“Lha?! Kenapa?”

“Udah dari dulu begitu sih...”

“Nggak lah Hyung! Biasanya Hyukjae!”

“Iya Hyung, biasanya aku...”

“KOK KAMU NGAKU?!”

Pembicaraan mulai membelot ke arah yang tidak diinginkan.

“Beneran apa?”

“Iya, Kangin-Hyung?”

“Tau juga sih ya, soalnya tiap kali aku deket-deket Sungmin sama Hyukjae pasti bau...”

“Itu mah Hyukjaenya!”

“Kenapa jadi pada ngomongin bau ketek sih?” Kachou ilfil dan minggat.

Chounan selaku admin buru-buru memberi warn.

“Jangan OOT! Kalo nggak gue ban ntar!”

Masing-masing orang memberikan pendapat tentang apa kira-kira yang sedang terjadi pada Sungmin. Heechul berpendapat bahwa Sungmin mulai stress dengan kehidupan di Indonesia yang tidak layak. Ryeowook membantah pendapat Heechul dan berpendapat bahwa mungkin Sungmin hanya depresi karena hidup dengan tidak berkecukupan. Donghae membantah pendapat Ryeowook dan berpendapat bahwa mungkin Sungmin tidak terbiasa dengan hidup yang serba kekurangan seperti sekarang ini. Chounan mengatai mereka semua dodol karena pada intinya pendapat mereka sebenarnya sama, apanya yang mau dibantah? Dan membantah pendapat mereka semua dengan mengatakan bahwa mungkin Sungmin hanya bingung karena tidak lagi memiliki uang untuk jajan.

Ketika mereka mulai jenuh dalam berbagi pendapat, akhirnya mereka memutuskan untuk bermain Domikado.

Dan itulah yang terjadi.

--

“Tadaima...”

“Okaeri...”

Uketz mengibaskan lembaran-lembaran puluh ribuan di tangannya dengan bangga. Semua yang melihat segera berdoa semoga siapapun yang baru kena palak diberi kesabaran dan ketabahan hati dalam menjalani ujian ini.

“Hari ini siapa?” tanya Koujosa.

“TomoYa. Sebagai hukuman karena dia terlalu lucu di film Soshikaze itu...”

Fukuka mengamati semua itu dengan iri dan mulai berpikir untuk mengikuti jejak anak buahnya.

“Yuk pergi yuk.” Choujo muncul dari dalam kamar sambil menenteng tasnya.

“Kalian mau kemana?” tanya Uketz ketika Koujosa, Eunhyuk, Donghae, Kyuhyun, Chounan, Ryeowook, Kangin, Siwon, Shindong dan Choujo bersiap-siap keluar.

Ryeowook menjawab. “Ke Gading maen boling. Ikutan gak?”

Uketz menggeleng. “Gak ah, bolanya kan berat...”

“Sapa bilang kita pake bola? Ntar dia ini yang digelindingin. Otomatis.” Tunjuk Kangin pada Shindong.

Rombongan bebek itu menghilang di balik layar.

Nez          : ‘Ya, di balik pintu.’

Gw           : ‘Ah, honto. Gaku...’

Rombongan bebek itu menghilang di balik pintu.

“Ko lu ga ikut?” tanya Uketz pada Kibum dan Hankyung yang duduk di depan tv sambil main PS.

“Gak ah, ga minat boling.” Jawab Kibum tanpa mengalihkan pandangan dari layar tv.

“Mendingan maen beginian mumpung Hyukjae sama Donghae gak ada. Kalo ada mereka PS pasti dijajah.” Tambah Hankyung.

Uketz geleng-geleng.

“Shindoooong!” Kachou muncul dari kamar. Uketz buru-buru memasukkan uangnya ke kantong sebelum dispot Kachou. “Eh Nezu udah pulang. Liat Shindong gak?”

“Liat.”

“Mana?”

“Tadi pergi sama anak-anak maen boling. Baru aja.”

“Aduh...” Kachou tampak panik. “Aya?”

“Sama.”

“Chuitz.”

“Juga.”

“Cupphe?”

“Ikut.”

“Eunhyuk? Kangin? Siwon?”

“Pergi semuahhh...”

