Starring: the GazettE, and everyone who shown in this absurd story…
Author: Sa~
Rating: PG 15
Genre: romance…
Pairing: Reita x Ruki, Tora x Saga, Aoi x Uruha
Warning: kisu… nothing else… (maybe)
Disclaimer: I’m not owned anything… khukhukhu… it’s okay, it’s okay… (throw in both of them)
“Iya, kan kami teman…” wajahnya yang manis dan lugu itu tersenyum manis, yeah…teman… entah mengapa perasaan cemburu selalu timbul saat kulihat Ruki bersama orang lain, Ruki… lalu aku tak mau jika akhirnya melihat malaikat kecilku ini dimiliki orang lain. Ruki, aku mencintaimu, begitu dalam, lebih dari yang kau kira.
~†~†~†~
“Jadi, inilah daftar para peneliti dan posisi duduk kita nanti, semua sudah diatur…” Miyavi mengoper setumpuk kertas daftar nama.
Aoi tertawa mendapati nama Uruha yang akan duduk di sampingnya, begitu juga Tora yang tersenyum jahil menatap Saga, mereka juga duduk berdampingan nantinya.
Sedangkan Reita, tersenyum bahagia mendapati nama Ruki yang akan duduk di seberangnya. Setidaknya, ia bisa menatap Ruki tanpa perlu merasa canggung, karena mereka memang duduk berhadapan. Namun, wajahnya mengeras saat melihat nama Nao yang akan duduk di sebelah Ruki, sifat pencemburunya memang tidak dapat hilang begitu saja.
“Lalu peraturan yang harus dijalankan di sana nanti yaitu, jangan menyebut nama asli orang lain. Jangan menginterupsi perkataan Master. Tidak diperkenankan untuk terlalu berekspresi hingga mengganggu jalannya acara. Dimohon semua perhatian dari seluruh anggota untuk mendengarkan dengan seksama. Terakhir…” kata-kata Miyavi yang menggantung membuat semua penyerang di ruangan itu diam.
“… selamat menikmati perjamuan makan malam ini,” ia membungkuk sedikit dan mengedarkan senyuman lalu duduk di sofa yang kosong di sebelah Reita. Sementara di sisi lain, Tora mencium tangan Saga, membuat wajah cantik Saga merona.
Satu jam berlalu, dan mereka pun berjalan menuju aula. Tora mengusap tangan Saga dengan lembut.
“I love you… my Princess,” dan ia mengecup kening Saga dengan sayang.
“Haah… kalian ini… dari tadi bermesraan terus ya…” sebuah suara menyela mereka.
“Heh? Uruha? Tidak apa ‘kan? Lagipula Aoi juga begitu kepadamu,” Tora menggenggam tangan Saga sambil berjalan beriringan dengan yang lain. Uruha menengok ke sebelah kanannya, di sana Aoi terlihat canggung karena merasa tertangkap basah saat melihat Uruha.
“Yeah…” Uruha tersenyum menjawab tatapan Aoi yang langsung terlihat malu.
“Uru… boleh aku menggandeng tanganmu?” Aoi menatap tangan lentik Uru dengan kuku bercat hitam, takut melihat wajahnya cantik pemilik tangan itu.
Uruha hanya tertawa kecil, merambatkan semburat merah di wajah Aoi. “Tentu, dan tataplah wajahku Aoi…”
Aoi menengadah dan terpesona menatap wajah cantik itu, lalu menyelipkan jari-jari tangannya ke jari-jari yang lentik itu.
Miyavi menekan salah satu tombol di pintu, membuat pintu itu terbuka. Menampakkan sebuah aula besar dengan meja kayu panjang dan mewah. Dari sisi pintu sebaliknya, para peneliti keluar. Lalu mereka semua mengatur tempat untuk duduk di bangku masing-masing.
Mata Reita mengikuti figur kecil dengan rambut pirang kecoklatan, memakai jubah berwarna hitam emas yang membuatnya terlihat tenggelam. Ruki, berdiri di depan kursinya dan menatap tepat ke mata Reita. Namun ia menunduk, wajahnya memerah dan malu.
Tak lama setelah semua peneliti dan penyerang di tempatnya masing-masing, kedua leader berdiri. Dari balik cermin di depan mereka, tebuka perlahan-lahan. Semua merasa penasaran, seperti apa Master mereka, kecuali kedua leader, mereka sudah mengetahui sejak pertama kali mereka bekerja di sini.
“Konbanwa Minna-san,” suara Master itu membuat semuanya terkejut, itu… itu suara anak perempuan??? Semua orang di ruangan itu terkejut dan heran. Mereka melihat sesosok perempuan memakai gaun berpotongan rumit berwarna hitam dengan rambut yang sama kelamnya, namun yang aneh, matanya. Sebelah kanan berwarna biru dan lainnya berwarna abu-abu.
