Starring: the GazettE, and everyone who shown in this absurd story…
Author: Sa~
Rating: PG 15
Genre: Romance? Angst?
Pairing: Reita x Ruki
Warning: kisu… nothing else… (maybe)
Disclaimer: I’m not owned anything… khukhukhu… it’s okay, it’s okay… (throw in both of them)
“Ini kan permintaan khusus dari Master… khusus artinya sama dengan special…” Uruha menekankan kata terakhirnya, PSC ternyata bisa menjadi sangat aneh…
~†~†~†~
Sejak 2 jam lalu, Ruki ada di dalam kamarnya bersama Uruha dan seorang staff yang didatangkan dari PSC. Melarang semua orang masuk ke kamarnya tak terkecuali Reita. Entah apa yang sedang dilakukannya sampai memakan waktu yang sangat lama seperti itu.
Reita di dalam kamarnya sendiri, menatap cermin dengan bingung, ‘apa yang akan terjadi nanti?’
Reita POV
Ruki… aku tak tahu apa yang terjadi di rumahmu. Kau melarangku masuk ke dalam, padahal aku hanya ingin melihatmu… bahkan aku harus kembali ke rumahku sendiri, ada apa denganmu? My Angel…
Aku memakai kostum yang diberikan Uruha tadi pagi, jas panjang berwarna hitam dengan bordiran rumit berwarna perak, lengkap dengan dasi, celana dan sepatunya. Aku tak tahu apa yang akan dipakai Ruki, kenapa ini menjadi begitu sulit?
Ru-chan… aku melirik jam dinding di kamarku yang didominasi warna hitam, sangat kontras dengan kamar Ruki yang berwarna putih. Seputih dan selembut dirinya…
Ponselku berdering, menampilkan nama Uruha di layarnya. Detik berikutnya aku mengangkat telepon itu.
“Ya, ada apa Uruha?” di seberang sana Uruha tertawa sebelum menjawabku.
“Kemarilah Pangeran… sang Putri sudah siap untuk dijemput… hehe…” dari kejauhan bisa kudengar suara Ruki.
“Uruha!!! Jangan menyebut aku Putri!!!!!” Ruki? Aku mendengar nada kesal dalam suaranya, tetap saja membingungkanku.
“Baiklah aku akan segera ke sana…” aku mematikan ponsel, mengantongi kunci mobilku dan masuk ke rumah Ruki yang tepat berada di sebelah rumahku.
Menaiki tangga dan melihat sosok perempuan cantik di depan pintu kamar Ruki, mengenakan gaun berwarna ungu tua, dengan mantel panjang berwarna hitam. Rambutnya yang sewarna madu digelung dan sisanya dibiarkan tergerai anggun. Kalau saja aku masih terpesona, aku pasti akan terlambat menyadari, bahwa sosok dihadapanku ini adalah Uruha, sahabat baikku.
“Hey Pangeran… dengan penampilan seperti itu, pasti kau sudah siap menyambut sang Putri…” Uruha tertawa kecil sambil memutar-mutar kipas hitam yang ada di tangannya. Aku hanya bisa terdiam, permainan apa yang akan kau tunjukan padaku Uruha?
Cklek… Uruha membuka pintu dan seperti pembawa acara di televisi ia berseru, “Nah… marilah kita sambut… Ruki-chuu…” dan aku terperangah, melihat sosok yang ada di dalam kamar Ruki.
Aku terpana menatapnya, kecantikan itu membuatku termangu. Rambutnya yang pirang kecoklatan digelung dan disematkan hiasan berbentuk mawar putih berenda menutupi sebagian poninya. Gaunnya berwarna putih panjang dengan detail renda dan pita di bagian dada, kerah lehernya sedikit terbuka menampilkan kulit indahnya. Tangannya diselimuti sarung tangan yang terbuat dari katun dan satin berwarna putih.
Wajah manis yang tanpa dosa itu… kini semakin tampak menyerupai malaikat. Bahkan aku sampai tak bisa mengucapkan kata-kata…
“Hei… hei… Pangeran!!!!!” suara Uruha mengagetkanku, dan boneka di depanku itu bergerak, seperti porselen yang rapuh, ia berjalan dengan sangat berhati-hati.
Kemudian berhenti tepat di depanku, wajahnya yang menunduk bersemu merah… cantik… cantik… manis sekali aroma tubuh yang kucium darinya… Aroma manis vanilla yang menyenangkan, membuatku tersadar bahwa Angel, benar-benar nyata di hadapanku.
“Rei-kun?” suaranya manis sekali, semanis aroma tubuhnya… semanis dirinya…
“Ru-chan? My Angel?” aku melihat wajah boneka itu menengadah, memperlihatkan kedua bola mata berwarna coklat hazel yang berbinar indah. Bibirnya yang kecil berwarna merah muda yang lembut, cantik… inikah yang bisa membuat malaikat iri kepadamu Ruki?
Tanpa sadar aku memeluk tubuh kecil itu, rapuh, dan sangat indah… aku menciumi lehernya yang terbuka, manis….
