Cast : You can found it if you read
Genre : of course ANGST
Lenght : Chapter
Pria tua itu kini tergeletak bersimbah darah.
Sambil menyeringai puas, namja itu berjalan mendekati pria tua itu lalu berjongkok dihadapannya. Oh yes~ darah segar itu merembes. Namja itu merogoh sesuatu di jaket kulit hitam yang ia pakai. Sebuah pisau lipat favoritnya yang berkilau indah nan tajam. Menatap benci kepada sang lelaki tua. Namja itu kemudian meneliti jari tangan lelaki tua itu satu persatu dan sampailah pada jari manis kirinya yang terselip sebuah cincin perak.
“lumayan buat koleksi pertamaku”
Gumamnya sembari... mengiris jari manis itu dengan pisau tajam nya perlahan seperti kau mengiris sebuah daging. Sayang lelaki tua itu sudah mati. Jika tidak, ia ingin mendengar jerit tersiksa yang seperti sebuah melodi yang indah ditelinganya. Darah itu merembes pisau kesayangannya. Got it! Sebuah potongan tubuh dari korban pertamanya sejak ia direkrut oleh orang itu, ya sesorang yang telah mengajaknya untuk bergabung di kelompok orang itu saat dirinya sedang duduk dipinggir sungai. Potongan jari manis itu ia masukkan kesebuah kantong kecil yang ia bawa dan membungkusnya. Menghirup pisau lipatnya dan menjilati darah yang tersisa itu. Bau anyir darah bau favoritnya.
=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.
Jinki masih asik menatap file didepannya. Bibir tebalnya masih asik mengepulkan asap dari rokok miliknya.
“Shit! Aku tidak mungkin bisa bekerja sama denga bastard itu, hell no” gerutunya.
Melampiasakan kekesalannya dengan menghisap kuat mild seven yang masih diapit oleh jari telunjuk dan jari manisnya.
Tok.tok.tok
“masuklah”
Cklek
Blam
Jinki menatap sesosok pria yang sedang berdiri dihadapannya sekarang. Wajah pria itu menegang.
“kau kenapa Minho?”
“Turn on the TV”
Jinki sebenarnya bingung apa yang terjadi. Langsung ia raih remote universalnya dan menyalakan TV flat screen yang ada disebrang. Matanya membelalak kaget dengan berita yang sedang ditontonnya itu.
“Holy shit!” umpatnya
“Jinki lihat, jari manisnya hilang, apa kau pikir ada anak buah Jonghyun yang bisa melakukannya?”
Memperhatikan mayat yang sedang disorot oleh kameramen berita itu dan ia menemukan jari tangan kirinya hanya berjumlah empat. Dasar pria tua tak berguna pikirnya.
“Minho, aku tidak mau tahu, usahakan tak tercium oleh polisi bahwa pria tua itu adalah anak buahku ara?
“kau tenang saja itu urusanku” ujar Minho datar.
=.=.=.=.=.=.=.=.=.=
“Appa, appa! Lihat PR melukisku dapat 99, appa pasti senang kan?”
“Taemin, sorry, appa mu sedang sibuk oke? Jangan ganggu appa ”
“Tapi appa...”
“Appa, lihat nilai ulangan MTK ku dapat 99..”
“Jinja Jinki? Mana sini appa lihat..”
“Aku sedikit kecewa, hanya dapat 99, sedikit lagi kan bisa dapat 100
”
“Gwencha Jinki, nilai mu sudah 99 saja appa sudah bangga,
mungkin lain kali kau bisa mendapatkan 100..”
“Sudah pasti, aku kan anak yang tangguh seperti appanya”
“hahahah, that’s my boy”
“Taemin?”
Ini tidak adil, kenapa Jinki yang lebih diperhatikan oleh appanya?
“Taemin..hey”
Bukankah dirinya juga buah hati dari appanya.
“Taemin-ah, bangun!”