Kachou mondar-mandir. “Gimana sih, giliran dibutuhin gak ada semua. Siapa dong yang anter gue bayar listrik ke atm???”

“Bayar listrik?” heran Uketz. “Sore-sore gini?”

“Iya... Gue lupa. Ini hari terakhir pembayaran pula, kalo nggak nanti kena denda.”

Bagi Kachou, lebih baik tidak menanggung denda daripada kena denda.

Cuh          : ‘Minta ditendang nih anak...’

Gw           : ‘Lha bener kan?’

“Aku deh anterin!” tiba-tiba Eeteuk angkat tangan.

Semua pura-pura nggak denger, kecuali Kachou yang berubah bersemangat dan berseri-seri.

“Ayo buru sekarang Teuk!” Kachou bergegas mengambil tas. “Heechul ikut yuk!”

“Hah? Aku? Ehm... Nggak ah.” Heechul memandang berkeliling, mencari-cari sesuatu untuk dikerjain. “Aku harus... Harus... Jahit taplak meja!” tunjuk taplak meja di meja makan.

“...”

“...”

“...”

“Beneran, Ranti... Aku lagi belajar jahit sama Yehsung...” denger namanya disebut-sebut, Yehsung langsung melempar pandangan ‘kenapa-bawa-bawa-aku-sih-Hyung?’ dari seberang ruangan, yang dibalas dengan pandangan ‘bilang-iya-ato-kamu-tidur-di beranda-malem-ni’ oleh Heechul.

“I-iya... Kita dapet tugas menjahit dari dosen...” kata Yehsung setelah menyumpah-nyumpah dalam hati.

“Kalo gitu Kibum sama Han-”

“ADUH LAGI SERU NIH!” kata Kibum dan Hankyung bersamaan.

Kachou mulai curiga. “Kenapa sih pada gak mau ikut? Masa gue berdua doang sama Eeteuk? Gak mau. Nezu ikut yuk!”

“Mau sih tapi...” gue mau ngitung duit. Batin Uketz. “Gue kan baru pulang, jadi masih cape gitu deh Pyon... Gomen ne...”

“Yawdah Yoli deh...” Kachou menarik tangan Fukuka.

“Iya deh. Tapi abis itu anterin gue beli limun di Caref**r ya.” Kata Fukuka.

“Oke.”

“Aku gak mau cowo sendiri. Minnie, ayo ikut!” Eeteuk masuk ke kamar dan menarik Sungmin yang masih dalam keadaan setengah tidur keluar.

“Kita pergi dulu yaaaa...!!!”

Setelah mereka keluar, Uketz bertanya pada Kibum.

“Pada kenapa sih gak mau ikut? Gue tau pasti ada yang gak beres deh.”

“Pause dulu, Hyung.” Pinta Kibum pada Hankyung, kemudian ia berbalik menghadap Uketz. “Gini loh, Nezu... Kemampuan nyetir Teukie-hyung itu... Gimana ya...” Kibum garuk-garuk. Bingung.

“Pernah liat Ryeowook main PS F1?” tanya Hankyung.

Uketz mengangguk. “Yang kalo lewat jembatan pasti nyebur?”

“Betul. Dan jangan lupa, dia selalu ranking terakhir tiap finish. Kalo jumlah pesertanya empat belas, aku rasa dia bakal dapet ranking tujuh belas. Sih, orang-orang jalannya maju dia malah mundur.”

“Eeteuk begitu nyetirnya?” tanya Uketz khawatir.

“Nggak sih.”

Uketz menghela napas lega.

“Tapi lebih parah.”

--

-DUG-

“...”

“...”

“...”

“Nyenggol tembok yah?” tanya Eeteuk, melirik kaca spion. Bemper mobil menempel dengan tembok.

“...”

“...”

“Teuk?”

“Iya Ranti?”

“Kamu beneran bisa nyetir?”

“Bisa kok.”

“Kenapa dari tadi kita nggak keluar-keluar dari garasi?”

“Bentar, aku lagi mau keluar... Itu sih mobil di depan parkirnya aneh. Kan jadi susah keluarnya.” Dalih Eeteuk, memutar setir ke kanan sampe mentok, kemudian menginjak gas.

