Bagaimana Rasanya Cinta?
Multichapter
Morita, Abe, Aramyu
PG13
Disclaimer: Saya tidak memiliki apapun, Morita milik keluarga nya dan Abe juga milik keluarganya
Summary: Gimana ceritanya kalau adiknya Myuto bertemu adiknya Aran dalam satu takdir
Catatan: Saya bikin ini sesederhana mungkin, semurah mungkin, sepicisan mungkin, seterlalu maksa mungkin. Ga tau nama adik2nya Myuto dan Aran jadi ya mungkin disitu agak aneh, berusaha bikin ff ini senormal mungkin tapi tetep aja jadinya ga normal huks, silakan nikmati seadanya....
Jam 12 siang
“Onii...” ‘dok dok dok dok’ suara pintu diketuk dari luar dengan keras terdengar
Tak ada jawaban dari dalam
“Onii...” ‘dok dok dok dok’ Sekali lagi seseorang mengetuk pintu kamar
“Senpai... Adik mu manggil tuh..” Aran berbisik, mata nya masih menutup dan ia belum bergerak, masih didalam dekapan Myuto
‘dok dok dok’ Pintu masih diketuk
“Myuto-kun” Aran menyentuh pipi Myuto. Myuto yang sedari tadi sebenarnya sudah bangun, mau tak mau akhirnya membuka matanya
“Adikmu manggil tuh” Ulang Aran
“Onii...” Panggil adiknya dari luar kamar
Myuto bangun dari tidur nya, meninggalkan Aran yang masih berbalut selimut di kasur nya, membuka pintu dan mendapati adiknya berdiri di depan pintu
“Hari ini kan libur, aku mau tidur sampai siang nih” Itu hal pertama yang Myuto ucapkan saat bertatapan mata dengan adiknya.
Adik Myuto, kelas 1 SMA, bertubuh lebih besar dan hampir sama tinggi dengan kakaknya, mengintip ke dalam kamar Myuto, mendapati ada Aran di sana. Ia menghela nafas, kakaknya sudah tidak seperti dulu yang selalu menyayanginya, sekarang ada orang lain yang menggantikannya.
“Aku Cuma mau bilang aku mau ke toko buku, makan siang kalian ada di kulkas tinggal dipanaskan di microwave” Adiknya mencoba tegar, beberapa waktu yang lalu ia masih bisa manja-manjaan pada kakaknya, sekarang ia merasa mereka makin jauh
“Hai hai hai, itterashai, udah? Itu aja? Ngerti kok..” Hanya itu jawaban Myuto. Padahal dulu, jangankan pergi ke toko buku, untuk melepaskan diri dari pelukan Sang Kakak pun adiknya tak mampu, pergi kemana Myuto yang sayang pada adiknya itu.
Diperjalanan menuju toko buku, adik Myuto yang lima tahun lebih muda itu melamun, mengingat-ingat lagi hari-harinya bersama kakaknya
“Bukannya aku pengen terus dimanja, aku juga merasa mulai harus bisa mandiri, tapi kenapa tetap saja rasanya sepi” Bisiknya dalam hati
“Kakak sekarang sudah punya seseorang yang benar-benar dicintai nya, apa mencintai seseorang bisa membuatnya melupakan hal yang lainnya ya, bagaimana rasanya...” Pikirnya disepanjang jalan.
