Title : My papa, not yours!
Chapter : 01/??
By : Sachi_ciel
Fandom : Alice nine
Pairing : ToraxSaga
Genre : AU, OOC,romance, drama
Rating : T
Disclaimer : Para tokoh bukan milik saya, Cuma pinjam nama aja.
Note : Ga yakin (plakkk..)
* * *
"Silahkan masuk."
Saga mengangguk, lalu melangkahkan kakinya memasuki rumah Tora.Saga mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan yang dapat ditangkap matanya sembari ia mencari seseorang yang ingin ditemuinya.
"Duduklah dulu, aku ambilkan minum,"
"un, ngomong-ngomong dimana anakmu?"
"Ah, iya, mungkin dikamarnya, sebentar."
Tora melangkahkan kaki meninggalkan Saga sebentar diruang tengah menuju kamar Hiroto.Tora mengetuk pintu nya, namun karena tak kunjung dijawab, Tora mencoba memutar gagang pintu tersebut, dan...Pintu terbuka, Tora melonggokkan kepalanya kedalam, ternyata kamar itu kosong.Tora segera menutup kembali pintu dengan wajah sedikit bingung dan kembali kedepan menemui Saga.
"Tak biasanya ia belum pulang jam segini" ujar Tora sambil memeriksa ponsel ditangannya.
"He? Dia tidak memberi kabar?" Saga jadi ikut khawatir."Tak ada telpon ataupun pesan darinya.
"Segera Tora menelpon Hiroto.Sedikit menunggu lama sampai telpon Tora dijawab.
"Halo, papa?"
"Hiroto, kamu dimana?"
"Aku dijalan pa, tadi disekolah ada pelajaran tambahan,"
"Haah.. Papa kira kamu kemana, lain kali telpon atau kirim pesan kalau pulang terlambat."
"Iya papa, maaf aku lupa"
"Yasudah, hati-hati dijalan."
"Um. Sebentar lagi aku sampai dirumah, aku sayang papa"
"Ya, papa juga sayang Hiroto"Sambungan ponsel pun diputuskan. Wajah Saga kini ikut tampak lega, sedikitnya ia bisa mendengar percakapan Tora dan anaknya walau samar-samar.
"Dia ada pelajaran tambahan, mungkin sebentar lagi pulang."
"Un, tak apa"
"Ah, sebentar aku kebelakang"
Saga mengangguk. Saat Tora meninggalkannya diruang tengah, Saga tak tahu mau berbuat apa. Maka saat disamping nya ia lihat ada rak kecil berisi majalah, Saga mengambil salah satu majalah itu dan membacanya sambil menunggu Tora kembali.Beberapa saat kemudian Tora kembali dari dapur.
"Ini mimumlah,"
Saga mengangkat wajahnya dan menutup majalahnya ketika Tora datang membawa nampan berisi dua gelas minuman.
"Terima kasih, maaf merepotkan."
"Tidak masalah, jangan terlalu formal begitu, ini bukan dikantor"
Saga hanya bisa tersenyum malu atas ucapan Tora itu.Tora meletakkan minuman itu diatas meja sambil mengambil duduk disamping Saga.Tora mengambil minuman bagiannya dan meneguk minuman tersebut karena lumayan haus setelah pulang kerja tadi.
"Maaf cuma ada jus orange, yang lainnya ternyata sudah habis haha..."
"Tidak apa-apa,"
Saga hendak mengambil gelas jus orange nya namun tertunda karena ia mendengar pintu depan terbuka dengan suara seorang anak yang berseru,
"Tadaima..." Tora dan Saga segera bangun, Tora berjalan duluan ke pintu depan dan menyambut anaknya diikuti Saga dibelakangnya.
"Okaeri Hiroto-chaan..." Goda Tora.Hiroto yang tengah jongkok untuk melepas sepatunya langsung berwajah cemberut.
"Huh, jangan memanggilku Chan, aku sudah bes―"
Hiroto kaget, saat ia sudah selesai melepas sepatunya lalu berdiri hendak menyimpan sepatunya di rak sambil melihat kearah ayahnya untuk membalas ucapan ayahnya, ia melihat Saga. Orang yang belum pernah dilihatnya.
"Siapa?" Dengan spontan Hiroto melontarkan pertanyaan itu."Ah, dia...
"Tora melirik ke arah Saga yang langsung dibalas Saga dengan menunduk malu.
"Mm... Dia teman kerja papa,"
Mungkin belum saatnya mengatakan pada Hiroto tentang hubungan mereka, mengingat Hiroto masih belum terlalu perlu mengetahui hal tersebut, pikir Tora.
"Yoroshiku, Hiroto-kun" Sapa Saga sambil tersenyum ramah.Tetapi balasan yang didapatkan malah berbeda.Mata Hiroto memicing tajam saat menatap Saga.Hiroto menoleh sesaat untuk meletakkan sepatunya di rak, setelah itu ia berjalan mendekati kedua orang yang lebih tua darinya itu. Tetapi Lebih tepatnya ke arah Saga.