“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAARRRRGGGHHH!!!” Kachou menjerit histeris ketika mobil mendadak meluncur ke depan, terlalu ke kanan, nyaris menyenggol mobil lain.

-CKIIIIIIIT-

Semua terlempar ke depan akibat rem mendadak Eeteuk.

“TEUKIE!!!”

“Tenang... tenang...” kata Eeteuk, kali ini meluruskan kemudi dan menginjak gas. Mobil meluncur keluar garasi. Kachou menghembuskan napas lega.

“Hoaaahm...” dibangku belakang, Sungmin bangun dari tidurnya. “Eh? Ini dimana? Loh?” bingungnya ketika melihat sekeliling. “Yoli, kita ada dimana ya?”

“...”

“Yoli?”

“...”

“Yoli...?” Sungmin dadah-dadah di depan wajah Fukuka. Fukuka tidak bereaksi.

“Yoli tegang ya? Maaf ya.” Kata Eeteuk dari kursi kemudi.

“...”

“Teukie hyung?” kata Sungmin.

“Ya?”

“Kita mau kemana?”

“Anter gue bayar listrik ke atm.” Jawab Kachou.

“Terus itu Teukie-hyung lagi apa di depan?”

“Nyetir lah.”

“...”

“...”

“Teukie-hyung?”

“Iya.”

“Nyetir?”

“Iya.”

“...”

“...”

“TIDAAAAAAAAAAAAAAAAKKK!!!”

-NGOOOOEEEENG-

-TIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIINNNN-

-CKIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIT-

“TEUKIE!!!” jerit semua yang ada di dalam mobil.

“Sungmin-ah! Kamu ngagetin tau nggak?! Jangan teriak-teriak dong!!!” omel Eeteuk.

Kachou yang ada di kursi depan mulai berkeringat dingin. Sekarang dia ngerti kenapa yang lain mati-matian menolak ikut.

Mobil mulai meluncur lagi. Eeteuk tampak gugup. Kachou tegang, Fukuka kaku ketakutan, dan Sungmin pasrah akan nasib. Dalam usaha terakhirnya mengurangi ketegangan, Sungmin memutuskan untuk bernyanyi.

“Yaksokdwen shigani wassuhyo geudae ape issuhyo dooryuhwoome woolgo ijjiman noonmooreul dakkajoouhssuhyo geuddae nae sonjabajjyo iruhnalguhya...”

“Hamkke haejoon geudae ege haengbogeul!”

“Hyung, nyetir aja gak usah pake nyanyi.” Potong Sungmin.

“Boleh dong aku ikutan nyanyi...” Kata Eeteuk, mengarahkan setir terlalu ke kanan.

Mobil memasuki jalur yang berlawanan.

Sebuah truk meluncur ke arah mereka.

-TIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIINNNN-

“KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!”

Eeteuk buru-buru memutar kemudi ke kiri, mengembalikan mobil ke jalur yang seharusnya.

-TIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIINNN-

Mobil belakang menglakson.

“Aduh, berisik amat sih tan-tin-tan-tin.” Gumam Eeteuk, menginjak gas lebih dalam.

“Teuk, awas ati-ati lampu merah...” kata Kachou lemah.

“Hah? Mana? Mana lampu merah?” tanya Eeteuk panik sambil tengok kanan kiri.

“Itu di depan...”

“Mana?”

“Depan itu loh Hyung...”

Kendaraan dari arah kanan mulai meluncur.

“TEUK! BERENTI!!!”

“HYUUUUUNGGG!!!”

“MANA LAMPU MERAHNYA???”

“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAARRRGGGHHH!!!!”

-TIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIN-

-TEEEEET! TEEEEEEET!!!-

-TIIIIIIIIIIIIIIIIIIIINNN-

“WOI!!! GUOB**K!!!” teriak seorang supir angkot ketika mobilnya terpaksa harus berhenti demi menghindari tabrakan.

“Apaan sih tu supir angkot.”

“...”

“...”

“Nanti itu depan belok kiri...”

“Depan mana?”

“Itu yang ada bank... Masuk ke banknya.”

“Sini?”

“Bukan, ini pintu keluar, yang satu lagi.”

“Itu?”

“Iya.”

“Oke.”