“Aah… Rei-kun… ber… henti…” tubuh kecil itu menggeliat. Ugh, aku tidak tahan melihatnya… ini seperti… seperti… pernikahanku dengan Ruki…
“Hmm… Pangeran, kau tahu ‘kan berapa lama aku mendadaninya??? Dua jam!!! Beraninya kau mau merusak gaun itu? Badboy!!!” Uruha menepuk keras bahuku dengan kipasnya, lalu berbalik dengan anggun menuruni tangga tanpa kesulitan yang berarti.
Nah, inilah masalah selanjutnya… bagaimana Ruki dapat menuruni tangga dengan gaun dan sepatu hak tinggi itu?
“Er… Rei-kun… aku tidak tahu bagaimana caranya…” Tanpa banyak bicara, aku mendahului Ruki menuruni dua tangga sekaligus kemudian mengulurkan tanganku kepadanya. Ia terlihat sedikit ragu, kemudian senyum manisnya mengembang dengan lesung pipi yang manis sekali. Tapi…
“Eh??” figur boneka itu terlihat rapuh, limbung di hadapanku.
“Angel!!!!!” refleks aku menangkap tubuh kecil yang rapuh itu. Sekejap saja aku merasakan kulit lembutnya menyentuh leherku, aroma manis vanilla seperti pekat di udara yang kuhirup.
“Ah… Reita… aku… maafkan aku, aku tidak terbiasanya memakai ini…” ia menunjuk sepatu hak tinggi berwarna putih yang ia pakai, wajahnya yang manis menunduk malu. Aku tersenyum lembut memandang wajah cantiknya, kau memang manis Angel…
“My Angel… please don’t be shy like that… I’ll always beside you, I’m yours…” Aku menggendongnya, persis seperti pasangan baru menikah yang menuju tempat bulan madu. Ck, kenapa sih pikiranku sudah jauh begitu?
Aku mengerling kepada wajah boneka itu… ia menatapku lembut, tertawa kecil… sudah Ru-chan… Nanti aku benar-benar ingin melakukan hal yang lebih jauh terhadapmu… my Angel.
“Hey kalian… benar-benar seperti pasangan yang baru menikah ya? Mau aku foto?” suara Uruha terdengar dari bawah, dan tiba-tiba saja kilatan blitz terlihat sekejap.
Ia tertawa, “Kalian berdua terlihat sangat bahagia ya…” tersenyum jahil, lalu berjalan a la model ke pintu dan membukanya seperti pengiring pengantin.
Aku tertawa senang, menapaki tangga satu persatu dan berjalan menuju limousine yang menunggu di depan sambil tetap menggendongnya. Wajah malaikatnya menatapku dalam, membuatku ingin menciumnya… tapi tidak, aku bisa merusak riasannya nanti.
“Sudah siap?” Kai berseru dari dalam. Uruha masuk ke dalam, disusul olehku yang menggendong Ruki. Aku duduk di samping Ruki, memeluk tubuhnya yang seperti porselen rapuh, melindunginya dari sesuatu yang bisa membuatnya pecah begitu saja.
“My Angel… I love you,” dan tiba-tiba aku merasakan manis bibirnya membuatku hampir lepas kendali. Stop Reita! Stop! Aku menghentikan diriku sendiri untuk tidak melakukan sesuatu yang lebih jauh terhadap malaikat ini. Ia tersenyum manis, sukses untuk membuat jantungku berpacu dengan sangat tidak teratur.
~†~†~†~
Semua mata terpana menatap malaikatku yang cantik dan manis ini… Haruskah aku senang karena menjadi orang yang paling beruntung mendampinginya? Atau protektif karena sekarang semua mata ingin mengejar dirinya lebih jauh lagi?
Berjalan perlahan, takut jatuh dengan sepatunya, namun ia tampak sangat anggun… Ia berhenti dan menatap tepat ke mataku, memberi sinyal peringatan, aku mengerti. Targetku sekarang ada di ujung meja sana, memakai blazer abu-abu dan dasi hitam yang terlihat mahal. Aku tersenyum, target yang sangat mudah, meski dengan pengamanan seketat apapun, kau tetap akan mati…
Lalu rencana pun dijalankan… Malaikatku berjalan ke arah pemuda yang selisih umurnya tidak jauh dariku. Ia mengambil minuman yang diberikan seorang pelayan sambil tersenyum manis, aku ingin ada di sana Angel… Ia berbalik, dan tanpa diminta pemuda itu melihatnya dengan penuh minat. Sesuatu yang memang ditunggu olehku dan Kai.
Aku melihat Malaikatku menyambut tatapan pemuda ini dengan tersenyum sopannya. Itu sudah cukup membuatnya terpana dan menghampiri Malaikatku dengan cepat. Aku mengambil beberapa langkah lebih dekat di belakang pemuda yang sedang sibuk dengan Ruki itu.
Malaikatku menyentuh tangan pemuda itu dengan lembut, aku merasakan ingin segera membawanya pergi dari sana. Ia berkata-kata seraya tersenyum, dampaknya sangat sangat sangat besar pada ekspresi wajah pemuda itu. Tampak begitu memuja. Aku tidak suka itu, aku yang memiliki dirinya!!!