"Benar hanya teman kerja?" Tanya Hiroto dengan mata menatap dalam, membuat Saga jadi sedikit merasa canggung"I...iya"Tora sedikit kaget atas pertanyaan Hiroto itu, ia tak menyangka anak nya akan menanyakan hal seperi itu.
"Hiroto, bersikap yang baik sayang," Tanpa mempedulikan ucapan ayahnya, Hiroto malah pergi meninggalkan Tora dan Saga.
"Hiroto!?" Hiroto sama sekali tak menoleh,Tora menghela nafas panjang dibuatnya.
"Tak biasanya dia seperti itu, Maaf atas sikap Hiroto,"
"Tak apa, mungkin karena dia kelelahan baru pulang sekolah," Saga memberi senyum, walau dalam hati ia merasa was-was."Hah.. Ayo duduk kembali."
* * *
Saga kembali duduk di sofa, di ikuti Tora duduk disampingnya.Saga duduk dengan tatapan lurus menatap meja didepannya tak menggerakkan tangannya untukmelakukan apapun.
"Haha... Kau terlihat tegang, santai saja. Diaanak yang baik kok."
Tora menepuk pundak Saga lalu mengelusnya. Saga menghadap pada Tora lalu mengangguk dengan sedikit senyuman.
"Papa!!"
Keduanya menoleh kearah dapur tempat asal suara Hiroto berada, sampai Hiroto tiba diruang tengah dengan baju seragam yang sudah berganti dengan pakaian rumah.
"Papa, jus orange ku habis!"
"Ah, maaf papa ambil untuk papa berikan padateman papa. Nanti papa beli lain ya? "
"Aku mau minum sekarang. Aku haus papa!"
Tak sengaja mata Hiroto melihat pada gelas yang masih utuh isinya terletak di atas mejatamu.
Dan Saga menyadari itu,
"Emm.. Anoo Hiroto-kun minum yang ini saja dulu. Ini belum ku minum kok,"Saga menyodorkan gelas miliknya ke arah Hiroto.
"Eh, tidak usah Saga! Aku akan belikan yang lainuntuk Hiroto"
"Tidak apa. Ini ambilahHiroto-kun," Dengan wajah sedikit cemberut Hiroto melangkah mendekat dan menganbil jus tersebut.Setelah itu ia mengambil langkah kecil untuk duduk disofa ditengah- tengah antara Tora dan Saga,Membuat Saga tersentak terkejut saat anak itu menggeser paksa posisi duduk Saga.Dengan santainya Hiroto meneguk jus orange itu. Sedangkan Tora merasa sedikit tak enak atas sikap Hiroto.
Namun karena ia berfikir itu hanya sikap anak-anak yang sepele tak usah terlalu dipikirkan. Biasabukan, anak ingin duduk didekat orang tuanya?Tetapi yang dirasakan Saga berbeda, bahkan sudah merasa perbedaan itu muncul dari sikap awal Hiroto bertemu dengannya tadi.
"Papa, tadi ada pelajaran tambahan di kelas musik,lalu saat di tes akumendapat nilai A!!" Cerita Hiroto sambil mengayun-ayun kan kakinya yang selalu berakhir menghantam kaki sofa yang empuk membuat kakinya tak merasa sakit walau dihentak-hentak berapa kalipun..
"Ohyaa... Wah, anak papa hebat!" Tora menepuk-nepuk kepala Hiroto.
"Iya dong, aku kan ingin jadi pemain gitar hebat dan terkenal."
Saga jadi tersenyum sendiri, melihat keakraban ayah dan anak itu.Mungkin, akan tampak menyenangkan lagi jika ia bisa akrab denganHiroto.
Mungkin, suatu hari nanti dia bisa menjadi bagian dari keluarga ini?Saga cepat menutup mulutnya yang tersenyum akibat pemikirannya tadi.
"Ngomong-ngomong, Hiroto-kun sudah kelas berapa sekarang?"
Hiroto diam tak menjawab, menyibukkan diri dengan gelas jus orange nya, hingga Tora harus menegurnya.
"Hiroto! Jawab jika ditanya,"
"Kelas dua SMP!" Jawab Hiroto ketus, tak menolehsedikitpun ke arah Saga dan masih menhentak-hentakkan kakinya di dinding kaki sofa.Sikap itu tentu membuat hati Saga sedikit tertohok.Akan tetapi ia mencoba untuk tak memasukkan nya kedalam hati, dan yang di tunjukkan hanyasenyuman.
"Hiroto, lihat pada orang yang mengajakmubicara. Kau tak harus diajarkan lagi tentanghal itu 'kan?" TegurTora lagi.
"Tidak apa-apa kok Tora,"
"Yasudah, Aku kedepan sebentar,"
"Eh?"
"Papa mau kemana?"
"Ke minimarket depan sebentar, tidak lama kok, Hiroto duduk dengan Saga-san dulu disini ya."
