Chapter: One Shot
Author:
noe_sakamoto Genre: fluff, and a little bit crack at extra
Band: UNiTE and extra
Pairing: YukimixYui and extra
Language: Indonesia
Rating: PG
Author’s Note: err…saya lapar…orz
Ohayou!"
Seorang pria berambut honey blonde memasuki ruangan rapat, lalu pria itu meletakkan tasnya di atas meja. Salah satu pria disana, yang berambut pirang dan berkacamata, menganggukkan kepalanya, sementara kedua pria yang lain masih tampak sibuk bermain PSP mereka. Si pria honey blonde itu, Yukimi, mengedarkan pandangan matanya ke sekeliling ruangan, mencari sesosok berambut golden blonde, tapi ia tidak menemukan sosok itu.
Yukimi kemudian mencolek pundak Mio, temannya yang berkacamata tadi, lalu bertanya,
"Yui-kun di mana?"
"Dia belum datang, kau sudah coba mampir ke apartemennya?"
"Belum, baiklah kalau begitu. Aku ke apartemen Yui-kun dulu, aku pinjam manager dulu ya!" Ucap Yukimi sambil menyeret pria yang tampak lebih kecil darinya -manager mereka- untuk mengantarnya ke apartemen Yui.
Mio melambaikan tangannya saat Yukimi sudah menghilang dari pandangannya. Pria itu melirik ke arah kedua temannya yang lain, -Haku dan LiN- yang masih tampak sibuk dengan PSP mereka, lalu ia pun mengendikkan bahunya dan kembali konsentrasi di hadapan laptopnya, mengerjakan beberapa lagu baru untuk bandnya tersebut.
---
"Yui? Ini aku, Yukimi, buka pintunya." Ucap Yukimi sambil menekan bel.
Semenit, dua menit hingga lima menit tidak ada jawaban, akhirnya Yukimi mengambil kunci cadangan apartemen Yui, lalu membuka pintu apartemen sang vokalis. Saat ia memasuki apartemen Yui, Yukimi tidak melihat sosok vokalisnya itu di manapun. Pria itu berjalan menuju ke kamar Yui, lalu terkekeh pelan.
Yui, sedang tertidur dengan pakaian lengkap beserta sepatunya. Yukimi juga bisa melihat bahwa masih ada jejak air di ujung rambut Yui. Ia bisa menebak bahwa sang vokalis sesungguhnya sudah siap untuk berangkat, tetapi lagi-lagi ia terserang badai kantuk yang dahsyat. Yukimi kemudian menepuk kepala Yui pelan, lalu berkata,
"Yui-kun, bangun. Sudah siang, kita harus pergi rapat." Ucap Yukimi sambil mengelus lembut rambut Yui.
Yui hanya merespon dengan erangannya, lalu ia pun kembali bergelung memeluk bantalnya lagi. Yukimi menggelengkan kepalanya dan kembali terkekeh. Yui, kalau sudah tidur, mungkin dia juga tidak akan sadar kalau ada gempa bumi. Membangunkan Yui juga memerlukan kesabaran ekstra, yang mana hanya dimiliki oleh Yukimi.
Yukimi kembali mengguncang pelan bahu Yui. Hampir lima menit lebih, tapi tidak ada reaksi apapun dari Yui. Yukimi kemudian berjalan ke dapur, menyeduh secangkir teh herbal lalu membawanya ke sebelah Yui. Ia dapat melihat kerutan di dahi Yui, saat ia meletakkan cangkir berisi teh herbal itu di atas nightstand Yui. Setelah meletakkan teh herbal tersebut, Yukimi mencondongkan tubuhnya hingga dahinya menyentuh dahi Yui, lalu pria itu berkata,
"Yui-kun, bangun. Kalau kau masih tidak mau bangun, aku akan memaksamu meminum teh herbal itu."
Seketika, Yui langsung terbangun dan memasang rengutan di bibirnya. Yukimi tertawa pelan, lalu pria itu menenggak habis teh herbalnya dan menepuk kepala Yui lagi.
"Ayo, kita harus berangkat. Yang lain sudah menunggu."
Yui, yang saat itu masih mengusap matanya, sambil sesekali menguap; kemudian mengulurkan tangannya ke arah Yukimi lalu berkata,
"Gendong aku. Aku masih mengantuk."
Yukimi tersenyum, lalu ia pun menggendong Yui di punggungnya dengan mudah, lalu berjalan menuju tempat parkir, di mana manager mereka telah menunggu.
Sesampainya mereka di kantor, Yukimi kembali menggendong Yui di punggungnya, dikarenakan lagi-lagi Yui tertidur. Saat mereka sampai di ruang rapat, Haku -yang saat itu sedang memiting kepala LiN, tertawa saat melihat Yui tertidur entah untuk keberapa kalinya setiap mereka sedang rapat.