Tanpa mengurangi kecepatan maupun menyalakan lampu sen, Eeteuk membelokkan mobil masuk ke dalam bank.

-CKIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIT-

-TIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIINNNN-

“DUH GUSTI!!!” Kachou menutup wajah ketika mobil dibelakang mereka mengerem dan mengklakson.

“Tenang.. Tenang...” kata Eeteuk.

Tenang dari hutan! Batin yang lain.

“A, stop sini. Stop!”

“Sekarang?! Aduh, remnya mana ya???”

Semua yang mendengar kata-kata itu langsung jantungan.

-CKIIIIIIIT-

Antrian panjang orang-orang yang juga lupa bayar listrik di depan ATM menoleh memandang ke arah sumber suara. Mobil berhenti tepat di pintu masuk bank. Kachou membuka seat beltnya dengan gemetar.

“Kalian cari parkiran, gue antri.”

“IKUT!” kata Fukuka yang pucat pasi.

“Aku ju-”

“Minnie, tega kamu sama aku?” Eeteuk memandang Sungmin dengan tatapan memelas. Sungmin kalah. Dengan iri dipandanginya Kachou dan Fukuka yang berjalan terhuyung-huyung menuju antrian paling belakang.

“Kita parkir mana nih?”

“Situ aja, bawah pohon situ, sebelah Avanza.”

“Maju apa mundur?”

“Hyung.” Sungmin memandang Eeteuk dengan tatapan ‘aku-masih-ingin-hidup’. “Maju aja.”

“Ah, mundur bisa kok.” Eeteuk memutuskan dengan percaya diri.

Sungmin menangis dalam hati.

“Sungmin-ah, parkirin.”

“Syaratnya satu. Hyung nurut kata-kata aku ya. Kalo aku bilang berenti, berenti.” Kata Sungmin sungguh-sungguh.

“Iyalah.” Eeteuk memutar setir ke kanan dan menginjak gas dengan berlebihan.

“NABRAAAAAAAAAK!!!” jerit Sungmin.

-CKIIIIIIIT-

Mobil mereka berhenti dua setengah inchi dari mobil yang terparkir manis di depan. Sungmin stress.

“Parkir maju aja kenapa sih Hyung? Pake parkir mundur segala. Udah lurusin trus bales trus maju. Selesai.”

“Aku mundur bisa kok.” Eeteuk ngotot.

Sungmin nyerah.

“Mundur, pelan... Pelan aja. Yak, terus... terus... stop.”

Eeteuk berhenti dengan patuh.

“Kanan mepet Hyung, sekarang bales trus maju dulu.”

Eeteuk nurut.

“Sip. Sekarang lurusin, trus mundur. LURUSIN DULU BARU MUNDUR! STOP STOP! STOOOOP!!!”

-ciit-

“...”

“...”

“Kena nggak, Min?”

Sungmin melongokkan kepala dari jendela. Bemper belakang mobil menempel akrab dengan bemper depan mobil sebelah.

“Gores, Hyung.” Lapornya.

Eeteuk panik. “Banyak, nggak?”

“...Ada kali sepuluh senti.”

“...”

“...”

“...”

“Kan, makanya udah dibilangin maju aja. Sok mundur-mundur segala si...” gerutu Sungmin.

“Terus gimana nih?” tanya Eeteuk dengan wajah seputih kertas.

Sungmin memutar otak. Akhirnya dia berkata. “Lurusin trus maju.”

Eeteuk dengan gugup berusaha melaksanakan instruksi Sungmin, sayangnya...

-GGGRRRRK-

Kedua bemper menimbulkan bunyi mengerikan.

“Hyung.” Sungmin betul-betul pasrah sekarang. “Kan aku bilang lurusin, bukan ‘ke kanan’...”

Eeteuk menyesali keputusannya mengantar Kachou.

“Goresnya nambah gak?”

Sungmin kembali melongok ke luar jendela.

“Nambah kira-kira enam senti lagi lah.” Ia menarik kepalanya masuk ke dalam mobil. “Sekarang nurut aku ya. Bales kiri, trus maju, lurusin. Selesai. Gak pake mundur-mundur.”

Eeteuk ngalah.

“Teukie-hyung.” kata Sungmin ketika akhirnya mereka berhasil parkir dengan layak. “Tanya boleh gak?”