Kenapa Jinki? Kenapa bukan dirinya? Apakah dia dan Jinki sangat berbeda? Sebangga itukah sang appa kepada seorang laki-laki bernama Jinki sampai dirinya sendiri kurang mendapatkan
perhatian appa tercintanya? INI TIDAK ADIL..
“LEE TAEMIN”
TEP
Taemin sontak membuka kedua matanya, ia lalu terkejut. Kenapa ia harus tertidur disaat jam kerjanya? Kau bodoh taemin, umpatnya.
“aah~ Heechul hyung, mianhae, aku tertidur saat kerja, lain kali aku tidak akan mengulanginya” Taemin buru-buru membungkuk pada atasannya akibat keteledorannya. Untunglah atasannya ini sangat mengerti dirinya.
“kau kurang tidur taemin?”
“sedikit hyung, belakangan ini sepertinya aku terkena insomnia ehehehe”
“Aigoo, lain kali istirahat tepat waktu arraso? Kau bisa sakit taemin. Aku tidak mau itu terjadi kepada pegawaiku. Kita harus profesional
ok?”
“nee hyung, arraso, sekali lagi aku minta maaf hyung, i’m promise it won’t be happened again”
KRING!
“nah taemin, ada pelanggan diluar, layanan dengan baik nee? Untuk kali ini aku memaafkan mu”
“baik hyung, gamsahamnida”
Seorang pria tampan berkemeja hitam menelusuri toko bunga itu. Mencari-cari hadiah yang bisa ia berikan untuk seseorang sebelum bertemu dengannya.
“Permisi tuan, selamat datang di toko bunga kami, ada yang bisa saya bantu?”
Taemin membungkukkan tubuhnya sopan kepada pria itu, tak lupa dengan senyum ramah yang sedikit terkesan kekanak-kanakan untuk menyenangkan hati pelanggannya tersebut. Sang pria itu pun menyambutnya denga senyum khasnya yang membuat wajah pria itu semakin berkharisma.
“Aku ingin menghadiahkan sebuket bunga untuk seseorang yang sedang sakit, tapi aku masih bingung bunga apa yang mesti aku berikan kepadanya?”
“apakah seseorang itu kekasih anda tuan?”
Muka pria tampan itu bersemu merah seketika.
“anio, dia hanya dongsaengku”
“Bolehkah saya memberi saran? Saya sarankan anda memilih bunga lily saja, warnanya yang putih begitu menenangkan, wanginya yang menyegarkan cocok diberikan untuk sebagai tanda dukungan bagi orang yang kita sayangi, bisa adik, kakak, teman atau bahkan pacar, dongsaeng anda pasti menyukainya” jelasnya yang terkesan meyakinkan.
“Baiklah, kalau begitu tolong rangkaikan bunga lily untukku..”
“Baiklah tuan, silahkan tunggu sebentar”
Taemin beranjak untuk mengambil beberapa tangkai bunga lily segar dan merangkaikannya seindah mungkin agar pelanggannya puas.
“apa tuan ingin menyertakan sebuah kartu ucapan?”
“Tentu, kurasa itu ide yang bagus”
“baiklah, boleh saya tahu nama tuan siapa?”
“Jonghyun, Kim Jonghyun”
“ah~ Tuan Jonghyun saya akan membantu menuliskan kata-kata ucapan untuk dongsaeng anda.”
“Tunggu, biar aku saja yang tulis, bolehkan?”
“tentu saja tuan, ini kartunya “
Jonghyun mulai menuliskan kata-kata yang tepat sambil tersenyum tipis, berharap apa yang ia tulis dapat membuat orang itu tersenyum senang. Jonghyun kemudian menyerahkan kembali kartu ucapan yang telah ditulisnya agar diselipkan bersama buket bunga lily yang sudah dirangkai sebelumnya.
“Ini tuan Jonghyun buket bunga lily pesanan tuan bersama kartu ucapannya, semuanya 4000 won”
Jonghyun mengeluarkan selembaran uang dari dompetnya dan
menerima buket bunga dari Taemin. Jonghyun kemudian menghirupnya. Dia benar, wanginya segar, semoga orang itu suka.
