A (slash) love story and three gay roles

Feb 26, 2012 18:48


A (slash) love story and three gay roles

Selalu ada entry tentang Object of My Affection di eljay saya, dan kali ini yang kena bahas adalah James Edward Franco. Dia aktor, kadang sutradara, sesekali nulis review film, dan tukang sekolah (karena kuliah di 3 universitas). Saya udah rada ngelirik sejak dia di Green Hornet, mulai naksir dia di 127 Hours, dan kasmaran sejak baca tulisan dia (review film The Artist dan Puss in Boots) di Paris Review. Tapi kali ini saya cuma mau membahas film-film yang posternya saya pajang di bawah ini.


 
 



*


Pineapple Express

Film komedi aksi ini diawali dengan gambar hitam putih. Dikisahkan ada eksperimen tetang efek Item 9 terhadap manusia. Disimpulkan bahwa Item 9 dinyatakan dilarang karena efeknya merusak kewarasan otak manusia. Cerita melompat ke puluhan tahun kemudian, memperkenalkan Dale Denton (Seth Rogen), seorang kurir surat panggilan pengadilan yang pacaran dengan anak SMA. Sepulang kerja dan ketemu pacar di sekolahnya, Dale mampir membeli ganja ke Saul Silver (James Franco). Dari adegan ini udah ketahuan keakraban Saul dan kliennya itu. Saul menjual narkoba yang terbaik (“smell it, it’s like God’s vagina”) dan langka (“it’s really rare, smoking it like killing a unicorn…with like an atom bomb”) yaitu Pineapple Express, hanya pada Dale, sedangkan yang lain hanya diimingi ganja kelas sedang dan nggak diajak duduk, nonton tivi dan nyimeng bareng. Pokoknya Dale itu klien istimewa deh.

Lalu Dale pamit buat nerusin kerja, dan dilepas dengan berat hati oleh Saul. Klien Dale kali ini adalah Ted Jones. Tapi sebelum bertemu Ted Jones, Dale malah menjadi saksi pembunuhan yang dilakukan Ted dan seorang polwan. Panik, Dale kabur dari TKP. Ganja lintingan Pineapple Express sampe jatuh dan dikenali oleh Ted. Ya iyalah, dia kan pemasok Pineapple Express. Dale yang sadar soal itu langsung mengajak Saul kabur, karena dia yakin Ted pasti menghubungkan Saul (satu-satunya pengedar Pineapple Express di kota itu) dengan dia. Saul yang di sepanjang film ini teler melulu, awalnya nyantai aja. Tapi setelah sadar, dia iku panik. Masih pake celana piyama, hanya berbekal duit 75 dolar dan ganja satu tas, mereka kabur entah ke mana.

Euh, tepatnya ke hutan sih. Dari sejak mereka nggak sengaja bermalam di hutan, gebuk-gebukan konyol dengan Red (bandar penghubung Saul dengan Ted), terjebak perang narkoba antara kelompok Ted dan geng Asia, meluncurlah berbagai adegan aksi konyol dan dialog lucu. Dan tak lupa, momen-momen mesra Saul dan Dale XDD Eh, lalu apa hubungan antara adegan awal yang hitam putih itu dengan keseluruhan cerita? Well, Item 9 adalah Pineapple Express, dan bunker tempat eksperimen itu kemudian dipake kelompok Ted untuk membiakkan berbagai jenis ganja (yang bikin Saul mupeng bagai fanboy ketemu idolanya :p). Tapi itu nggak bakal saya bahas dong. Karena fokus entry ini adalah seperti kata James Franco:




Yap.

Di hutan, waktu Saul lari ketakutan setelah berhalusinasi melihat sesuatu, dia teriak “Dale! Save me, Dale!” Waktu berantem ama Red, dia juga gitu. Bener-bener uke sih banget sih James, eh Saul ini. Hahaha. Lalu masih di hutan, Saul bilang kedinginan, dan Dale langsung memakaikan jasnya untuk menghangatkan tubuh Saul. Awawaw co cuwiiit! Dan yang gak kalah lucu, waktu Saul menggambarkan keakraban dia dengan Red.