Tora bangkit dari sofa nya dan keluar apartemen menuju minimarket depan.Ia berpikir membiarkan Saga bersama Hiroto agar bisa mengobrol dengan leluasa dan jadi lebih akrab.Berbanding terbalik dengan perasaan Saga yang sudah merasa sedikit tak nyaman.Rasanya ia ingin ikut kemana Tora pergi karena bersama Hiroto ia merasa was-was dan takut.Namun karena tak merasa enak jika ia ikut bersama Tora lalu meninggalkan Hiroto sendirian padahal ia diminta untuk menemani anaknya, maka Saga hanya memberikan anggukan saat Tora mengucapkan kalimat itu.
"Kau sudah lama bekerja bersama papa?" Tiba-tiba pertanyaan itu keluar selepas Tora pergi keluar membuat Saga sedikit tersentak.
"Em... Lumayan, hampir satu tahun." Saga menatap anak itu yang sedang sibuk memainkan gelas dengan menggoyang-goyangkan gelas tersebut yang hanya tinggal batu es-batu es kecil didalamnya.Ia berbicara pada Saga, tetapi tak mau menatapnya.
"Apa kalian sering bersama?"
"Y-ya... Karena dia atasanku, dan ia juga sering bersama karyawan lain sepertiku"
"Kau sangat dekat dengan Papa? Bukan maksudnya papa dengan karyawan lain, tapi denganmu. Apa kalian sangat dekat?"
Saga terdiam, ia harus memberi jawaban yang bagaimana? Apakah jawaban yang ia berikan akan berdampak baik padanya, atau malah sebaliknya? Ia belum terlalu mengerti apa tujuan Hiroto bertanya seperi itu.Namun karena tak bisa terus terdiam, jadi dengan segala rasa khawatir nya Saga menjawab,
"y...ya..."
Hiroto menghentikan gerakan tangannya bermain dengan batu es-batu es tersebut.Ia menoleh kearah Saga dengan tatapan menajam.
"Kuharap tak ada kedekatan antara kau dan papa lebih jauh lagi!!" Tatapan itu seperti mengintimidasi.Ucapan nya pelan tetapi mampu membuat hati Saga bagai ditikam pedang.Ia hanya bisa diam membantu sampai rasanya nafas pun tak dapat ditariknya. Tora pulang dari minimarket, Saga segera membuang muka nya menghindari Tora.Sungguh, ekspresi wajahnya saat ini pasti akan membuat Tora melontarkan pertanyaan.Tora mendekati meja didepan sofa lalu mengeluarkan beberapa kaleng minuman dari dalam plastik belanjaannya dan ia letakkan di atas meja itu.
"Minumlah,"Saga tak mampu menatap Tora, ia membuat gestur melihat jam ditangannya.
"Ng... Tora, maaf aku harus segera pulang."
"Lho, kenapa?"
"Aku baru ingat kalau harus segera menyelasaikan pekerjaanku untuk besok."
"Ah, souka,"Tora memaklumi."Kalau begitu minum dulu, kau belum minum 'kan?"
"Tak apa, lain kali aku akan mampir kesini lagi"Tentu saja itu basa-basi.
"Sampai jumpa besok," Saga langsung melangkah menuju pintu keluar.
"Tunggu, aku antar," Tora bersiap mengambil kunci mobil akan tetapi cepat dicegah oleh Saga.
"Tidak apa, aku pulang sendiri saja."
"Tidak apa biar aku antar saja lebih cepat tak harus menunggu taksi"
"Tidak, tidak usah Tora. Kasian Hiroto-kun tinggal dirumah sendirian"
"Dia tidak apa-apa, lagian tidak lama kan hanya mengantarmu,"
"Tidak usah Tora, terima kasih, Maaf merepotkan."
Saga memutar gagang pintu lalu keluar dari rumah Tora dan berjalan cepat menjauhi rumah tersebut.Hatinya sudah terasa perih, namun wajahnya masih mencoba menutupi efek perih itu, hingga genangan air mata itu hanya bertahan di matanya dan akan siap tumpah jika pertahanannya runtuh.Sangat jauh dari dugaannya, sikap Hiroto tak seperti dalam bayangannya.Padahal sudah ia coba seramah mungkin dengan anak itu, tetapi sikap balasan nya sangat berbeda.Dia memang anak yang manis, baik dan periang. Namun itu hanya ditunjukkan pada papa nya, tidak dengan dirinya.Sebuah mobil berhenti tepat disamping Saga saat ia tengah berjalan meninggalkan rumah Tora.Saga pun terhenti dan menoleh kearah mobil itu.Pintu mobil itu terbuka,
"Masuk!"
"Tora!? Sudah kubilang aku bis―"
"Sudah, jangan banyak bicara lagi, masuk saja!" Saga menyerah.Akhirnya ia mengikuti perintah Tora.Akan terasa aneh juga jika ia bersikukuh tetap tak mau diantar 'kan?Itu malah membuat Tora curiga nantinya.Saga pun masuk kedalam mobil itu dan ia diantar pulang.
Tsuzuku
Posted via
m.livejournal.com.