[FF: Tora x Saga] FATE part b (end)

Nov 16, 2013 17:00

Title: FATE By: Sachi_ciel Chapter: Oneshot part 2 Cast: Tora,Saga,OFC. Genre: Drama, angst(?) Rate: T Note: Saga POV * * * Tiga hari aku tidak masuk sekolah, selama itu pula aku terus mengurung diri didalam kamar, menangis hingga mata ini bengkak, tapi aku bersyukur masih bisa berpikir jernih dengan tak melakukan hal-hal bodoh. Sampai akhirnya aku cukupkan tangisanku, aku menyadari tangisanku tak akan mengubah apapun. Tak akan membuat Tora menjadi milikku. Aku melangkah ke sekolah dengan gontai karena sebenarnya masih merasa berat untuk pergi ketempat ini. Tapi aku tak boleh terus-menerus bersikap seperti itu. Karena bisa membuat keluargaku khawatir. Dan aku mencoba menguatkan diri untuk bisa kembali ke sekolah. Saat muncul disekolah aku sudah tahu kalau teman-temanku pasti akan membombardirku dengan pertanyaan-pertanyaan mereka perihal kenapa beberapa hari kemarin aku tak masuk sekolah. Terbukti saat aku muncul dikelas aku langsung melihat temanku berseru memanggil namaku, "Saga? Kemana saja tidak masuk sekolah tiga hari?" Aku menghampiri teman-temanku, kulihat teman-teman sekelas yang lain juga melihat ke arahku tanda mereka juga ingin mendengar jawabanku. Haah.. Aku sedikit menyesal kenapa tidak datang lebih pagi dari mereka seperti biasanya. Begini aku jadi terlihat seperti penjahat yang di interogasi oleh polisi seluruh Tokyo. "Tidak, aku hanya sedikit tidak enak badan" Jawabku bohong. Aku menggantung tas ku disangkutan pinggir meja dan temanku bertanya lagi, perempuan memang cerewet ya. "Benar cuma tidak enak badan?" "hum! karena malas aku tambah libur saja dua hari lagi" Kutunjukan cengiran bohonganku. "huh, kau ini.." "Oh iya, besok malam ikut ke festival kembang api kan?" Aku terdiam, sebenarnya aku tak ingin ikut. Aku masih butuh ketenangan. Sebenarnya untuk kesekolah hari ini saja masih terasa begitu berat. Lalu, ajakan teman-temanku juga, aku ingin menolak tetapi merasa tak enak dengan mereka. aku sering sekali tertutup pada mereka tetapi mereka masih mau dekat denganku. "Saga, sebenarnya ada apa sih? Kau seperti menyembunyhkan sesuatu, jika ada masalah ceritakan pada kami, mungkin kami bisa bantu?" Aku melihat pada mereka. "Ha? Tidak kok, haha.. Kalian tidak usah khawatir begitu, ini hanya efek obat tidur, aku masih terasa mengantuk" "Benarkah?..." Aku mengangguk, dan mereka tampak seperti mempercayai jawabanku. Kalian, Memang teman-teman yang baik. Tapi maaf aku belum bisa menceritakan hal sebenarnya, terlalu rumit bagiku. Dan terlalu memalukan untuk kuceritakan. Haah... "Jadi bagaimana jawabannya? Ikut kan? Ayolah..." Aku sedikit terperanjat, mereka masih menangih jawabannya, padahal sesaat tadi aku sudah lupa. Mereka menatapku dengan tatapan memohon. "Ayolah kawan, ngapain sih dirumah saja. Sesekali bermain diluar rumah untuk mencuci otakmu sedikit haha..." Ujar teman ku yang ucapannya sedikit asal-asalan, memang begitu gaya laki-laki yang punya piercing dibibirnya itu. Dan aku sedikit aneh juga mengapa ia mau berteman denganku yang pendiam ini sedangkan dia tak bisa diam. Hah, entahlah aku tak tahu. Tapi dengan sifat mereka yang berbeda denganku inilah membuatku terhibur oleh tingkah-tingkah mereka. "Um...Akan kupikirkan nanti" Jawabku menolak dengan halus agar tak mengecewakan mereka. * * * Bel tanda istirahat sudah berdentang dari beberapa saat yang lalu, aku berjalan di koridor sekolah mengikuti teman-temanku. Tak ada alasan lagi untukku menolak ajakan mereka, karena aku sudah tak lagi memegang kamera untuk melakukan aktivitasku seperti biasanya. Karena menurutku sudah tak penting lg, jika kini aku membidikkan kameraku ke arah Tora, pasti di samping nya ada dia. Perempuan cantik