Malaikatku menatap ke arah lain dari yang seharusnya, menatap mataku yang gundah. Sekilas kulihat sorot matanya keruh, aku ingin… ingin sekali memelukmu Ru-chan! Tapi tugas ini belum selesai…
Ia tertawa pelan mendengar kata-kata pemuda yang pasti tidak lucu itu, Ru-chan… tawamu hanya untukku ‘kan? Lalu aku merasakan hentakan lain di dadaku saat kulihat pemuda itu memegang pinggang ramping Ruki. Tidak! Tidak!! TIDAK!!!
Aku hampir saja lepas kendali, kalau saja Kai tidak berdesis galak dari belakangku, “Reita… tahan emosimu… tujuan kita hanya untuk membunuh pemuda keparat itu. Jangan membuat keributan di sini.” Ia menekankan setiap perkataannya dengan nada memperingatkan, ia sangat memahami sifatku, aku tahu itu…
~†~†~†~
Ruki POV
Reita? Aku tak mau melihat wajahmu begitu… sungguh aku ingin mati bosan jika bersama orang ini terus…
Reita? Sebentar lagi aku akan mengajaknya ke taman labirin, kau harus melakukan tugasmu di sana… Jangan memandangku dengan wajah sedih itu Reita… Aku mohon… Aku ingin sekali semua ini berakhir, dan kau bisa mendekapku lagi… dan aku bisa merasakan kehangatan yang kurindukan lagi…
“Maaf Tuan, saya rasa di sini agak sedikit sesak. Jika Tuan berkenan, sudikah Tuan untuk menemani saya pergi menghirup udara segar di luar?” Aku menatap pemuda itu, mengatakannya dengan nada persuasif, dan ia sepertinya sudah terhipnotis oleh perkataanku.
“Tentu Nona, saya tentu berkenan menemani lady secantik Nona untuk berjalan-jalan… eh… di luar?” matanya melebar, aku merasakan ketakutan, tapi kulihat Reita dan Kai terus mengikuti kami. Maka aku pun menjadi lebih rileks…
Kami berdua berjalan beriringan, ingin rasanya aku menyentakkan tubuhku darinya. Seenaknya saja ia menaruh tangannya di pinggangku, membuatku merasa merinding dan tak nyaman.
Aku menengok sedikit ke arahnya, meski lebih tepatnya ke arah Reita dan Kai yang membuntuti kami berdua. Pemuda ini menatap balik terhadapku dan tersenyum, mengira bahwa aku sudah jatuh ke perangkapnya. Dasar menyebalkan!
Aku tak tahu, tiba-tiba pemuda ini membuatku berhenti di tengah taman labirin, sementara Reita dan Kai sudah ada tepat di belakangnya. Ia tersenyum, aku merasakan aura yang sangat tidak enak. Penuh hasrat…
BRUGH…
“Nona, kau sangat cantik malam ini…” ia mendorongku dengan sangat keras ke dinding tajam taman labirin. Sakit, aku merasakan mataku berair, tangannya mencengkram pundakku dengan sangat kasar, sakit... matanya liar menatapku, takut… aku takut…
Ia tersenyum lagi, aku merasakan hawa jahat yang pekat darinya. Reita… tolong… tapi tak ada suara yang keluar dari bibirku.
Aku teringat saat anak rupawan itu mendorongku… aku teringat saat sensei memegangi kedua tanganku di ruangannya… aku ingat saat sekelompok lelaki mengurungku di dalam mobil… takut… jangan… aku tak mau lagi… Tolong…
Aku tak mau, dan akhirnya aku kembali mendapatkan suaraku yang sempat hilang.
“A… apa ini Tuan? Lepas…” ia segera memotong perkataanku dengan ciumannya,. Ia menggigit bibirku, membuatku membuka mulut untuk berteriak, lalu memasukkan lidahnya. Aku merasa sangat, sangat sulit untuk bernafas, sesak… sakit… takut…
Tangan kanannya memegangi erat kedua tanganku di atas kepalaku, lainnya mencoba membuka, atau lebih tepatnya… merobek kostumku… sakit… takut…
Aku meronta, dan tiba-tiba ciuman itu dipotong dengan paksa oleh seseorang. Seketika itu juga wangi mint menguar di udara… Reita?
Aku melihatnya menerjang pemuda itu dengan amarah dan rasa cemburu yang luar biasa. Menusuk pemuda itu dengan pisaunya, dalam hitungan detik aku melihat darah… darah… tidak… aku… aku takut…
Kutangkupkan wajahku dengan kedua tangan dan meringkuk di rumput. Tak terasa air mata jatuh di pipiku, membasahi sarung tanganku. Takut… takut… aku takut… yang bisa kudengar hanyalah teriakan kasar, lolongan yang tertahan, lalu sunyi… senyap… Aku bisa menghirup bau amis darah dan mint dan vanilla yang membaur di udara.
To be continued…
~†~†~†~