---------------
“Aaaarrrrggghh!!! Uuugghhh... Seeedddiiikkkkiiittt lllaaaggggiiii...” Seorang remaja dengan tinggi yang biasa-biasa saja mencoba meraih sebuah buku yang berada di rak paling tinggi, ia sudah mengangkat kakinya setinggi mungkin dan tangannya direntangkan sepanjang mungkin, ujung jarinya berhasil meraih ujung buku yang ditujunya, tapi hanya sampai situ usahanya “Ayolaaaahhh!” Ia berbisik pada dirinya sendiri
“Eeenngggg...” Adiknya Myuto, yang melihat kejadian ini mendekati remaja yang sedang kesulitan itu “Mau ku ambilkan?” Tanya nya. Sejenak ia teringat Myuto lagi, waktu ia belum setinggi sekarang, Myuto selalu membantunya mengambilkan sesuatu dari tempat yang tinggi
“Ah, iya, terimakasih, tolong, yang itu” Remaja lelaki itu menunjuk buku yang ia maksud. Adiknya Myuto mengambil dan menyerahkannya
“Terimakasih” Remaja itu tersenyum
Adik Myuto terkejut melihat senyuman itu “Mirip kodok...” Pikirnya
“Bukunya tigaribuduaratus yen” Kasir toko buku tersenyum pada remaja berwajah kodok di hadapannya, yang segera membuka dompet dan “Aaaaaaa....” Dompetnya jatuh, isinya berhamburan “Yabbeeeee...” Bisiknya lalu mulai mengumpulkan lagi apa yang terjatuh
“Daijyobu?” Adik Myuto langsung membantu nya, ia berdiri beberapa baris dibelakang si remaja kodok dan melihat kejadian ini
“Ah, hai, daijobu desu, suimasen” Remaja itu memunguti satu demi satu uang yen yang berhamburan . Adik Myuto membantunya, ia teringat lagi, kadang-kadang Myuto juga suka ceroboh, ketiduran di kamar mandi, menjatuhkan vas bunga ibu mereka, atau lupa makan siang ada di kulkas dan malah pesan makanan cepat saji. “Sudah semua?” Tanya nya pada si remaja wajah kodok “Sudah.. Maaf ya...” Ia berdiri lalu melanjutkan transaksi pembayarannya. Adik Myuto berbalik kembali ke antrean nya
“Ah, ano... Eto... Terimakasih lagi ya...”
Adik Myuto hanya mengangguk
“Em... Yappari...” Sambung Si Remaja Wajah Kodok “Boleh ku traktir ga? Hari ini kamu sudah dua kali bantu aku”
Cafe kecil tak jauh dari toko buku
“Sekali lagi terimakasih ya, sudah bantu aku tadi, dua kali lagi” Si Remaja Wajah Kodok tersenyum riang pada laki-laki yang baru dikenalnya beberapa jam yang lalu
‘Kenapa dia terlihat sangat senang’ Pikir adiknya Myuto
“Eh, ehhmm.. Namamu siapa?” Tanya Si Remaja Wajah Kodok
“Morita” Jawab adiknya Myuto singkat
“Aaaa... Ore, Abe”
Morita hanya mengangguk
“Kelas berapa?” Tanya Abe lagi
“Kelas 1 SMA” Jawab Morita, masih singkat
“Aa!!” Ada nada terkejut disini
“Yappari! Jadi harusnya saya pakai keigo ya, maaf”
“Kamu kelas Tiga SMP?” Tanya nya, Morita berpikir, kenapa dia malah tanya balik “Ga usah pakai keigo lah”
“Iya, kok tau?” Tanya Abe
“Buku yang kamu beli tadi, buku untuk ujian masuk SMA kan”
“Aaaa... Ahahaha, iya bener juga”
“Aku punya banyak di rumah, buku tahun lalu sih”
Adiknya Myuto bingung, kenapa dia harus memberi tahu hal semacam ini pada orang yang baru dikenalnya
“Kakak ku dua tahun lebih tua, dari semua buku nya sudah menghilang ntah kemana, jadi aku harus beli yang baru, kami hanya dua bersaudara di rumah” Jawab Abe
Morita memperhatikan Abe, anak itu terlihat selalu senang, seperti adik kecil, ia tidak pernah merasakan bagaimana punya adik, lalu sadar, mungkin sampai beberapa saat yang lalu, ia lah yang sesantai Abe, sebagai seorang anak bungsu
Tiba-tiba terdengar musik dari suatu tempat, Morita merasa kenal dengan musik itu
“Ah, gomen, kakak ku menelepon” Abe mengeluarkan hape nya, ada strap lucu baymax menggantung di hape itu
“Moshi moshi, Onii?” Sapa nya manis
“Aaa...Unn..Wakatta...Seperti biasa ya, uuhhmmm... Oke...” Ia berbincang singkat lalu menutup telepon nya. “Onii lagi suka ga di rumah, lagi sibuk”
Morita memperhatikan strap hape milik Abe, Abe menyadarinya
“Ah, kore? Baymax... Kareshi nya Onii yang kasih, katanya oleh-oleh buatku, orangnya baik sih jadi ya ku pakai”
Morita memegang erat kantong celana nya, ada satu yang persis banget strap itu menggantung di hape nya, Myuto memberinya beberapa bulan yang lalu karena merasa adiknya itu mirip Baymax
“Onii lagi suka nginap di rumah kareshi nya sih, ini aja dia bilang bakal nginap lagi dan besok langsung ke tempat kerja nya dari rumah kareshi nya itu, aku juga jadi susah mau belajar ga ada yang nemenin”
Morita terdiam
“Kareshi nya Onii?” Ia merasa ada yang salah dengan kalimat ini
“Ah!” Abe menutup mulut nya
“Onii.... Itu... Ya seperti itulah...”