“Terima kasih tuan Jonghyun, silahkan datang kembali, semoga dongsaengmu cepat sembuh nee” membungkuk sopan sekali lagi kepada Jonghyun. Membalasnya dengan sebuah anggukan dan senyum tampannya. Setelah itu ia melangkahkan kakinya keluar toko tersebut dan menuju ketempat selanjutnya. Rumah sakit.
=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=
Hembusan angin menyambut kedatangan Namja itu. Hembusan angin yang membuat daun-daun gugur itu melayang kecil disekitar pemakaman. Aura kelam sangat terasa saat kau berada disana. Hening bersamaan dengan semua jasad yang sedang tenang beristirahat. Namja itu berjalan menyusuri makam-makam untuk menuju sebuah makam seseorang yang sangat ia rindu. Tatapan sendu itu terhalangii oleh kaca mata hitam yang ia pakai saat ia memegang batu nisan itu.
R.I.P
KIM GWIBOON
Kejadian itu sudah lama namun sampai saat ini masih segar dipikirannya, kejadian yang memilukan yang membuatnya menjadi seperti sekarang. Otak nya memutar kembali kenangan-kenangan dirinya seperti sebuah film. Dimulai dari saat Ummanya memeluk tubuh kecilnya dan tersenyum bangga kemudia tertawa bersama. Saat dirinya sedang menangis hanya sebuah kehangatan dari pelukan dari ummanya sebagai obat. Kenangan indah itu menjadi kenangan pahit saat ia melihat sendiri bagaimana Umma nya dibunuh oleh si Brengsek yang sedang mabuk itu. Appanya sendiri.
“umma, bagaimana kabarmu disana? Baik kah? Kau masih ingat aku, putra kecil yang sangat kau sayangi? Mianhae jika baru hari ini aku bisa mengunjungimu” bergumam pelan sesaat setelah meletakkan sebah rangkaian bunga mawar putih bunga kesukaan umma tersayangnya.
Tes~
Shit, tak seharusnya ia menangis lagi, tak seharusnya ia menangis didepan ummanya sekarang. dikepalkan tangannya kuat-kuat sembari menggigit bibirnya sendiri agar tangisan itu tidak pecah. Ia melepas kaca mata hitamnya memperlihatkan matanya memerah. Setidaknya biarkan ia terlihat seperti ini, sekali saja hanya didepan jasad ummanya yang sudah terkubur. Seandainya saja ia masih hidup, ia pasti melarang sang putra kesayangannya menjalani profesi yang seperti ini.
“I really miss you so bad umma...” lirihnya. Namja itu hanya ingin memeluk ummanya sekarang.
You better run run run run run
Cause there's gonna be some hell today
You better run run run run run
And that's the only thing I'm gonna say,hey
I wish I know the right from the start
That I was dancing with the dark
You better run run run run run
Suara deringan hp namja itu menyadarkan dirinya. Buru-buru ia mengusap matanya dan berdeham kecil untuk memperbaiki suaranya yang tadi sempat serak.
“Yoboseo?”
“Key, where are you, are you ok? You even not calling me since the last night”
“I’m ok, aku hanya sedang reunian keluarga sekarang, kemarin malam aku kembali ke apartement lamaku maaf membuatmu cemas”
“begitu kah? Baiklah tapi nanti kau mesti kembali lagi ok? Misi kita belum selesai you know?”
“aku mengerti, aku akan kembali nanti, see ya ”
“jaga dirimu, see ya 01 ..”
PIP
=.=.=.=.=.=.=.=
Jonghyun memeriksa kembali penampilannya sebelum bertemu dengan orang itu. Mengecek kembali buket bunga lily miliknya. Masih indah seperti sebelumnya. Tangannya kemudian memutar engsel pintu itu . Dilihatnya sesosok yang sedang asik memandangi pemandangan halaman rumah sakit melalui jendela kamarnya.
