Eternal First Love.[2/?]

Sep 22, 2010 17:05

[Warning: Girl taemin and key!]

=================================================================

Aku menoleh kearah Minho, aku tidak mengerti apa yang dia katakana, dia menarikku, lantas aku mengikuti ke arahnya, aku masuk dalam mobil.

“Aku tidak dapat berhenti memikirkan mu”

Aku hanya tersenyum sambil tersipu, aku termakan rayuan seorang lelaki.

Ketika mobil berjalan, aku mendengar suara aneh dari belakang mobil, saat kulihat kebelakang, ternyata kaca mobil bagian belakang pecah, dan Minho menutupinya dengan plastic, lalu aku tertawa cekikikan setelah melihat itu.

Dia menoleh ke arahku sambil tersenyum “Lihatkan, aku tidak ke bengkel, aku memikirkanmu”

“Memang apa yang sudah terjadi sampai mobilmu begini?”

“Tadi aku meninggalkan koper kerjaku di mobil saat aku mengantarkanmu ke dalam kelas, mungkin para pencuri mengira itu koper berisi uang, padahal di koper itu tidak ada isinya sama sekali”

“Aishhh… sudahku bilangkan, kau tak perlu mengantarku sampai ke kelas, aku bukan anak kecil lagi, lihat kan sekarang, mobilmu jadi rusak”

“Sudahlah, tak ada yang perlu di salahkan” ia menatapku sambil tersenyum.

Selama perjalanan kami tidak bicara apa-apa tidak seperti biasanya. Mobil Minho pun sampai di depan apartemenku, aku beranjak turun dari mobil dan Minho pun mengikuti ku, ketika aku akan mengucapkan selamat tinggal kepadanya, tubuhnya sudah ada di belakangku, ketika aku menatapnya wajah kami berdua begitu dekat, aku dapat merasakan hembusan nafasnya di pipiku, aku dapat merasakan ujung hidungnya menyentuh ujung hidungku, lalu bibirnya menyambar bibirku, dengan bodohnya aku menyambut bibirnya, lidahnya mulai membuka gigiku yang semula terkunci dengan rapat, aku merasakan jiwaku yang melayang. Ketika aku sadar aku menghepaskan tubuhnya.

“Tenang saja aku tidak akan memakanmu”.

Aku tidak menjawab apa-apa, aku telah memberikan ciuman pertamaku kepada laki-laki playboy ini, rasanya aku ingin menangis, aku meninggalkannya tanpa mengatakan sepatah katapun, aku berlari menuju kamar apartemenku, aku melihat Mei sedang duduk di sofa, tapi aku tidak menghiraukannya, aku langsung masuk kamar dan merebahkan tubuhku di kasur, aku memendam wajahku ke dalam bantal, aku tidak ingin ingat lagi akan kejadia bodoh yang telah aku perbuat tadi. Mei masuk ke kamar dan duduk di sampingku, ia mengelus rambutku “Kenapa, ada apa ini?”.

Aku menatap wajahnya lalu memeluknya “Aku kehilangan ciuman pertamaku”.

Mei tertawa terbahak-bahak “Bagaimana ciuman pertamamu dengan Mark?”

Aku tidak menjawab pertanyaannya, dia tidak mengetahui apa-apa hubunganku dengan Park Minho, ia mengira aku berpacaran dengan Mark.

“Sudahlah, kau tidak perlu memikirkan tentang itu, karena cepat atau lambat, pasti kau akan kehilangan ciuman pertamamu”

Aku hanya memonyongkan bibirku tanpa menjawab apapun.

“Mei, bolehkah aku bertanya?”

“Ya bertanya saja, tampaknya masalah serius ya?” jawabnya sambil meneguk segelas minuman keras di tangannya.

“Bagaimana hubunganmu dengan Park Minho sekarang?”

Lalu Mei menatapku, wajahnya yang mulanya senang lalu berubah drastic seperti yang akan mengamuk “Aku sudah tidak berhubungan apa-apa lagi dengan laki-laki brengsek itu”

Aku menganggukkan kepala, seolah aku mengerti semuanya.