"And we're, like, mad fucking tight, man. One time, he got this girl...to give me a hand job, like, within five minutes of meeting her. It was like, "I don't even know your name, whoa."

lalala trus "Fucking hand job, Dale. Imagine if I gave you a hand job."

Wakakakak! Diterima dong, Dale! Hand job gratis dari James Franco tuh XDD Eh Saul Silver :p

Slashy moments masih bertebaran doooong. Salah satunya waktu Dale mau menepati janji dateng makan malam di rumah Angie (pacarnya) plus memperingatkan pacarnya buat nyari perlindungan dari terror Ted. Di pohon, Dale dan Saul mengenang hubungan mereka sebagai bandar dan pembeli narkoba.

Dale: I gotta say, I've had, like, a lot of weed dealers in my day. You're the coolest I've ever had. They were all dicks.

Saul: Really? Thanks, man.

Dale: No problem.

Saul: I really appreciate it. That means a lot to me. It's, like, you're the first guy that I ever sold to that I became friends with. They say, like, "Don't dip the pen in company ink." I'm totally glad I dipped in your ink, bro.

Ahaaay! Saul terang-terangan nembak Dale! <3

Dan puncaknya tentu saja di adegan penyelamatan Saul.







...dan...




Oh yeah!

Semua gifs dan screen caps saya comot dari  sini dan sini. Kalo mau baca uraian lengkap ‘teori’ pairing Dale/Saul, silakan baca post yang di lj ini. Ada 3 bagian, dan lengkap banget. Ada screen caps adegan Dale nyium tangan Saul (“Saul, wake up. Oh, sweet Saul”), blooper-nya dengan tangan James mainan selangkangan Seth (OHMAIJASHIN!), dan alternate ending di mana Dale dan Saul diberondong peluru, trus tangan Dale mencari tangan Saul untuk digenggam (awwwwww~!).

Di luar film Pineapple Express, hubungan James Franco dan Seth Rogen sepertinya memang dekat. Mereka memang pernah main bareng di serial tivi Freaks and Geeks, waktu James masih muda (dan belum seganteng sekarang) di awal karirnya.




Adakah bromance di antara mereka? Entahlah. :P tapi yang jelas, Saul adalah karakter paling menarik di Pineapple Express. Konyol sekaligus seksi (ehem). Beda banget dengan James Franco di film-film lain.

Oh ya, ada satu lagi video lucu Saul dan Dale nonton film-film yang -menurut mereka- seharusnya menang Oscar. Simak ekspresi mereka waktu nonton adegan ciuman James Franco dan Sean Penn di film Milk. Ahahahha…
link:

Dan sekarang saatnya membahas film Milk, Howl dan The Broken Tower. Apa kesamaan antara ketiga film itu? Yap. James Franco berperan jadi gay di sana. So pasti ada adegan gay kissing dong. Tapi konon, ciuman pertama Franco di kamera adalah di film Blind Spot. Dan…dengan cowok. OTL



  


Ada satu kesamaan dari peran-peran gay yang dimainkan James Franco di tiga film ini. Dia memerankan tokoh yang benar-benar ada, bukan fiktif. Apakah faktor itu jadi salah satu pertimbangan dia untuk menerima peran-peran itu? Entahlah.

*

Milk

Harvey Milk (Sean Penn) adalah pejabat public pertama yang mengaku gay. Bukan jadi pejabat dulu baru ngaku gay lho. Dia memang dari awal membangun konstituen kaum gay duluan, baru mengajak kalangan lain. Setelah berjuang dalam kampanye dan melawan serangan kaum konservatif yang homophobic, Harvey Milk berhasil menembus kantor pemda San Francisco. Perjuangan tentu saja belum berhenti. Dia masih terus berjuang mencari sekutu di kalangan pejabat pemda, menjual isu dan berkompromi atas isu yang bisa didukung oleh konstituen gay-nya. Ini salah satu yang disindir oleh Scott Smith (James Franco) sebagai ‘bagian dari mesin’, padahal awalnya dia menjual slogan semacam ‘Harvey Milk melawan mesin’.

