Oct 04, 2012 02:39
A/N: For times that cannot be back. For my surrounding that grows older day by day. RIP for everyone who went away today.
"Komplek ini semakin tua."
Ucapan itu selintas kudengar saat Ibu berjalan melewatiku dengan tangan penuh bahan masakan hari ini dan pisau dapur. Ibu lalu mendaftar siapa saja yang bertambah tua, bapak siapa yang sakit, ibu siapa yang masuk rumah sakit, anak-anak mana yang pergi merantau untuk kuliah dan bekerja. Kali ini, kata Ibu, daftar itu bertambah dengan salah satu tetangga yang juga sakit dan terpaksa harus tinggal di rumah. Aku berhenti dari segala aktivitasku, membiarkan waktu berhenti bergulir dan memandang sekitar. Ya, semuanya tampak makin tua; rumah-rumah telah mengelupas dan memudar, rumput-rumput mulai liar dan menguning, dan manusia mulai mengeriput dalam rumah mereka masing-masing. Aku melihat Ibu, dengan tangan kurusnya berusaha mengupas wortel untuk sup siang ini. Aku melihat Ayah, keberadaannya yang menghilang dari rumah dan entah tengah mengembara di jalan mana di ibukota, berjuang menerobos waktu dengan tubuh yang tidak lagi mempunyai gairah masa mudanya. Aku melihat diriku, tergulung bersama aliran waktu hingga melupakan kebutuhan untuk berhenti dan merenung. Komplek ini semakin tua, juga manusia di dunia ini; dunia akan terus bergulir seakan tak terjadi apa-apa, tapi kita akan menua dan terlupakan, menguning dan mengelupas dan mengeriput. Akan ada hal-hal baru yang muncul, tapi hal-hal yang menua tak akan bisa kembali dimudakan. Esoknya, bapak ini meninggal. Minggu berikutnya, ibu itu penyakitnya bertambah parah. Bulan berikutnya, anak yang itu akan pergi dari komplek untuk ikut suaminya. Komplek yang tua akan dilupakan, dan takkan bisa menjadi baru kembali tanpa adanya radikalisme yang menggulung dan menghancurkan.
"Komplek ini bukan tempat untuk memulai hidup baru, juga bukan untuk meneruskan kehidupan."
Suara ketukan pisau yang beradu dengan telenan kayu pudar menggantikan kerja sang waktu dalam rumahku; Ibu adalah penanda waktu keluarga kami, selama pisaunya terus mengetuk, waktu kami akan terus berjalan. Aku masih menghentikan waktu di sekitarku; ketukan pisau Ibu hanya terdengar samar di telingaku. Tidak bisakah segala sesuatu terhenti dalam sebuah stagnansi, terhenti begitu saja tanpa perlu mengeriput dan menguning? Tidak bisakah tempat ini terdiam dan membiarkan aliran kehidupan berhenti mengalir? Apakah pada akhirnya aku juga harus pergi dari sini kalau aku ingin meneruskan aliran waktuku? Lalu bagaimana dengan Ibu yang masih mengetukkan pisau di sini? Bagaimana dengan Ayah yang masih berputar di ibukota untuk kembali lagi ke sini?
"Pak Edi baru saja meninggal."
Aku mengalihkan pandanganku dari dunia yang menua dan kembali memandang Ibu, wortel telah selesai dipotong dan kini bawang yang menjadi korban selanjutnya. Ibu berhenti sejenak dan memandangku, tatapannya serasa jauh dan terhenti, seakan waktuku bergerak lebih cepat dan waktu Ibu berjalan lebih lambat ke dua arah yang berbeda. Perbedaan itu, kusadari beberapa lama setelah terjadi, menunjukkan di mana kami berdua berdiri; Ibu adalah milik komplek ini, sejak awal begitu, sementara aku masih milik dunia yang berputar. Entah di komplek mana nantinya akhirnya aku akan tinggal, menjadi seperti Ibu: perlahan terlupakan dan harus melepaskan, tapi untuk sekarang ini tugasku bukanlah melepaskan, aku masih harus menerima--menerima dunia, menerima manusia, menerima jiwa. Aku memandang Ibu, tatapannya mengkomunikasikan sebuah pesan yang langsung terhantar menuju hati tanpa perlu melalui udara dan ruang.
"Tempatmu memulai kehidupan bukan di sini, bersama orang-orang yang mengeriput."
Tas ranselku menjelma di sisi, beratnya yang tersandar di kakiku mengingatkanku akan dunia yang harus kuterima. Kuangkat ranselku ke punggung dan memanggulnya--berbagi simpati dengan Atlas yang sepertinya sampai sekarang belum berhenti memanggul dunianya sendiri--dan melangkahkan kakiku keluar; keluar dari dunia komplek yang mengeriput, menuju dunia lain yang mau menarikku dalam gulungan waktunya yang cepat.
Karena komplek ini semakin tua, dan tak ada yang bisa membuatnya kembali muda.
drabble,
general,
orific