“seasyik itu kah sampai-sampai kau tidak sadar seseorang sudah datang eum?”
Sesosok itu berbalik kearah Jonghyun. Wajah itu terlihat cerah setelah ia tahu siapa yang mengunjunginya.
“Jonghyun-hyung!”
“hei Jino”
Namja bertubuh kurus itu menggerakkan kursi rodanya mendekati Jonghyun.
“aigooo hyung? Kenapa baru sekarang mengunjungi ku? Sesibuk itu kah kau sehingga kau tidak bisa mengunjungiku walaupun sebentar?” kesal Jino sambil mengerucutkan bibirnya.
“Mian Jino, aku benar-benar sibuk, waktu luangku benar-benar tersita, jangan marah ne? Aku punya sesuatu untukmu”
“apa itu?”
“janji dulu, bahwa kau memaafkanku ok?’’
“baiklah aku memaafkanmu Jonghyunie-hyung, sekarang mana hadiahnya?”
“close your eyes”
“baiklah”
“tada~”
Jino terkejut saat sebuah buket bunga sekarang sudah ada dipangkuannya. Jino seketika speechless ia terlalu senang saat ini.
“Omoo Lily!! Gomawo hyung, you are the best one heheheheh”
Apapun akan Jonghyun lakukan agar senyum indah itu tak akan pernah sirna dari wajah mungilnya. Cukup seperti ini saja itu sudah cukup baginya. Jino terlalu spesial untuk seorang Jonghyun.
“kau sudah menjalani terapi mu hari ini?”
“belum sebentar lagi sepertinya, kau mau menemaniku hyung?”
“tentu nae dongsaengie” ujarnya sambil mencubit pipi Jino.
=.=.=.=.=.=.=.
Jinki kembali membetulkan letak jas nya, dibelakangnya terlihat Minho yang sedang melakukan hal yang sama.
“siap bertemu Yunho hyung?” tanya Minho.
“aku siap”
“aneh, kenapa orang itu tidak datang, seharusnya kau tidak
sendirian Jinki”
“Cih! Aku justru senang ia tidak datang, that bastard shouldn’t be here as my rival” terang Jinki. Entah kenapa saat ia mendengar nama itu isi kepalanya serasa mendidih
Minho hanya diam, tanggapan Jinki tidak perlu ia jawab pikirnya.
Mereka berdua kemudian memasuki rumah beraksen eropa klasik itu. Bisa dilihat ada beberapa pria berjas hitam berkumpul di sebuah ruangan.
“ah~ tuan Jinki, anda sudah datang, Mr Yunho sudah menunggu anda di kamarnya, mari saya antarkan”
Salah satu anak buah Yunho bernama Joon menghantarkan Jinki dan Minho kekamar bosnya. Terlihatlah seorang pria berumur 33 tahun sedang terbaring diranjangnya yang berukuran King Size.
“hey Joon, where’s Jonghyun, i didn’t saw him” tanya Minho
penasaran.
“Jonghyun ada urusan, makanya Mr Yunho hanya menyampaikan pesannya melalui telefon”
“pesan apa?”
“nanti kau juga akan tahu”
Jinki berjalan menuju ranjang Yunho dan menjabat tangannya kepada sang pria yang sedang sekarat itu.
“bagaimana kabarmu hyung?”
“baik dan juga tidak baik, Dokter pribadiku melarang ku untuk
terlibat dengan perusahaan mulai dari sekarang. Bagaimana dengan kabar perusahaan kita? Apa lancar?”
“Kita tidak pernah kehilangan satu pelanggan pun hyung, kurasa masih stabil, namun kami masih bergantung dengan wewenangmu dalam menjalanan perusahaan, kami tidak berani mengambil jalan melalui jalan pikir kami sendiri”
“Kalau begitu aku memutuskan semua wewenangku terhadap perusahaan 100% aku serahkan pada kalian , sudah saatnya kalian berdua yang mengambil alih sepenuhnya perusahaan”
Ini berita yang Jinki tunggu sejak lama, wewenang perusahaan jatuh ketangannya. Tinggal menyingkirkan pesaingnya yaitu Jonghyun.