Wajahnya cantik, dan kulitnya pucat, setara tingginya dengan Ruki. Ia berdiri di kursinya, menghormat sedikit, lalu mereka semua membalas membungkuk. Kemudian waktu berlalu dengan sangat cepat…
~†~†~†~
“Reita…” Ruki mencoba mendorong Reita yang jatuh tertidur di atas badannya, namun tidak bisa. Merasakan sesak napas, badan Reita terlalu berat, dan berkali-kali ia berusaha menggeser, tapi tak bisa.
“Re… i-kun” ia mengerang, berat tubuh Reita benar-benar menghimpitnya. Reita membuka mata perlahan, melihat wajah Ruki yang merah dan suhu tubuhnya yang hangat.
“Haah? Ru-chan??” ia pun segera bangun, melepaskan Ruki yang menarik nafas lega.
“Ru-chan? Kau tidak apa? Maaf…” Reita memeluk Ruki, entah berapa lama ia telah tertidur di atas tubuh Ruki.
“Hah… Rei-kun, kalau kau memang ingin tidur… tolong… jangan tidur… di atas badanku, sss… sesak rasanya,” ia memijat bahunya sendiri.
Melihat itu Reita menjadi menyesal, “Sini biar aku yang pijat…” tangannya terulur menyentuh bahu Ruki, tapi Ruki mengelak.
“Jangan Rei-kun… tenagamu terlalu kuat, nanti aku bisa tambah sakit…” ia menggeleng pelan, wajahnya menampakkan keletihan.
“Tak apa… tapi Ru-chan… aku mau mendapat ciuman selamat tidur,” Reita tersenyum jahil menatap Ruki di sampingnya.
“Eh?” Reita menatap Ruki, sebelum mencium bibirnya dengan sangat dalam. Ruki tak bisa menggerakkan tubuhnya sama sekali hingga Reita melepaskan ciumannya.
“Ru-chan, I love you… my Angel,” Reita menciumi dagu Ruki, turun ke lehernya. Sementara Ruki memegangi pundak Reita, mencoba menghentikannya, tangannya gemetaran. Aroma manis vanilla yang tercium dari tubuh Ruki membuatnya semakin ingin memeluknya.
“Rei-kun…” dan ia mengerang saat Reita menelusuri pundaknya, menatap mata Ruki begitu dalam.
“Ruki, kau percaya padaku ‘kan?” Ruki tidak membalas tatapannya, matanya terpejam. Reita mengecup kening Ruki dengan sayang, merasakan suhu tubuh Ruki yang hangat. Ia pun tersadar, suhu tubuh Ruki di atas normal.
“Ru-chan? Kau sakit?” nada bertanya Reita sudah terdengar panik melihat Ruki menutup matanya dan nafas yang memburu
“Ruki!!!” Reita menyelimuti tubuh Ruki dengan selimut yang lebih tebal, sementara Ruki terlelap. Ia pun berlari menuruni tangga, mengambil es untuk kompres dan kain tebal.
“Ru-chan… my Angel,” ia mencium bibir Ruki lembut, tak ingin membangunkan Ruki yang terlelap. Seraya meletakkan bantal kompres berisi es ke atas dahinya, berkali-kali ia memeras kain dan mengusap keringat Ruki. Rintik hujan mulai turun, dan jam menunjukkan waktu tengah malam. Seiring suhu tubuh Ruki mulai turun, membuat Reita berhenti dan membetulkan letak bantal kompres.
“Hmm… dingin…” Ruki mengigau, dan meringkuk di balik selimutnya. Melihat itu Reita pelan-pelan naik ke ranjang. Memeluk tubuh kecil yang sangat dicintainya itu, kemudian menyelimuti mereka berdua dengan selimut lagi. Guntur bergemuruh di luar, dan angin menderu bersama derasnya hujan… Reita tak peduli…
“Ruki,” ia mengeratkan pelukannya, mencoba menghangatkan tubuh Ruki. Tercium aroma vanilla yang manis, bau tubuh Ruki yang menyenangkan. Ruki menggeliat sedikit dalam pelukan Reita, sementara hujan turun semakin deras di luar.
~†~†~†~
Sinar matahari yang masuk ke celah-celah tirai menyilaukan mata Ruki, membuatnya terbangun. “Heh? Beraat…” ia menatap ke samping dan melihat Reita tertidur di sampingnya.
“Reita? Rei-kun?” Reita bernafas dekat leher Ruki, hangat dan berat. Wangi mint yang segar membuat Ruki tersenyum, bau tubuh Reita yang segar selalu menyenangkan.
“Rei-kun?” Ruki mengecup pipi Reita, membangunkan Reita dengan cepat.
“Ru-chan? Sudah bangun?” Reita mengusap rambut pirang kecoklatan Ruki, merasakan suhu tubuh Ruki sudah kembali normal. Ruki mengangguk, sadar ada bantal kompres yang dingin terjatuh di sampingnya.