yang selalu bersama Tora. "Hei, lihat apa sih?" Aku tersentak. Ku kerjapkan mataku. Teman-temanku ada didepanku, dan ini sudah dikantin. Sejak kapan aku melamun? "Aaah... Kau melihat pasangan baru itu ya? Hayoo..kau cemburu ya? Jangan-jangan kau juga suka dengan maria?" "Ha? T-tidak..." "Ah, jangan bohong, dari tadi kau terus melihatnya. Hum...dia memang cantik sih, dan banyak laki-laki suka padanya. Tapi sekarang dia sudah jadi pacar Tora,jadi bagaimana dong Saga? Kau sih tidak curhat dengan kami, tau begitu kami kan bisa bantu," Ya,memang kalian akan membantu, aku percaya itu. Tapi bagaimana kalau aku bilang orang yang aku sukai adalah Tora, apakah kalian mau membantuku? "Kalian tidak jadi makan?" Tiba-tiba aku langsung mengalihkan topik pembicaraan membuat mereka sedikit kaget. "Hha..tentu saja beli" "Kalau begitu ayo" Aku melangkah duluan untuk membeli makanan lalu disusul mereka. Aku bersusah payah mencari tempat duduk yang mungkin jauh dari Tora tapi kenapa Tora malah duduk dihadapanku? Walau diselingi beberapa meja tapi aku tetap bisa melihatnya. Saat makan berlangsung aku tak bisa tak megerlingkan mataku padanya, mata ini seperti bergerak sendiri tanpa kuperintah untuk melihat Tora. Tora, dia terlihat bahagia bersama perempuan itu. Senyumnya tak henti-hentinya terkembang disamping perempuan itu. Cintaku terlarang, mungkin karena itulah takdir tak bisa menyatukan kami. Aku… Aku menyerah... Aku harus merelakan nya. Mungkin memang seharusnya itu pasangan yang tepat untuk Tora. Tapi, bisakah aku berharap satu hal Tuhan? Bisakah aku berbicara dengannya satu kali saja? Merasakan ia tersenyum kepadaku, merasakan matanya benar-benar menatapku bukan sekedar kerlingan mata yang tak dapat kutangkap seperti hal nya saat ia mencari temannya dibangku penonton saat aku juga ada di bangku penonton disamping temannya ikut menonton pertandingannya. Aku ingin sekali saja mendengar suaranya yang benar-benar bicara padaku walau hanya satu kata saja. Tuhan, apakah kau izinkan aku untuk mendapatkan sesempatan itu satukali saja? "Em...sepertinya aku akan ikut kalian besok malam." Ketiga temanku mendadak berhenti dari gerakan mereka yang sedang makan dan minum. "Yang benar!?" Tanya teman perempuanku yang berambut lurus panjang itu tak percaya. Aku mengangguk. "Horee..." kedua teman perempuanku berseru senang, dan si piercing hanya tersenyum mengangguk. Yah, tak ada salahnya kali ini aku main dengan mereka, mungkin bisa sedikit mengalihkan bayangan Tora dalam benakku, dan sepertinya aku memang harus belajar melupakannya. * * * Festival sudah dimulai, suasana sangat ramai. Lampu-lampu hias berkelap-kelip menghiasi stand-stand penjual makanan juga mainan. Semua pengunjung merasa gembira. Sepertinya memang tak salah memilih ikut dengan mereka, aku mulai tersenyum menikmati suasana keramain dan pemamandangan yang indah ini. Tepi sungai di hiasi lampion-lampion cantik. Aku di ajak mereka bermain menyaring ikan mas. Aku merasa bernostalgia dengan masa kecil ku dulu. Sudah lama sekali aku tak bermain permainan ini lagi, dan kuakui saat kucoba kembali memainkannya sekarang aku merasa gugup. Saat pertama kucoba kertas saringan langsung sobek, haha terbukti keahlianku sudah menurun. Padahal dulu aku jago nya. Aku meminta saringan kedua, dan gagal lagi. Tak kurasakan lagi kegugupanku, malah aku sudah mulai ketagihan dan mencoba-mencoba terus. Teriakan teman-temanku membuatku tanpa sadar tertawa. Kami pindah ke stand lain, kalau teman-temanku tidak mengajak ke stand lain, mungkin aku sudah menghabiskan semua saringan yang tersedia disitu. Satu ikan koi yang berhasil kudapatkan, kugantung ditas ku. Karena aku malas memegang benda apapun ditangan jika lagi berjalan. Kami pergi ke