Scott Smith adalah mantan pacar Harvey Milk. Di awal film ini, mereka bertemu, pacaran, pindah ke San Francisco, buka toko di Castro Street, dan memulai gay movement di sana. Tapi Scott yang bukan aktivis lama-lama lelah dengan kehidupan berkampanye. Dia pun meninggalkan Harvey. Tapi kayaknya Scott dan Harvey ini pasangan sejati. Walau sudah berpisah, Scott sesekali masih mendatangi acara tim kampanye Harvey dan memberi dukungan. Kawan-kawannya juga lebih suka Scott daripada pacar baru Harvey, Jack (Diego Luna). Scott lebih dewasa dan pengertian, sedangkan Jack kekanakan dan posesif. Scott juga menyayangkan kenapa Harvey memilih pengganti seperti Jack. Harvey berkilah, “aku sudah tua. Kapan lagi ada anak muda dan tampan seperti Jack yang mau memeluk orang tua dan jelek seperti aku? Kalau aku pulang, dia tidak ngobrol macam-macam. Dia cuma ingin bercinta.” Jyah. Dasar laki-laki. Lol.

Hubungan Scott dan Harvey ini maniiis loh. Dan tentu saja dilengkapi adegan ciuman mesra yang -kalo kata infotainment- cukup menghebohkan pemerannya. Sean Penn langsung sms mantan istrinya, Madonna, setelah sukses beradegan ciuman dengan James Franco. Sedangkan James, langsung disalami kru film dan dikomentari “that was a great kiss!” setelah ciuman 2 menit itu. Whoaaa. Lalu masih kata James Franco, setelah sukses shooting adegan ciuman itu, sutradara Gus Van Sant memberi perubahan pada script. James bengong membaca naskah baru itu. Karena di situ dia harus beradegan ranjang dengan Sean Penn. Full love scene. Yay~ James keberatan, tapi kata si sutradara, adegan itu diusulkan oleh Sean Penn. Ohmaigaad! Sean Penn yang mintaaaa? #pingsan

Saya gak tahu apa adegan itu direalisasikan di film, karena saya nonton versi VCD original yang udah kena sensor LSI. :( Yang jelas, akting James Franco sebagai gay di sini cukup meyakinkan. Kayaknya Scott ini gay yang maskulin, beda dengan gesture Harvey, Jack, atau Phoenix yang kadang rada gemulai. James dapet penghargaan Independent Spirit Award sebagai peran pembantu pria terbaik di film ini. Panteslah. Rasa sayang pada Harvey, kesal pada aktivis kampanye, atau sedih atas kematian Harvey, ditunjukkan dengan natural. Tapi karena saking bagusnya akting Sean dan James, saya jadi nggak tega T__T Sean, kok mau sih nyium James? James, kok mau-maunya sih mesra-mesraan ama Sean Penn? O.o

Sebagai penutup ocehan tentang film Milk, saya mau curhat dikit. Di film ini, jatuh cinta kok terasa mudah ya. Ketemu Scott di subway, kenalan, ngajak pesta ultah, dan ciuman. Belum sampe tengah malem, mereka udah ngeseks. Kenalan ama Jack di pintu toko, dan tak lama kemudian udah telanjang di ranjang. Ewww~! Segampang itukah? Sebagai penulis amatiran dan abal-abalan, saya sering nyari-nyari alasan kenapa si A suka pada B, dan memberi pengantar lumayan panjang dulu sebelum A dan B sepakat naik ranjang. Walau tulisan saya lebih sering gagal siiiiih, tapitapitapiiiii… jatuh cinta itu butuh proses kaaan? Walaupun ada cinta pada pandangan pertama, tapi saya lebih suka orang yang jatuh cinta itu menganalisa dulu apanya si dia yg bikin jatuh cinta, mencari-cari logika dulu di situ, kalo perlu pake menyangkal dulu, trus blablabla…baru deh menerima kenyataan kalo dia jatuh cinta.