“don’t worry hyung kami akan membuat perusahaan kita menjadi yang paling berkuasa, aku takkan mengecewakanmu hyung, i promise” sebuah senyum seringai menghiasi wajahnya.
=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=
Jonghyun masih berkonsentrasi dengan bourbon di sloki miliknya. Mengisap cairan itu sambil berdengung pelan. Sampai suara pintu terbuka terdengar olehnya.
Cklek
Blam
“welcome home key..” sambutnya saat melihat Key menyusulnya ke pantry.
Key hanya berdengung malas dan mengambil posisi duduknya disebelah Jonghyun.
“kau mau? Ini minuman favoritemu Bourbon, wanna some?” tawar Jonghyun.
“tentu”
Jonghyun kemudian menuangkan wine tersebut ke gelas milik Key.
“Have fun last night?” tanya Jonghyun
“aku hanya mengejar seorang mata2 yang merupakan pria tua,
menurutmu? Itu membosankan” jawab key sarkastik
Jonghyun terkekeh. “tanpamu mungkin aku sudah mati terbunuh olehnya”
“key..”
“apa?”
“kau tahu misimu kan?”
“membunuh rival mu yang bernama Jinki, so what?”
“kau bahkan belum pernah melihat wajahnya”
“uh huh, harus kah aku berkenalan dengannya?”
“You sily seriously”
“lalu katakan padaku, pembicaraan ini mengarah kemana” tanya
Key acuh.
Jonghyun kemudian menyerahkan sebuah amplop coklat yang dari tadi terletak di meja pantry samping Jonghyun.
“apa ini?”
“buka saja”
Key kemudian membuka amplop tersebut dan mengeluarkan
isinya. Selembar foto seseorang dan sebuah daftar riwayat hidup.
“Laki-laki itu lah yang bernama Lee Jinki” jelasnya singkat saat Key memandangi Jinki. Seorang pria berambut cokla dengan mata sipit bibir tebal dan hidung bangir. Overall tampang Jinki benar-benar...
“dia tampan kan?” pancing Jonghyun yang memergoki Key terlalu seksama memandangi foto Jinki. Key hanya mendengus kesal.
“maksudmu memberikan ini kepada ku apa?”
“itu senjata mu untuh menjatuhkannya”
“WHAT?? Are Fucking Kidding me,kill him with this thing? Hell NO! Apa yang kau pikirkan hah? “ seru key yang tidak mengerti dengan strategi yang direncanakan Jonghyun.
“Listen, Jinki bukan orang yang bisa kau kalahkan dengan mudah Key, butuh strategi khusus untuk menjatuhkannya” jelasnya seraya kembali meneguk bourbon miliknya.
“Kau cukup memintaku membunuhnya, dan aku akan membawakan mayatnya kehadapanmu, that’s simple” remeh Key.
Jonghyun tertawa, ia sudah memprediksikan reaksi sang tangan kanannya akan seperti ini.
“asal kau tahu Key, Jinki itu hampir mirip denganmu, kalian sama-sama licik, Jinki punya sejumlah cara agar apa yag diinginkan di dapat. Jika Jinki semudah itu dikalahkan maka sudah dari dulu aku membunuhnya Key. Misi ini hanya kau yang bisa melakukannya dan file ini yang akan membantumu” Jonghyun menyeringai sambil memandang Key.
“lalu apa yang harus aku lakukan?” tanya dirinya masih tak paham
“Jika pertahanan Jinki tidak bisa dirobohkan dari luar maka satu-satunya cara ialah dengan merobohkannya dari dalam” desis
Jonghyun. Key masih terdiam
“dan caranya adalah you have to breakin his heart”
TBC