“Boleh.”

Sungmin ragu-ragu sesaat. “Pernah ngga, patah hati?”

Eeteuk membelalak. “Patah hati? Kamu bercanda ya? Orang keren dan tampan kaya aku? Hahahaha...” ia tertawa. “Jelas pernah dong.”

ALL          : *GUBRAK*

“Emangnya kenapa? Kamu diputusin cewemu itu?”

Sungmin diam.

Eeteuk baru sadar kalo cincin yang biasanya dipake Sungmin sekarang tidak lagi ada pada tempatnya.

“Aku yang mutusin dia.”

Brengsek, aku aja diputusin mulu. Umpat Eeteuk dalam hati.

“Trus ko kamu yang sedih?”

“Soalnya aku ngerasa jahat Hyung. Aku mutusin dia karena aku suka sama cewe lain.”

“Ho...” Eeteuk manggut-manggut, merasa mendapat pencerahan akan sikap Sungmin yang aneh akhir-akhir ini. “Sama siapa, Min-ah? Anak BIPA kampus?”

“...Er...”

Sungmin diselamatkan dari kewajiban untuk menjawab oleh suara ribut dari belakang.

“MOBIL GUE! KERJAAN SAPA NEH?!”

Eeteuk dan Sungmin saling pandang dan membatin. Kok kaya kenal tu suara?

Mereka berbalik.

“Sialan, awas kalo ketemu orangnya. Gue suruh ganti rugi. Gak profesional banget sih! Tempat parkir luas-luas begini masih aja nyerempet mobil orang.”

“Itu bukannya Amel Buchou, Hyung?” tanya Sungmin panik.

“Celakanya iya. Balik, Min-ah, balik. Pura-pura nggak tau.”

Amel        : ‘Ya, giliran muncul kenapa gue dapet scene yang gak enak?’

Gw           : ‘Kan yang penting muncul, Mel...’

Bersyukur hari udah malem, mereka merendahkan badan agar tidak terlihat dari luar sementara Buchou berusaha menspot seorang tersangka yang bisa disalahkan atas tergoresnya bemper mobilnya.

Ketika dia tidak berhasil menspot siapapun, Buchou menyerah dan pulang. Eeteuk dan Sungmin menghela napas lega.

“Terus, tadi siapa yang kamu taksir?”

“Itu...”

HP Eeteuk berbunyi.

“Yoboseyo?”

“Kesini Teuk, uda selese.” Suara Kachou.

“Jalan aja kesini. Kan deket.”

“Gak mau.” Jawab Kachou yang bertekad untuk naik mobil yang disetiri Eeteuk dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. “Lu aja kesini.”

-tut tut tut-

“Ranti males banget sih.” Gerutu Eeteuk, menyalakan mesin, menginjak gas-tiba-tiba teringat bahwa dia belum menetralkan perseneling-dan mobil meloncat kedepan.

-DUG-

Nabrak pohon.

Sungmin kehilangan kata-kata.

Kachou dan Fukuka melihat adegan itu dari kejauhan.

“Yoli, jadi beli limun ke Caref**r?” kata Kachou, parno bahkan sebelum naik mobil. Fukuka menggeleng.

“Gak. Gak usah. Besok aja gue pergi sendiri dengan kendaraan yang lebih aman.”

Mereka berdua menelan ludah, menyiapkan mental untuk perjalanan-menuju-neraka.

--

Di apaato, Uketz mengajak Yehsung, Hankyung, Kibum dan Heechul berdoa demi keselamatan Kachou, Fukukachou, Sungmin, dan Eeteuk sendiri.

“-semoga mereka bisa pulang ke rumah dengan selamat.”

“Amiiin...”

“Tanpa kurang suatu apapun.”

“Amiiiin...”

“Tanpa mengalami kejadian apapun.”

“Amiiiin...”

“Atopun rintangan yang berarti.”

“Amiiiin...”

“Jikalau mereka harus gugur di medan perang, biarkan mereka gugur dengan membawa nama negara kita.”

“...” Yehsung, Hankyung, Kibum dan Heechul saling pandang.

“Karena sesungguhnya apa yang mereka lakukan adalah sesuatu yang sangat mulia!”