*

Howl

Konon sebelum shooting Milk selesai, James udah ditawari main di Howl. Berperan sebagai gay lagi. Dan james setuju. Yay~

Howl adalah judul puisi ciptaan Allen Ginsberg. Film ini memang menceritakan kehidupan Allen Ginsberg, penyair beat generation yang gay. Narasi film ini berupa adegan wawancara dengan Ginsberg seputar pengadilan atas kasus gugatan terhadap buku Howl and Other Poems karyanya. Allen Ginsberg sendiri tidak dihadirkan di persidangan, karena yang disidang adalah penerbitnya. Buku itu digugat karena puisi-puisi di dalamnya dianggap tidak senonoh, cabul, dan oleh karena itu tidak boleh diedarkan bebas. So, di film ini kita melihat empat kelompok adegan. Ada gambar berwarna pada adegan pengadilan dan wawancara Ginsberg, dan gambar hitam putih pada cerita kehidupan Ginsberg. Termasuk di gambar hitam putih itu adalah adegan dia membacakan puisi-puisinya, dilengkapi dengan visualisasi animasi berwarna. Dengan adanya animasi yang dinamis itu, saya yang lelet soal memahami puisi jadi terbantu. Selain itu, intonasi James waktu membacakan puisi-puisi itu juga cukup terasa beatnik kok << ini komen sotoy level 9000.

Eh lalu apa hubungannya gay dengan semua itu? Oh, ada dong. Di awal, itu udah tersurat dari pengakuan Ginsberg, bahwa dia menulis puisi karena jatuh cinta pada Jack Kerouac (…that if I actually admitted and confessed the secret tenderness of my soul in my writing, he would understand nakedly who I was). Dan Allen terinspirasi untuk mengungkapkan perasaannya dengan gayanya sendiri, tidak lagi berusaha mengikuti ‘pakem’ berpuisi dan berima dari ayahnya. Gaya beatnik memang nggak terpaku pada bentuk ‘formal’, tapi mengalir saja seolah tangan yang memerintahkan apa yang mau ditulis. Sedangkan Allen sendiri bilang, “there’s no beat generation…just some guys trying to get published.” Oke lanjut ke hubungan gay dengan puisi Ginsberg. Pada akhir film, Allen menyitir dan mengomentari baris-baris puisinya:

"Who blew and were blown by those human seraphim, the sailors, caresses of Atlantic and Caribbean love," it was an acknowledgement of the basic reality of homosexual joy.

Jadi begitulah. Puisi adalah sarana Allen Ginsberg untuk bilang ke dunia, “I’m gay.” Lalu gimana dengan kehidupan cinta Allen? Awalnya mengenaskan sih. Jatuh cinta pada Jack Kerouac, tapi nggak ditanggapi. Jack dan Allen berdansa dengan cewek, tapi yang lebih sering dilirik Allen adalah Jack. Walau fokus ke pasangan dansanya, sesekali Jack masih tebar pesona ke Allen. Tapi dia tetep nggak doyan cowok. Patah hati terjadi berkali-kali lagi karena Allen selalu jatuh cinta pada cowok straight. Sempat dia dirawat di rumah sakit jiwa karena menghindari polisi (lol), dan baru dianggap sembuh setelah berjanji akan menjadi heteroseksual. Kehidupan cintanya sempat berubah sedikit cerah ketika dia berkawan dengan Neal Casady, yang menurut dia punya ribuan wanita. Ada adegan dia dan Neal terpaksa berbagi kasur sempit. Allen gelisah karena harus sedekat itu dengan cowok yang diam-diam ditaksir. Neal menangkap kegelisahan itu dan memeluk dia. Ahem. Lalu adegan berikutnya, di suatu siang, Neal dan Allen berdekatan seperti mau berciuman. Tapi Allen langsung mengincar ‘menu utama’ (lol), berlutut dan membuka ikat pinggang Neal. Uhukuhuk. Saat itulah, istri Neal pulang. Rencana Allen menikmati first gay moment-nya batal deh. Udah gitu, Neal pergi dan meninggalkan surat yang isinya “We shouldn't consider ourselves lovers. I'm distracted with the wife, as much as I love you.” Oh kasihaaan… Ketika dia bertemu Peter, pacar pertama dan terakhirnya, barulah dia merasa “the heavens showered with gold.”