stand lain nya yaitu permainan menembak kaleng kosong yang disusun bertingkat membentuk piramid. Aku ditantang teman ber-piercingku untuk melawannya. Tentu saja aku menerimanya. Kamipun bertanding, dua teman kami yang perempuan berteriak-teriak memberi semangat. Dimulai olehku yang hanya bisa menumbangkan lima kaleng dari keseluruhan tersedia sepuluh kaleng. Oh, tidak! Kemampuanku benar-benar menurun, haha... Sekarang giliran temanku, dan... Oh hebat! Dia bisa menumbangkan kesepuluh kaleng itu. Dan ia diberi sebuah hadiah boneka beruang. Hahaha mau disimpan dimana boneka itu? "Untukmu..." Ia langsung menyodorkan boneka itu ke arahku dengan cengiran nya, membuatku kaget saja. "Ha? Apa-apa'an? Memangnya aku perempuan?!" Aku sedikit sebal. "Tapi sepertinya kau cocok menyimpan boneka itu, hahaha" "Enak saja! Kenapa tidak kau berikan saja pada adik perempuanmu?" "Sayangnya aku tak punya adik perempuan," "Hihi..sudahlah, ambil saja Saga, mumpung gratis" Kulihat kedua perempuan itu menertawaiku. "Tidak perlu! Ambil saja untuk kalian!" "Ah, kami sudah banyak boneka seperti itu, ambil saja daripada dibuang kan," "Kaliaaan..." Geramku melihat ulah jahil mereka. Akhirnya aku ambil saja boneka itu. Ah, aku baru ingat kalau aku punya tetangga memeliki anak perempuan, kuberikan saja untuk anak tetanggaku ku itu. Kutenteng dengan malas boneka yang lumayan besar ini dengan hanya memegang tangan boneka tersebut. Lalu teman-temanku mengajak ke tempat permainan lain. Membuatku terlupa sesaat dengan boneka ini, lalu kembali melihat boneka beruang ini saat aku harus membawanya pindah ke stand yang lainnya lagi. Kami cukup lelah dan perut sudah terasa kosong. Salah satu temanku mengajak kami membeli cumi panggang dan minuman kaleng, dan aku setuju saja karena aku juga menyukai makanan itu. Tapi... Oh ya ampun, tangan ku penuh! aku tak bisa memegang minumanku karena satu tanganku memegang boneka. Maka kuputuskan untuk menyimpan boneka itu didalam tas ransel ku. Beruntung aku membawa tas ku walau boneka itu tak sepenuhnya masuk ke dalam tas ku karena urukuran nya yang lebih besar dari tasku. Jadilah setengah badan boneka tersebut menyembul keluar. Tak apalah, asal aku tak capek memegang benda merepotkan itu. Kami menikmati cumi bakar sambil berjalan menuju tepi sungai. Karena sebentar lagi akan ada pertunjukan kembang api. Banyak sekali orang-orang yang sudah berkumpul disana ternyata, kami mencari sebuah tempat kosong dan beruntung masih ada tempat kosong untuk kami duduki. Tak berapa lama kemudian kembang api meluncur kearah langit. Kembang api indah itu menghiasi langit malam yang cerah ini. Semua mata tertuju pada kumpulan percikan api yang seperti bunga itu. Disusul bertubi-tubi oleh kembang api yang lainnya dengan bentuk, ukuran dan warna yang berbeda-beda. Aku membawa tas ku kedepan, mengeluarkan boneka itu lalu membongkar tas ku dan mengambil kamera yang selalu ada dalam tasku ini. Aku mulai membidik kembang api-kembang api itu. Mungkin, sudah waktunya aku memotret hal lain selain dirinya sebanyak-banyaknya sampai aku harus menghapus foto-foto lama untuk menyimpan foto-foto baru. "Sepertinya kau harus melanjutkan sekolahmu di bagian fotografer nanti" Aku menoleh, dan tertawa menanggapi ucapan temanku. "Haha..mungkin," Sudah cukup lama kami berada disini, sekarang sudah saat nya kami pulang karena pertunjukan kembang api pun sudah selesai. Satu temanku pamit pulang dluan karena mendadak ditelfon ibu nya ada urusan penting. Kini tinggal kami bertiga, temanku si piercing dan si perempuan rambut ikal. Haha padahal mereka punya nama, tapi aku suka menyebut mereka begitu, kecuali saat aku memanggil mereka, maka aku akan meyebut nama mereka. Kami mengumpulkan sampah makanan