“Dia...?” Morita tak bisa melanjutkan kalimatnya
Abe hanya terdiam, dia tau maksud Morita
“Abe, aku mau tanya sesuatu” Morita terlihat serius, ntah kenapa jantungnya mendadak berdegup kencang
“Tanya apa? Maaf ya kalo soal Onii aku ga bisa jawab”
Morita terdiam
“Ini tentang Oniichan mu” Balasnya
“Oniichan? Kenapa?” Abe bingung
“Apa... Musik yang jadi ringtone hape mu tadi itu, lagu dari Love-tune berjudul Call?” Tanya nya
Abe terlihat terkejut
“Kok...Tau...Jangan-jangan kamu... Fans Johnnys ya?” Tanya nya polos
Morita terkejut, bagaimana mungkin orang ini belum ngeh kalau dia siapa
“Kamu tau nama pacar kakakmu?” Pancing Morita lagi
“Myuto-kun...” Jawab Abe cepat
“Nama lengkapnya?” Tanya Morita lagi
“Morita...Myuto-kun...” Abe terlihat bingung
Morita mengusap wajahnya, bagaimana mungkin dia bisa bertemu dengan adiknya Aran di tempat seperti ini, nasib macam apa yang menggiringnya
“Eh... Tunggu... Morita-san... Jangan-jangan kamu...”
“Aku adiknya Myuto”
“Eeeeehhh???!!!!”
Morita tersenyum, pantas tadi ia merasa Abe mirip seseorang, ia Cuma ingat kodok tapi rupanya Abe mirip sekali dengan kakaknya
“Ya ampun maaf, aku sama sekali ga nyangka!” Mata Abe membulat seolah menyelidiki apa miripnya orang di hadapannya dengan Myuto
“Mau ke rumah ga?” Tanya Morita
“Eh?” Abe bingung
Morita terkesiap, “Lhoh, ngomong apaan gue” Bisiknya
“Ah,maksudnya, mungkin kamu mau pinjam buku-buku ujian ku tahun lalu” Ia menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal
“Oh, boleh boleh, aah.. Tau gitu tadi ga usah beli buku baru... Eh tapi kalo gitu kita ga kenalan ya hahahaaa”
“Padahal Onii sudah pacaran sama Myuto-kun tiga tahun tapi kita baru kali ini ketemu ya” Abe dan Morita berjalan beriringan, perbedaan tinggi badan mereka cukup jauh, begitu juga ukuran badan mereka
“Tapi aku lumayan sering ketemu kakakmu”
“Ya, aku juga sering ketemu Myuto-kun”
“Sampai dia kasih kamu gantungan hape”
“Ahahahaaaa, iya dia baik banget”
“Aku juga ada” Morita mengeluarkan hape nya
“Waaa... Kita kembaran!! Eh tunggu...” Abe memandangi Morita dan gantungan hape Baymax bergantian... “Kalian mirip ya, bahahahahaaa” Ia tertawa seolah sudah mengenal Morita lama
“Karena itulah kakak ku membelikan gantungan hape ini”
“Hooo ternyata begitu ahahahahaaa”
“Tapi aku ga nyangka dia juga kasih gantungan hape yang sama ke orang lain” Bisik Morita, ntah Abe mendengarnya atau tidak. Sebenarnya ia merasa kesal karena ternyata Onii nya juga memikirkan orang lain, selama ini dia mengira gantungan hape ini hadiah spesial hanya untuknya.
“Ini rumahku” Mereka sudah sampai di depan kediaman keluarga Morita. Abe tiba-tiba merasa canggung
“Kenapa?” Tanya Morita
“Kakak ku... Ada di dalam kan...” Ia berbisik
Morita memutar mata nya, jangan bilang kalau anak SMP ini mikir kakak-kakak mereka lagi ngapa-ngapain
“Biar aku cek dulu ya” Morita membuka pintu
“Tadaimaaaa” Teriaknya
“Okaeriii!!!” Terdengar teriakan dari dalam, suara dua orang, Myuto dan Aran
“Sepertinya mereka ada di ruang makan” Morita memandangi Abe
“Uuunn...” Wajah Abe memerah, Morita kaget, baru kali ini ia melihat ada anak laki-laki dengan wajah malu-malu seimut ini
“Kenapa ga masuk?” Myuto muncul dari dalam rumah, menyambut adiknya, lalu
“Heh?!” Ia kaget melihat siapa yang bersama adiknya
“A...Aran!!!” Teriak nya
Aran menyusul ke pintu masuk
“Kenapa?”