"Dia tidur lagi ya?" Tanya Haku.
Yukimi mengangguk, lalu membaringkan Yui di sofa setelah sebelumnya Mio meminjamkan jaketnya untuk digunakan sebagai bantal. LiN kemudian duduk di bawah sofa, lalu bertanya kepada Yukimi.
"Sebaiknya bangunkan dia, kasihan kalau dia tidak tahu hasil rapat hari ini."
Yukimi mengangguk, lalu mencubit pelan pipi Yui dan berkata, "Oi, Yui-kun, bangun. Rapat sudah hampir dimulai."
Yui kembali menggeliat, lalu berbisik pelan, "Lima menit, Yukimi-kun, aku masih ngantuk...."
Yukimi menggelengkan kepalanya. Ia kemudian mencubit pipi Yui agak sedikit keras, hingga Yui terbangun dan mengaduh pelan.
"Sakit Yukimi-kun!" Ucap Yui sambil cemberut dan sesekali mengelus pipinya.
"Makanya, bangun Yui-kun. Rapat sudah hampir dimulai."
"Tolonglah, biarkan aku tidur setidaknya hoahemm.... lima menit lagi.... Aku masih capek, semalam aku main game sampai larut di tempat Shou-san." Kata Yui sambil menguap, dan sesekali mengusap matanya.
Mio tertawa pelan, lalu ia berkata "Ikutlah rapat, nanti setelah rapat selesai kau boleh tidur sepuasmu."
"Dengarkan kata-kata Mio. Nah, sekarang kau bangun dulu, okay?" Yukimi berkata sambil memeluk Yui yang menyandarkan kepalanya ke pundak Yukimi, sementara Haku menutupi mata LiN dikarenakan ulah Yukimi.
Yui kembali menguap dan menggeliatkan badannya. Pria itu kemudian mengambil sebuah bantal besar, lalu ia pun duduk sambil memeluk bantal tersebut.
"Baiklah, aku ikut rapat. Tapi janji ya, setelah rapat selesai, kalian sudah mengizinkan aku untuk tidur sepuasku."
"Tentu," kata Mio sambil tertawa, "sebaiknya kita mulai rapatnya sekarang, sebelum Yui makin mengantuk, dan tidak konsentrasi dengan jalannya rapat."
---
Saat rapat selesai, Yukimi melirik ke arah Yui -yang sudah sukses terkapar lagi- dan pria itu hanya menggelengkan kepala. Haku tersenyum, dan menepuk pundak Yukimi.
"Dia tertidur lagi ya? Sepertinya lagi-lagi kau harus menggendong Yui kali ini." Haku terkekeh sambil membetulkan tali sepatunya.
Yukimi mengangguk, lalu ia pun menarik tubuh Yui, dan menaruhnya di punggungnya.
"Yeah, aku sama sekali tidak keberatan dengan hal ini." Yukimi berkata, sembari tersenyum dan mengelus kepala Yui.
Yui mengeratkan pelukannya di leher Yukimi, dan tidur dengan amat tenang. Haku yang saat itu melihat ekspresi tenang Yui, dan juga senyuman Yukimi, kini tersenyum lembut. Pria itu kemudian berdiri, dan berjalan menuju ke arah Yukimi lalu berkata,
"Jaga dia ya." Kata Haku sambil tersenyum, lalu pria itu pergi meninggalkan Yukimi dan Yui.
Yukimi mengangguk, lalu ia berjalan menuju mobil yang siap mengantarnya ke apartemen Yui. Dengan hati-hati, Yukimi membantu Yui masuk ke mobil, lalu ia pun meminta manager mereka untuk berangkat. Saat keduanya tiba di apartemen Yui, Yukimi langsung membaringkan Yui di ranjang, melepaskan sepatu Yui dan ia pun menyusul di sebelah Yui.
Yui, saat itu masih setengah terpejam, beringsut ke pelukan Yukimi. Pria itu menyandarkan kepalanya di dada Yukimi, dan berbisik lirih sebelum kembali ke alam mimpi,
"Menginap di sini ya? Temani aku."
Yukimi kemudian memeluk Yui, dan mempererat pelukannya sambil sesekali mengecup dahi Yui.
"Tentu. Sekarang tidurlah. Aku tidak akan pergi kemana-mana. Saat kamu membuka mata, aku pasti akan berada di sebelahmu."
Yukimi mengelus kepala Yui, dan ia dapat merasakan senyuman terkembang di bibir Yui. Pria berambut honey blonde itu tersenyum lagi. Ia terus mengelus kepala Yui, dan sesekali mengecup kepala kekasihnya itu dengan lembut. Walaupun hari ini dia harus cukup bersabar dengan Yui yang terus mengantuk, semua pengorbanannya hari ini terbayar, hanya dengan melihat wajah tidur Yui yang tampak tenang. Ya, wajah tidur Yui yang tenang, dan juga pelukan hangat ini sudah lebih dari cukup untuk Yukimi. Perlahan tapi pasti, rasa kantuk mulai menyerangnya. Yukimi kemudian menarik selimut di dekat kakinya, lalu menyelimuti tubuhnya dan juga Yui, membiarkan dirinya tertidur dengan sangat nyenyak, menyusul Yui ke alam mimpi.