kami setelah itu aku membereskan barangku, memasukkan kembali benda-benda yang kukeluarkan tadi saat hendak mengambil kamera. Kulihat mereka menungguku, "eng, kalian duluan saja nanti aku susul, biar sampah nya aku yang buang," "Eh, apa tidak apa-apa?" Tanya teman perempuanku si rambut ikal. "haha..memangnya aku anak kecil. Sudah, dulua saja!" "um, baiklah. Kami duluan ya" Kulihat wajah si ikal itu sedikit memerah saat berbalik tadi. Tanpa sadar aku tersenyum. Aku tahu, mereka saling suka, dan aku tidak mau mengganggu suasana diantara mereka, biarkan mereka bisa lebih dekat lagi karena ini kesempatan untuk mereka saat si cerewet sudah pulang duluan. Kalau disekolah, mana ada kesempatan itu untuk mereka. Aku berdiri setelah selesai membereskan isi tas sambil memegang kantong plastik berisi sampah makanan kami tadi untuk kubuang ke tempat sampah. Juga masih sama seperti tadi, posisi boneka masih tetap sama, menyembul keluar. Bahkan lebih buruk lagi karena ada tambahan mainan-mainan lainnya membuat tasku tambah berat. Begitu aku bilang akan memberikan pada anak tetangga, mereka langsung semangat memdapatkan hadiah. Dasar mereka itu... Tapi aku senang, berkat mereka aku merasa gembira hari ini. Terima kasih teman-teman. Kubuka tutup tempat sampah dan aku membuang sampah kami tadi, setelahnya menepuk sedikit tanganku untuk menghilangkan debu. Aku kembali berjalan. Saat beberapa langkah berjalan, tiba-tiba ada yang membuat langkahku terhenti. Kulihat kebawah untuk melihat apa yang membuatku terhenti, dan ternyata aku menginjak tali sepatuku sendiri yang sudah terlepas. Kuhela nafas panjang, kenapa saat ingin cepat-cepat pulang begini ada saja halangannya. Aku berjongkok untuk mengikat kembali tali sepatuku, setelah selesai dan memeriksa apakah benar-benar kuat terikat, aku berdiri dan kembali melangkah. "Hei, Tunggu!" Merasa seperti ada yang memanggil aku berhenti lagi. Kutolehkan wajahku kebelakang mencari orang yang memanggil itu, apakah benar aku yang dipanggil. Tapi ada seseorang yang berjalan ke arahku, ia melihat ke arah ku, sambil memegang boneka yang persis ada dalam tas ku. Aku mendadak tak bisa bergerak, tubuhku seperti dipaku dan mataku tak dapat berkedip. Itu dia!!? Dia... Dia Tora! Oh Tuhan apakah ini kenyataan. Atau aku salah lihat? Dia menghampiriku. "Ini tadi aku melihat boneka ini jatuh dari tasmu" aku masih terdiam. Ti..tidak bukan begini harusnya reaksiku. Tapi,Aku harus bersikap seperti apa?! A-aku bingung... Aduuh... Ayolah Saga tenang... Tenaaang... Huuft... Ku hela nafas pelan, aku harus bersikap biasa saja. Walau jantungku masih berdetak sangat kencang, tapi aku harus bisa. "Ah, te-rima.. kasih.." Sial suaraku bergetar. Tidak tidak Saga tenanglah, bersikaplah biasa saja. Ku angkat tanganku yang bergetar ini untuk mengambil bonekaku, sekuat tenaga kutahan agar tangan ini tak bergetar dihadapannya. "Terima kasih" Ucapku pelan agar suara bergetarku tak diketahuinya. "Um... Lain kali hati-hati membawa barang, disini ramai, bagaimana kalau ada orang yang mengambil tapi tidak dikembalikan, " Ia sedikit tertawa… dihadapanku... Untukku!... "Y-ya..." Aku tak bisa menahan getaran tubuhku. "Tora!! Ini ice cream mu, ayo kita kesana," Seorang perempuan datang menghampiri Tora. Dan aku tahu siapa perempuan itu. Hatiku terasa pedih, namun aku harus bisa menahannya. "Aku permisi dulu..." Tora berpamitan padaku setelah diajak ketempat lain oleh pacarnya. Dia berbalik dan berjalan bergandengan tangan dengan pacarnya. Aku pun juga berbalik, merasa tak perlu melihat mereka berjalan sampai menghilang dikerumunan orang. Aku melihat boneka di tanganku, kemudian tersenyum dan kupeluk boneka ini. Terima kasih Tuhan... End.

toraxsaga

Previous post Next post
Up