“Ada apa kau bertanya seperti itu? Kau menyukai laki-laki brengsek itu”

“Tidak, aku hanya bertanya”

“Baguslah jika begitu, jangan mau termakan rayuan maut laki-laki itu”.

Mungkin ada benarnya juga ya, aku seharusnya tidak termakan rayuan Park Minho, pikirku selintas, tapi aku tidak ingin banyak berpikir tentangnya hari ini, aku langsung tidur.

Ketika malamnya aku terbangun, aku mencari Mei, tetapi dirinya tidak ada, sudah aku pikir ia pasti menghabiskan malam bersama pacarnya, lalu aku mendengar suara ponselku berdering, aku mengangkatnya.

“Halo”

“Taemin! kau tidur ya? Aku akan membawakanmu sesuatu”

Aku terkejut mendengar suara Minho dari ponselku.

“Aku sedang bersama Mei, aku sedang tidak ada di apartemen”

“Jangan bodoh, aku sedang di depan pintu apartemenmu, bahkan aku dapat mendengar suaramu dari balik pintu”

Aku mematikan ponselku lalu dengan terpaksa aku berjalan untuk membukakannya pintu.

Aku menatapnya, ia membawa sesuatu di tangannya, kantong plastic, aku dapat mencium bau-nya.
”Aku membawakan makanan khas Korea kesukaanmu”

Aku meraih kantong itu, lalu aku mencium aroma makanan itu, rasanya liurku akan tumpah semuanya, semenjak aku tinggal di Kanada, aku sangat kesusahan mencari makanan khas Korea, walaupun ada Restoran Korea disini, tetapi selalu penuh dan harganya sangat mahal.

“Itu sudah agak dingin, lebih baik kau hangatkan”

“Terima kasih” kataku sambil mengecup pipinya, aku melihat wajahnya menjadi merah seperti tomat, aku pun tertawa melihat reaksinya. Aku langsung ke dapur, mengambil Panci untuk menghangatkan makanan ini, lalu Minho mengikutiku, ia mengambilkan celemek untukku, dan memasangkannya untukku,  ketika ia mengikatkan celemek itu di pinggangku “Tubuhmu bagus juga ya”

Aku tertawa terkikih “Untuk apa memasangkanku celemek? Aku tidak memasak, aku hanya menghangatkan makanan”

“Ahh tidak, aku hanya tidak ingin bajumu itu jadi kotor”

Lagi-lagi aku tertawa karenanya.

Aku menuangkan makakan itu kedalam mangkuk, lalu aku memakannya, walaupun masih panas, rasanya lidahku sudah sangat rindu akan makanan khas kampong halamanku. Minho hanya senyum ketika melihatku makan, seolah sedang melihat pertunjukkan badut.

Ketika aku selesai makan makanan itu, aku merasakan sakit perut, seperti  ada sesuatu yang melilit di perutku.

“Makanya, kalau makan jangan buru-buru, makanan itu hanya untukmu, jika kau mau lagi, aku akan membelikannya untukmu”

Aku mencubit pipinya “Ahh diam kau, pasti kau ingin tertawa melihatku sakit begini”.

Dia tertawa seperti yang sudah kuduga..

“Bagaimana sambil menurunkan makananmu ke lambung, kita berjalan-jalan ke taman sambil menikmati malam?”

Aku menganggukkan kepalaku, pertanda aku setuju dengan idenya. Aku hanya mengambil jaket yang tidak terlalu tebal, aku kira malam ini tidak terlalu dingin, tapi sampai di taman, badanku semua seperti merinding karena dingin yang menyengat hingga tulangku. Minho mebukakan mantelnya, lalu ia memakaikannya padaku.

“Bagaimana jika kamu kedinginan?”

Dia tersenyum “Aku tidak membutuhkan kehangatan selama kau masih disebelahku”

Setelah mendengar itu, wajahku serasa panas karena tersipu malu. Kini, wajahnya mendekat ke wajahku, aku tahu apa yang dia cari, Dia mencium bibirku, kali ini aku benar-benar menyambut bibirnya, aku benar-benar merasakan jiwaku yang melayang, melayang di tengah malam yang dingin ini, ciuman kami begitu hangat di tengah malam  yang dingin ini.

2min

Previous post Next post
Up