My encounter with Arashi

Dec 05, 2019 20:20


Tidak pernah mimpi bisa bertemu muka dengan Arashi, boy band Jepang yang mulai saya ikuti sepak terjangnya sekitar 2-3 tahun terakhir ini. Sebelumnya, saya tentu saja pernah mendengar nama Arashi tetapi tidak pernah tertarik untuk mengikuti atau menikmati musik mereka. Alasannya dulu karena suara mereka tidak terdengar nikmat di kuping. Harmonisasi vokal sebagai grup juga, kalau menurut saya, biasa saja. Film-film mereka juga jarang yang saya tonton. Paling Ninomiya Kazunari aja yang sering saya oantengin beberapa film layar lebarnya. Terlepas dia sempat direkrut Clint Eastwood dalam produksi film Hollywood, Letter from Iwojima, saya kagum melihat aktingnya di film The Blue Light (2003). Sebagai anak sekolah yang sukses membunuh ayah angkatnya yang abusive, Nino sukses mendalami karakternya sebagai psikopat kecil.

Di luar Nino, terus terang saya blank soal Arashi.

Tapi, situasi berubah 3 tahun lalu gara-gara saya iseng mengunduh 1 episode program realitas mereka, VS Arashi. Tiap anggota punya daya tarik sendiri dan bakat permainan yang bagus. Aiba kayaknya anggota yang paling atletis. Jadi urusan olahraga, dia juaranya. Paling seneng lihat dia main voli dan basket. Dan, ini sering terjadi kontras chemistry antara anggota grup. Kemampuan fisik Sho yang tidak seprima Sho membuat tontonan varietas mereka mengocok perut, menghibur.

Dari VS Arashi, saya mulai menonton program variatas grup lainnya, Arashi Ni Shiyagare. Sebagai penggemar makanan, saya langsung suka dengan acara ini dan semakin 'kekait' dengan Arashi. Dari acara ini, saya tahu kalau Nino tidak suka makanan pedas, Jun sering gemas dengan cara Aiba mengomentari makanan karena kadang komentar2 Aiba sering nonrelevan dengan makanan yang dicoba itu.

Favorit segmen saya di Arashi Ni Shiyagare adalah segmen This Is MJ dimana Jun mengundang temen seleb atau kohai Johnny's untuk mencoba sesuatu yang baru. Paling menyenangkan melihat ekspresi Jun kalah/memang bermain Sciccor Rock Paper untuk menentukan siapa yang akan membayar tagihan karena biasanya dia yang kalah (gak ngerti itu setting-an atau bukan tapi menyenangkanlah ditonton).

Rutin menonton 2 program ini, fix Jun dan Nino adalah 2 anggota favorit saya. Reaksi dan komen mereka di 2 program ini overall mnrt saya cerdas, witty, santai, dan pure lucu, menghibur. Drama atau film mereka, mostly, juga saya tonton. Kecuali, mungkin drama lama Jun seperti Hana Yori Dango dan Kimi wa Petto yang belum sempet saya tonton.

Apresiasi saya terhadap musik dan suara mereka mungkin belum berubah sampai sekarang. Not my cup of tea. Tapi, bukan berarti tidak berminat ya kalau ada kesempatan menonton konser mereka langsung. Ngebet nonton konser mereka setelah menonton potongan video konser grup dari tahun ke tahun yang terdapat dalam album perayaan 20 tahun karir mereka! Judulnya, serem!

Serem bukan dalam konotasi buruk, tapi luar biasa canggihnya. Saya tidak bisa menyebutkan konser artis bule yang pernah saya tonton menyuguhkan kemuktahiran produksi panggung seperti Arashi. Skala produksinya luar biasa raksasanya. Mainannya juga arena stadion dan dome.

Menyimak dari salah satu wawancara Jun di tv NHK juga membuat saya berdecak kagum. Sebagai direktur produksi panggung, Jun menyebutkan jika ia selalu mencari ide dan inovasi untuk penampilan panggung. Kagum aja dengan ambisi itu. Kekompakan kelima personel dan tim manajemen di belakang grup untuk bisa seperti mereka sekarang juga luar biasa. Sebagai orang yang sempat mengurus promo tour ala-ala, saya tahu mengatur dan mengeksekusi jadual, logistik, dan tetek bengeknya bukanlah hal yang mudah.

Ketika salah satu kawan dari Jepang menyaksikan konser pensiunnya Namie Amuro, saya sempat mengungkapkan ketertarikan saya menonton konser Arashi padanya. Pada saat itu, dia bilang, 'Wah, kalau akses Arashi sih susah!' Saya sadar itu dan jiper mendengarnya. Sebelum-sebelumnya, saya memang diberitahu teman jika ingin menonton Arashi, step pertama harus punya KTP Jepang, lalu jadi anggota fans club dan dari situ baru boleh ikut nge-bid dalam ticket auction-nya. OMG!