Owari
Bonus:
Meanwhile at Alice Nine’s place:
Keempat member Alice Nine serempak menyeringai. Hari ini memang ada janji rapat di apartemen Tora, dan saat ini, leader mereka, sang raja setan malah tengah tertidur dengan sangat nyenyak di kamar Tora. Saga berdeham pelan, lalu menyikut pinggang Hiroto. Hiroto menyeringai dan menatap Tora. Sementara Tora, nyaris tidak bisa menyembunyikan tawanya, kemudian menepuk pundak Nao. Nao yang mengerti maksud ketiga temannya itu, langsung tersenyum ke arah manager mereka, Gakki.
Gakki yang merasakan aura tidak enak dari keempat pria di depannya, menelan ludahnya dan tampak sedikit pucat. Pria itu menjengit pelan saat Nao meremas pundaknya dan berkata,
“Nah, Gakki-kun, ini adalah tugasmu sebagai manager kami. Kau harus membangunkan Shou-kun. Rapat tidak akan berjalan loh kalau Shou-kun tidak bangun,” Nao berkata sambil tersenyum, lalu menambahkan lagi, “Dan kau pasti juga tahu kan Gakki-kun, Shou-kun tidak akan senang kalau kita meninggalkan dia untuk rapat dan dia tidak mengetahui apa-apa mengenai rapat hari ini.” Dan kini, Nao sudah tidak bisa menyembunyikan cengirannya lagi.
Saga. Hiroto dan Tora serempak memeluk Gakki. Saga mendengus pelan, begitu juga Hiroto. Gakki yang semakin pucat kemudian menatap Tora dengan amat memelas. Tora terkekeh pelan saat melihat ekspresi memelas Gakki.
“Well, aku sendiri tidak bisa menolongmu kali ini Gakki-kun.”
“Tapi Tora-san, kau kan pacarnya Shou-san. Dia tidak akan marah kalau kau yang membangunkannya.” Ucap Gakki panic.
Saga mendengus pelan, lalu ia pun berkata, “Asal kau tahu ya Gakki, kalau si macan tolol ini yang membangunkan Shou, sudah pasti rapat hari ini batal karena mereka akan melakukan ‘olahraga’ rutin mereka.” tambah Saga dan dengan segera ia mendapat bonus jitakan di kepalanya dari Tora.
Hiroto menatap Gakki yang makin pucat. Pria itu puas melihat manager mereka menjadi memelas karena ia dan teman-temannya memang berniat untuk balas dendam kepada Gakki mengenai kejadian di Alice Nine Channel yang lalu. Hiroto kemudian mendorong pundak Gakki, hingga sekarang Gakki telah berdiri tepat di sebelah ranjang Tora, di mana Shou masih tertidur pulas.
“Nah, Gakki-kun, sebagai manager yang baik, sekarang kau laksanakan tugasmu ya. Kami menunggu di ruang televisi. Ganbatte Gakki-kun!”
Hiroto kemudian meninggalkan Gakki seorang diri di kamar Tora, kemudian ia bergabung dengan teman-temannya yang lain sambil menahan tawanya. Sementara Gakki, pria itu tampak sangat memelas di kamar Tora. Belum juga ia menyentuh pundak Shou, tiba-tiba aliran udara di kamar Tora menjadi turun, dan Gakki bisa merasakan sekujur bulu kuduknya meremang. Ia bahkan seolah dapat melihat bayangan hitam menyelimuti tubuh Shou, yang seolah berkata bangunkan aku, maka aku akan mengirimmu ke neraka terdalam sampai kau tidak akan bisa melihat cahaya lagi.
Gakki menelan ludahnya lagi. Pekerjaan sebagai manager Alice Nine ternyata sangat mengerikan. Ia mau tidak mau harus berurusan dengan seorang raja setan yang mengerikan. Dalam hatinya, pria itu mengutuk pelan kenapa reshuffling manager kali ini ia harus mendapatkan giliran menjadi manager Alice Nine. Gakki kemudian menghela nafas. Mungkin, setelah ia menjadi manager Alice Nine, ia bisa menjadi sedikit lebih tegar dalam menghadapi band-band PSC lain yang menurtnya belum ada yang semengerikan Alice Nine. Menghela nafas, Gakki kemudian menepuk pundak Shou, tanpa tahu apa yang akan menunggunya saat Shou membuka matanya nanti.
END