Lalu langkahnya terhenti dibelakang Myuto
“Hah?!” Ia kaget melihat adiknya
“Kok ada elu disini?!”
Myuto dan Aran ngakak tak tertahan saat adik-adik mereka bercerita bagaimana mereka bisa bertemu, Aran menyembunyikan wajahnya dibelakang pundak Myuto, sambil sesekali memeluk kekasihnya itu
“Takdir yang aneh” Myuto menyeka air mata nya sambil sesekali masih tertawa
“Kok bisa sih kalian malah ketemuan gitu ya, aduuuhh” Aran mengusap wajahnya
Adik-adik mereka, hanya terdiam, Morita sesekali menengok ke Abe, ia merasa anak itu jadi semakin kecil dan menciut, sesekali gemetar dan wajahnya masih merah
“Gue tadi udah kaget banget elu bawa temen ke rumah, ga nyangka gue elu bisa punya temen, taunya... Ga jauh-jauh juga, bahahahahaaa” Aramyu terpingkal lagi.
Adiknya Aran ntah kenapa terlihat akan menangis
“Sret!” Morita berdiri
“Aku mau ke kamar” Ia langsung berdiri, rasanya gusar melihat kakak dan pacarnya ini malah menertawakannya
“Ayo” Ia menarik tangan adik Aran yang kaget dan bingung, mereka lalu naik ke lantai atas
Myuto langsung terdiam, tawanya hilang, ia belum pernah melihat adiknya seperti itu, ia tau adiknya marah, tapi, kenapa? Ia melihat adiknya membawa adik Aran ke kamar di lantai atas, sikap macam apa itu, adiknya belum pernah terlihat seperti itu sebelumnya, bagaimana ia menjelaskan nya, adiknya terlihat berbeda, apa yang lain? Adiknya terlihat lebih dewasa dari yang sebelumnya ia kenal.
“Blam!” Pintu kamar ditutup keras, kamar itu sebelumnya dipakai kakak perempuan Myuto yang sekarang sudah pindah ke rumah tunangan nya, dulu Myuto dan adiknya sekamar, baru sekitar enam bulan yang lalu mereka akhirnya berpisah
Hiks
Morita mendengar tangisan
Abe sudah tak sanggup lagi, air mata mengalir deras di pipinya ia lalu malah berteriak “Aku maluuuuu!!!! Hweeeeeeee” Teriakannya pasti terdengar keseluruh rumah itu
Morita memandangi Abe, ia lalu teringat dulu juga sering menangis seperti itu kalau diganggu kakak sulung mereka, Myuto lah yang selalu menjadi penengah diantara mereka bertiga. Ia tak tau harus berbuat apa, biasanya Myuto akan langsung memeluknya, tapi, apa dia juga harus memeluk Abe?
Morita mengurungkan niatnya memeluk Abe, ntah kenapa ia jadi ikut malu, ia baru mengenal Abe beberapa jam yang lalu tapi jadi merasa akrab karena ternyata kakak-kakak mereka pacaran, ia bisa mengerti kenapa Abe jadi malu ketika malah harus bertemu mereka di rumah pacar kakaknya
“Maaf...” Morita memberikan saputangannya
Abe berusaha berhenti menangis, meraih sapu tangan
“Kenapa... Hiks” Anak limabelas tahun itu masih kelihatan bocah
“Harusnya tadi aku ga ngajak kamu ke sini”
“Hiks” Hanya itu jawaban Abe
Mereka terdiam...
“Mana buku nya hiks” Disela-sela sisa tangisannya, Abe ingat tujuan nya ke rumah Morita
“Oh, iya sebentar” Morita membuka laci meja nya lalu mengeluarkan beberapa buku tebal
“Ini” Ia memberikan buku-buku itu pada Abe, yang langsung membolak-balik nya, buku-buku itu penuh coretan
“Kamu bener-bener rajin belajar ya” Matanya membulat melihat catatan-catatan yang dibuat Morita
“Uhn” Hanya itu jawaban Morita. Kakaknya sudah memilih jalan jadi idol dan putus sekolah, jadi setidaknya dia bisa membuat keluarganya bangga dengan nilai akademis yang baik.