Yehsung memberi isyarat untuk menggetok.

“Tidak semua manusia di dunia ini memiliki keberani-“

-TOK-

Heechul melaksanakan eksekusi tanpa ragu-ragu.

“AW!” Uketz memegangi kepalanya, mengedip beberapa kali, kemudian berkata. “Loh? Tadi sampe mana ya?”

“TADAIMAAAA...” terdengar suara gaduh di depan pintu.

“Okaeri...” jawab semuanya, bingung.

“Lah? Ko udah pada pulang?” tanya Heechul ketika Siwon, Shindong dan lain-lain menginfiltrasi ruang tengah dengan tampang suntuk.

“Ni biang kerok ni!” Kangin menunjuk Choujo. “Ketinggalan dompet. Ya kita ga bisa ngapa-ngapain.”

“Maap deeeeeh...” Choujo manyun-manyun. “Kan kalian tau memori jangka pendek gue sering ngehang...”
”Emang yang laen gak punya duit apa?” tanya Yehsung.

“Mana bawa... Orang dia bilang dia yang mau bayarin.” Chounan tendang Choujo.

“AMPUN DAH! KAN GUE UDA MINTA MAAP!” Choujo ngambek, lari minta perlindungan ke Eunhyuk.

“Wajarlah Nisa sebel. Jauh-jauh ke Gading Cuma buat pulang lagi.” Bela Ryeowook. Choujo makin ngambek.

“Malu-maluin banget deh. Masa tadi naik angkot aja kudu ngumpul duit dulu.” Cerita Koujosa sambil mengempaskan diri di sofa.

“Laen kali kalo mu pergi cek dompet dulu deh.” Saran Donghae.

“Ngomong-ngomong soal mobil, kok mobil kita nggak ada?” tanya Kyuhyun.

“Iya... dipake Pyon buat bayar listrik...” kata Uketz.

“Lah? Yang nyetir?”

“Teukie-hyung.”

“HAH?!”

Beberapa saat kemudian mereka melanjutkan acara doa bersama yang sempat terinterupsi.

“Tadaim-Hoek!”

Mereka semua menoleh ke pintu, Fukuka berlari secepat kilat menuju kamar mandi. Setelah itu terdengar suara orang muntah dan air mengalir.

Semuanya berpandangan.

Kachou muncul dalam keadaan lebih mengenaskan. Pucat pasi, gemeter, terlalu lemah untuk berdiri sampe harus dipapah Sungmin. Dibelakang mereka muncul Eeteuk dengan wajah yang tidak kalah pucat.

“Ranti!” Heechul buru-buru menyambut dan memapah Kachou ke sofa setelah sebelumnya menendang minggir Hankyung. “Hyung! Kamu apain Ranti?! Sungmin! Ranti kenapa?!”

“Diem Hyung, jangan ajak aku ngomong dulu.” Sungmin mengangkat tangannya.

“Kalian semua...” Kachou menunjuk Chounan, Choujo dan Koujosa. “Potong gaji.”

-BRUK-

Kachou pingsan.

“PYON!!!” histeris semuanya.

“Ranti! Bangun! Ranti kenapa?!” Heechul panik.

“Pyon! Nggak adil ah! Kenapa tiba-tiba potong gaji?!” Koujosa ikut panik meskipun karena alasan yang berbeda.

“Kali ini.” Suara Fukuka datang dari arah kamar mandi. Semua menoleh ke arahnya. “Gue setuju sama Pyon.” Katanya sebelum ambruk ke lantai, ikut pingsan.

-BRUK-

“YOLIIIIIIIIIII!!!”

“Sungmin! Ini coba dijelasin pada kenapa!” tuntut Chounan.

“Tapi, kalo aku ngomong nanti ak-hoek!” Sungmin buru-buru lari ke kamar mandi. Semua memelototi Eeteuk.

“Teuk?”

“Teukie-Hyung?”

“Hyung?”

“Eeteuk?”

“JUNGSU-AH???”

Eeteuk menggeleng. “Jangan tanya aku, aku juga...”

-BRUK-

Eeteuk ikut pingsan.

YEY!

Tinggal dua chapter lagi... (^.^)v

fanfact

Previous post Next post
Up