Sekarang kembali ke fangirling James Franco. Di film ini saya melihat aktingnya kayaknya lumayan. Mungkin ada miripnya dengan Allen Ginsberg, entahlah. Tapi dari gaya bicaranya yang kadang gagap, sikap duduk yang cenderung bungkuk, dan penampilan yang rada nerd gitu, udah cukuplah membedakan dia dari peran-perannya di film lain. Lalu gimana dengan perannya sebagai gay? Hmmm… kalo di Milk dia sukses menampilkan ciuman panjang yang manis, di Howl dia cuma ciuman sekali dengan Aron Tveit (pemeran Peter). Tapi dia nyaris ngasih blow job loh... ;p Jadi yaaah, ada kemajuan deh. Hahahahaha…

*

The Broken Tower

The Broken Tower adalah film tentang Hart Crane, seorang (lagi-lagi) penyair gay (lagi??!) Amerika. Film ini ditulis dan disutradarai sendiri oleh James Franco. Dia juga yang menjadi Hart Crane dewasa, sedangkan Hart Crane remaja diperankan oleh Dave Franco, adik kandungnya.

The Broken Tower terbagi dalam 15 bagian, tiap bagian dijuduli Voyage dan nomor urutnya. Seperti fic kumpulan drabble gitu lah. Bagian yang diperankan Dave adalah Voyage I, di mana Hart remaja mencoba bunuh diri, ortunya berpisah, dan dia mengganti nama dari Harold menjadi Hart. Kayaknya si abang lumayan baik lah, adiknya enggak disuruh ciuman dan beradegan seks dengan cowok. LOL.

Kalau deskripsi saya tentang Voyage I itu terasa nggak jelas dan padat, yah karena memang begitulah narasi film ini. Bahkan dalam satu Voyage (bagian) saja, narasinya loose. Apalagi ketika seluruh Voyage disatukan dalam film. Tidak terlihat upaya untuk merekatkannya menjadi kesatuan yang utuh dan nyaman ditonton sampe akhir. The Broken Tower terasa seperti nasi yang pera, yang kalau kita genggam butir-butirnya akan cenderung melepaskan diri. Iyaaa sih, memang cocoknya dijadiin nasi goreng. Tapitapi… nasi pulen kan jauh lebih enak. :P Saya kadang bisa menikmati gaya bercerita film-film Eropa, yang nggak kayak film Amerika yang runtut (dan kebanyakan linier). Tapi kalo film ini mencoba gaya itu, kayaknya gagal deh. Dan kalaupun mencoba puitis, euh…masih gagal.

Satu lagi, film ini terlalu James Franco-centric. Entah apa alasannya: karena biayanya minim, atau karena maunya menonjolkan Hart Crane saja, atau karena kurang bahan tentang tokoh-tokoh lain? << serba suudzon. Kamera berfokus menyorot James melulu, bahkan di adegan dia membaca puisi. Persis seperti video ortu yang merekam penampilan pertama anaknya di panggung. Isinya bener-bener cuma James doang! Tidak seperti di Howl. Okelah, nggak perlu pake animasi atau adegan lain sebagai bantuan visualisasi. Tapi setidaknya dilihatin dong ekspresi penontonnya, atau apa kek, jangan si James melulu (walau ganteng sih).__.

Dari penceritaan yang seperti itu, diperparah dengan gak ada subtitle (jadi hanya mengandalkan kuping), saya menangkap kisah Hart Crane begini:

Hidup Hart Crane nggak bahagia. Ortunya berpisah waktu dia remaja. Dia merasa nggak punya kemampuan lain selain menulis. Dia sempat menjadi copywriter di perusahaan iklan. Puisinya juga pernah dibukukan dan diterbitkan. Tapi berpuisi tidak bisa menghidupi dirinya. Dia memang nggak kelihatan lusuh dan miskin. Dia hidup berpindah-pindah, dari New York, Kuba, Meksiko, Paris, tanpa status pekerjaan yang jelas. Ayahnya menyerah, nggak bisa mengarahkan dia pada kehidupan pria dewasa pada umumnya: punya sumber penghasilan yang bisa menopang hidupnya sendiri. Dia nggak betah bekerja kasar di perusahaan ayahnya, sedangkan ayahnya menganggap dia nggak mampu bekerja di posisi selain itu.