Abe melihat sekeliling kamar Morita, kamar yang penuh dengan mainan jaman ia masih kecil, foto-fotonya bersama Myuto, komik-komik, majalah berserakan di beberapa sudut
“Kamu, suka kakakmu ya” Abe akhirnya tersenyum, teringat kamarnya sendiri di rumah
“Dulu...”
“Dulu?” Abe bingung
“Ah, ga papa” Mana mungkin Morita mengaku sekarang ia sudah ga dekat lagi sama kakaknya karena ada kakak Abe yang menggantikan
“He?!” Abe kaget
“Kenapa?” Morita ikut kaget
“Seragam ini?!” Abe melihat seragam sekolah Morita yang ia gantung dekat lemari pakaian
“Seragam SMA ku” Jawab Morita singkat
“Kamu murid sekolah ini?! Sugeee” Abe memandangi seragam itu, tak berani menyentuhnya, seragam SMA terbaik se Tokyo
“Ma...” Ada rasa bangga pada diri Morita
“Eh tapi ini kan susah banget masuk nya” Mata Abe mulai bercahaya, Morita jadi semakin bangga
“Gampang aja sih kalo belajar bersungguh-sungguh”
“Eeee... Aku jadi pengen masuk SMA ini juga...” Abe menutup wajahnya dengan tangan
“Deg!” Jantung Morita tiba-tiba berdetak lebih keras
“Tadinya aku pikir mau masuk Clark aja sama kayak Onii, tapi... Iniiii... Aaaa... Jadi pengen satu sekolah dengan Morita-san”
“Deg! Deg!” Ada yang aneh dengan jantung Morita
“Heeeem, sepertinya aku harus belajar lebih banyak, supaya bisa satu sekolah dengan Morita-san” Abe menatap ke arah Morita “Hehe” Ia lalu tertawa mengeluarkan senyum mirip kodoknya itu
“Buuusshhh...” Morita merasa wajahnya terbakar, kenapa disaat seperti ini tiba-tiba ia menjadi malu dan salah tingkah
“Harus bilang Onii, bilang ke mama papa juga nih berarti, harus bersungguh-sungguh juga biar ga dipikir Cuma omong doang” Abe bergumam pada dirinya sendiri
“Kalau aku ke sini trus minta saran, boleh kan?” Abe menatap ke arah Morita, dengan ekspresi yang tiba-tiba saja membuat kepala Morita jadi pusing, ada bias-bias warna pastel disekeliling wajah Abe, ada apa ini?
“Oh..Bo...Boleh, boleh... Uhn...” Ia merasa gugup
“Yes! Kalau dibantu Morita-san, bisa lebih mudah!” Abe tersenyum senang. Morita mencoba kembali fokus “Ada apa, jantungku” Bisiknya
Aran merangkul adiknya
“Kayaknya gue pulang aja deh, nih sekalian nganterin anak satu ini” Ia pamit ke Myuto dan adiknya. Myuto nampak tidak senang, ntah karena Aran batal menginap satu hari lagi, atau karena adiknya terlihat berubah
“Uhn” Hanya itu jawaban Myuto
“Jya na, Myuto-kun” Adik Aran melambaikan tangannya
“Uhn” Itu lagi jawabannya
Adik Aran langsung menurunkan tangannya, kenapa Myuto-kun terlihat galak malam ini, biasanya dia selalu baik padanya
“Jya na, Morita-san” Ia lalu melambaikan tangannya pada adik Myuto
“Uhn” Adik Myuto itu mengangguk lembut, terlihat malu-malu
Aran dan adiknya berjalan beriringan meninggalkan kediamana keluarga Morita
Myuto memandang ke adiknya, ntah kenapa ia merasa tidak senang, ia merasa tidak senang atas pertemuan adiknya dan adik Aran, padahal tadi siang ia merasa semua ini konyol dan kocak.
“Aku harus bertanya ada apa diantara mereka” Bisik Myuto saat adiknya menutup pintu dan masuk ke dalam rumah
“Kenapa adik ku jadi berubah. Tidak boleh ada yang merubah adik ku, tidak ada yang boleh mengambil adikku dari ku” Ia mengikuti adiknya dari belakang dengan kemarahan di dalam hatinya.
-End Chapter 1-
Bagaimanakah??