Jadi, ketika tanggal 3 November yang lalu ketika dandan mau ke gereja, saya menonton konferensi pers Arashi yang ditayangkan live dari Tokyo lewat youtube dan mendengar Sho ngomong, 'We are going to Jakarta!' Rasanya seperti tidak percaya. Say what?!?!

Kasak kusuk mention ke teman-teman pecinta Arashi. Mereka juga blank mengenai kabar ini. Wah, mana tinggal 1 minggu lagi? Setelah mengecek pada beberapa teman di PR agency, saya tidak tahu harus menghubungi siapa. Baru menjelang hari-H, saya menemukan teman mengurus konferensi pers Arashi. Lega? Belum juga ternyata. Sehari menjelang acara, saya diberitahu kalau access request saya ditolak. Hanya boleh 50 media, sementara media saya ada di urutan ke-80! Sampai malam, saya pun terpaksa meluncurkan rayuan tingkat tinggi untuk bisa ikut dan untungnya rayuan berhasil. Saya diperbolehkan ikut, menggantikan wartawan dari media lain yang tidak bisa hadir.

10/11/2019 jadilah hari petualangan saya bersama Arashi. Berbekal kamera pinjeman dari Dini, saya sengaja datang pagi-pagi sebelum jam yang dijadualkan. Husna, teman saya yang bertindak sebagai PR acara, langsung menyuruh saya duduk di lobi, menunggu aba-aba selanjut. Beneran, jantung mendadak berdebar-debar tinggi. Berasa suspense tinggi banget. Penjagaan ketat ini tampaknya karena penggemar yang menunggu di depan hotel sudah sangat banyak. Untuk bisa masuk ke hotel memang harus melalui screen email. Sekitar 10 menit menunggu di lobby lounge, tiba-tiba ada petugas yang menghampiri saya dan membawa saya ke ruang Gerbera untuk registrasi.

Akhirnya, waktu yang saya tunggu-tunggu datang juga. Bersama dengan beberapa wartawan online (Fimela, Marketeers, Ayo), saya berhasil duduk di barisan paling depan. Yang menyenangkan dari konferensi pers ini adalah waktu mulainya on time, teng jam 8.30 pagi.

Begitu melihat Sho, Ohno, Jun, Aiba dan Nino, saya merasa too good to be true. Gak nyangka karena benar-benar bisa satu ruangan dengan mereka dan  melihat dari jarak kurang dari 2 meter!

Materi konferensi pers sebenarnya tidak jauh dari apa yang mereka umumkan tanggal 3 Nov. Bedanya, sekarang ada penerjemahnya. Setahun sebelum band hiatus, Arashi tampaknya akan membuka diri pada penggemar internasionalnya. Selain menjual lagu-lagi mereka dalam bentuk digital, keberadaan band bisa dinikmati melalui media sosial (Twitter, Facebook, Instagram, Weibo, Tik Tok).

Surprisingly Sho dan Jun bisa berbahasa Inggris dengan baik. Seperti yang saya tonton di program varietas televisi, ya, gaya mereka saat di konferensi pers tidak beda jauh.

Pertanyaan dari media Jepang yang sebenarnya agak tajam diladeni dengan santai. Pertanyaan adalah mengapa Arashi membuka diri kepada dunia internasional yang pada kenyataannya sekarang ini sedang dirajai oleh kpop. Sho mengakui  penampilan para artis K-Pop sungguh menarik.

"K-Pop itu memang keren, cute, sangat menarik, dan performanya luar biasa. Kami tidak ingin membandingkan J-Pop dan K-Pop. Kami ingin memperkenalkan daya tarik J-Pop. Mungkin ada daya tarik baru dari J-Pop lewat kami berlima," tuturnya lewat bantuan penerjemah

Sementara itu, Jun Matsumoto mengatakan bahwa menurutnya ada satu perbedaan antara J-Pop dan K-Pop.

"K-Pop lebih menuju kepada western market daripada Asia menurut saya," tuturnya.

Selain itu, ia menyebut J-Pop dan K-Pop masing-masing memiliki daya tarik sendiri. Namun yang terpenting baginya bukan pengkotak-kotakan dalam musik.

"Arashi tidak hanya ingin menunjukkan J-Pop, tapi juga bagaimana menikmati musik. Yang terpenting adalah menikmati musik melalui lagu," tuturnya.

Anyway, 10 November ini menjadi salah satu highlight dalam kehidupan saya. Bisa dicentang dalam bucketlist, kalau saya akhirnya bisa bertemu dengan salah satu band kesayangan. Apalagi, pada saat photo session, kelima-lima langsung menengok ke kamera saya saat saya panggil. I feel like I hit a jackpot!



Thank you Arashi for coming to Jakarta. 😘

curhat, arashi

Previous post Next post
Up