Kehidupan cintanya tampaknya lancar-lancar saja. Dia bisa memikat lelaki mana saja yang dia mau. Digambarkan dia ketemu cowok di perpustakaan di Paris, dan satu menit kemudian dia udah ciuman dengan cowok itu, on the spot. Hawrrrh. Nggak jelas siapa pasangan tetapnya, karena karakter yang punya nama di film ini cuma tujuh (udah termasuk Hart remaja dan dewasa, bapak dan ibunya), dan nggak satupun yang jadi pacar Hart. Tapi pada akhirnya, sehebat apapun pesona Hart, pasti ada juga yang kebal. Menjelang akhir film, digambarkan Hart dekat dengan wanita. Tapi kayaknya nggak berlangsung lama, dan dia nggak kelihatan menikmati hubungan itu. Lalu ada adegan Hart, dengan pesona mautnya, mendekati seorang pelaut. Kayaknya dia ada fetish ama pelaut kali’ yaaa (karena adegan mesranya dengan pelaut). Tapi kali ini, dia dihajar oleh teman-teman si pelaut. Mungkin pelaut itu straight dan homophobic. Mungkin. Bagaimana akhir hidup Hart Crane? Antara Anda meng-google sendiri dan saya mbocorin ending film ini gak ada bedanya kan? :P Yeah, seperti yang sudah bisa diduga. Hart punya kecenderungan ingin bunuh diri. Itu udah kelihatan di masa remaja. Di film ini, total ada 3 kali percobaan bunuh diri. Yang sukses tentu saja yang terakhir dong…

Saya melihat James Franco di sini biasa aja, hampir sama dengan James Franco di acara talk show, misalnya. Apakah karena kepribadian Hart memag mirip James? Entahlah. Dia nggak menarik sih di film ini -_- Dan bagaimana dengan perannya sebagai gay? Hmm… Kalo di Milk dia berani ciuman hot, di Howl mau membuka ritsleting celana cowok (walau gagal :p), di The Broken Tower dia berani:

1) blow job dengan disorot nyaris close-up, dan 2) adegan ranjang lengkap. Bener-bener ‘kemajuan’hebat kaaaan? OTL OTL

*

Dari penampilan James Franco di empat fim itu, di film yang mana yang paling menarik? Pineapple Express, tentu! Soal ide slash dan penyampaiannya, di film mana yang paling menarik? Tetep Pineapple Express! Saya suka hints yang bertebaran di sekian adegan dan dialog konyol, dan proses membangun hubungan cinta. Well, sebetulnya nggak jelas-jelas ada pernyataan bahwa Saul dan Dale jadi sepasang kekasih, atau bahwa mereka homo. Biarkan otak slash saja yang bicara. Hehehe…

James Franco sudah 3 kali berperan jadi gay. Kayaknya dia menikmati berperan jadi gay ya… apa dia gay? Yeah, dia udah terbiasa menghadapi rumor itu. Dia bilang bahwa dia “not gay, not bisexual. I’m plainly straight, just happen to be able to play gay role convincingly.” Puas? Puaaaas?

Well, kalo kata saya sih: dia pasti pernah make out dengan cowok. Atau setidaknya pernah kepikiran untuk itu. Kalo enggak, ngapain dia bikin adegan blow job, di-close up pula? Kenapa dia nggak ganti adegan lain aja yang tidak se-gay itu? Atau setidaknya menyorotnya dari jarak yang rada jauh, atau dari sudut lain, gituuuu?

Atau setidaknya, dia cuma seorang fudanshi.

XDD

howl, james franco, milk, review, the broken tower, film, fangirling, boys love, pineapple express, slash

Previous post Next post
Up