“Bantal kompres? Siapa yang sakit Reita?” ia bangun, sementara Reita merentangkan tangannya.
“Kamu Ru-chan…” Reita berdiri lalu membereskan bantal kompres, meninggalkan Ruki yang segera berganti baju.
Ia kembali menaiki tangga menuju kamar Ruki, “Ru…” belum sempat Reita mengatakan apa-apa Ruki sudah berteriak.
“Jangan masuk!!! Aku sedang ganti!” tapi terlambat, Reita sudah masuk dan melihat Ruki, membuat wajahnya merona.
“Eh? Maaf Ruki!!” ia segera menutup pintu kamar Ruki, wajahnya terasa panas memikirkan apa yang baru saja dilihatnya.
Ruki keluar kamar dengan kaus hitam berlengan panjang, dan celana panjang berwarna putih. “Kau tidak melihat apa pun ‘kan?” ia bertanya, wajahnya bersemu merah menatap Reita.
“Eh? Tidak kok, aku tidak melihat apa pun,” jawabnya cepat.
“Kau yakin?” Reita mengangguk kemudian menunduk dalam, membuat Ruki ragu.
TING TONG TING TONG…
Bel rumah itu berbunyi nyaring, menyelamatkan Reita. Ruki terdiam sebentar, lalu turun membuka pintu rumah itu diikuti Reita.
“Uruha?” Sosok cantik di hadapannya itu memakai kemeja lengan panjang dan celana hitam dengan vest ungu tua berbordir hitam abu-abu.
“Apa kabar kalian berdua? Sudah siap untuk menghadapi malam ini?” mereka segera mengingat kembali perkataan Master mereka dua hari yang lalu.
“Kalian semua… akan menyusup ke dalam pesta yang akan diadakan di tiga tempat bersamaan. Tujuannya mudah saja, membunuh kelima orang yang hadir di dalam pesta tersebut…” gadis ia meneguk wine-nya. Sementara para peneliti dan penyerang berjengit mendengarnya.
“Saya tahu cara itu terlalu kasar… tapi kami sudah menyimpulkan dari semua data yang ada. Ini adalah misi yang sangat penting, kalian tidak boleh salah, terbaca dan terlihat mencurigakan.” Mereka semua mencerna kata-kata Master itu dengan seksama.
“… dan untuk lebih jelasnya, nanti leader kalian akan menjelaskan…”
“Yeah… Master, rencana itu sedikit membuatku kaget sih…” Reita menjawab, sementara mereka sudah duduk di sofa.
“Ini, perintah dari Miyavi…” Uruha menyodorkan file berwarna hitam, Reita menerimanya.
“Aku? Jadi…” tapi lagi-lagi bel pintu berbunyi.
“Biar aku yang buka…” Ruki membuka pintu dan melihat Kai dengan senyumnya yang lebar…
“He Ruki-chuu…” Kai tetap memasang senyumnya, membuat Ruki heran.
“Hah? Kau memanggil namaku apa tadi?” Ruki mengernyitkan dahinya, tapi Kai mendorongnya masuk ke dalam rumah.
“Sudahlah, duduk dan santai saja…” Kai mendudukan Ruki di samping Reita. Ia menyodorkan file kepada Ruki. Sementara Reita meminum air mineral, Ruki membaca file itu.
“HAH??? Aku menjadi lady?” Reita menyemburkan air yang belum ditelannya itu. Tepat ke arah Uruha, membuat Uruha melempar tatapan iblis yang tidak dipedulikan oleh Reita
“APAA??? Jadi… jadi… ini maksudnya… aku harus mendampingi Ruki di pesta itu sebagai pelayannya???” Reita mengelap bibirnya buru-buru, Kai tertawa melihat mereka berdua, sementara Uruha mengelap wajahnya dengan saputangan.
“Ini… apa maksudnya? Aku tidak mengerti, kalau mau menyamar, mengapa aku harus jadi… jadi… perempuan??” Ruki bertanya dengan nada kesal juga bingung. Kejutan apa lagi yang diciptakan Master untuknya?
“Tenanglah Ruki… hehe… ini kostum untukmu…” Ruki menerima kotak besar berwarna putih itu dari Kai, membukanya dan langsung pucat.
“Yeah, dan ini untukmu,” Reita menangkap kotak besar berwarna hitam yang dilempar Uruha, membukanya dan heran.
“APA??” Mereka berseru kaget bersamaan.
“Ho… lihat mereka, Uruha… kompak sekali ‘kan pasangan yang satu ini?” Kai tertawa-tawa, begitu juga Uruha.
“Ini kan permintaan khusus dari Master… khusus artinya sama dengan special…” Uruha menekankan kata terakhirnya, PSC ternyata bisa menjadi sangat aneh…
To be continued…
~†~†~†~