Let's check Naedongsaeng fanfiction,nee^^
Title: I Love You when I Know I Can’t
Author: Giselle
Length: Chapter (6/15+Epilog)
Genre: AU, Incest, Fluff, Angst, Romance
Rated: PG-15
Pairing: YunJae
Chapter 6:
Malam kembali datang. Didalam tempat gelap itu dia duduk dan menunggu dan berdoa agar waktu berjalan lebih cepat. Dia memperhatikan jam dipergelangan tangan kirinya dan mendesah panjang. Well, ini terlalu lama baginya. Tapi keberanian tidak kunjung datang. Keraguan menyelimuti dirinya untuk segera keluar atau memilih tidur di dalam mobilnya.
“Keduanya bukan pilihan yang tepat.” Desahnya dan memperhatikan kembali jam tangannya. Jam 10.55, lima menit sebelum jam 11. Jaejoong tidak mungkin menunggunya sampai jam 11, karena besok dia harus sekolah. Tapi sebenarnya dia pernah berhasil membuat adiknya menunggu lebih lama dari jam itu.
Tapi apa yang membuatnya ketakutan sebenarnya?? Dia takut kalau Jaejoong tahu isi surat itu? Yeah, dia takut akan hal itu. Tapi sebentar? Kenapa pikirannya tidak jalan? ”Shit! Yunho! Bisa saja dia tidak membuka surat itu kan...” pikirnya dan tiba-tiba titik terang sampai ke pikirannya. Dan kenapa dia bisa begitu ketakutan selama 12 jam hanya karena memikirkan kalau Jaejoong membaca surat itu? Huh, pikiran konyol.
”Sejak kapan kau menjadi orang yang berpikir pendek...” desah Yunho dan berjalan turun dari mobilnya dan masuk ke dalam gedung apartemennya. ”Kenapa kau begitu yakin kalau Jaejoong benar-benar bakal melihat isi surat itu?” dia berhenti di depan pintu apartemennya dan mengambil kunci, tanpa berpikir untuk menekan bel. Dalam sekejap, pikirannya dipenuhi dengan dugaan kalau Jaejoong sudah tidur dan tidak akan menyadari kalau dia sudah datang, dan lebih baik jangan mengganggu sang putri pangeran tidur.
Berusaha tidak menimbulkan suara, Yunho masuk ke dalam apartemennya dan menyadari kalau apartemen itu begitu gelap. Dia menunggu tanda-tanda suara, seperti suara tv, atau suara derap langkah kaki. Tapi tidak ada. Tersenyum puas, dia melepaskan sepatunya dan membuka jasnya. Tepat seperti dugaannya. Tidak ada yang salah sama sekali. Saat dia berjalan menuju kamarnya, dia berhenti tepat di depan kamar Jaejoong, mungkin dia harus memeriksa dulu keadaan adiknya. Tangannya membuka perlahan pintu itu, menjulurkan kepalanya ke dalam ruangan gelap itu. ”Jae...” bisiknya pelan.
Yang dipanggil tidak memberikan reaksi, membuat dia sedikit penasaran. Perlahan tanpa menimbulkan suara, Yunho masuk dan membuka selimut yang menutupi semua tubuh Jaejoong, dan benar adiknya sudah tertidur dengan wajah malaikatnya. “Bukankah semuanya berjalan lancar, Yunho?” gumamnya bangga setelah menutup pintu kamar Jaejoong dan sebelumnya dia sudah meletakkan sesuatu di meja belajar Jaejoong, kemudian berjalan menuju ruang keluarga.
“Kau saja yang terlalu khawatir dengan hal konyol ini. Tidak mungkin Jae..” Tapi Yunho harus menelan kembali kata-katanya. Matanya menyusuri meja di ruangan itu dan melihat tumpukkan kertas di sana. Dia mencoba menebak kertas-kertas itu, dan berharap tidak sesuai pikirannya. Tapi kali ini, Jung Yunho orang yang paling salah di dunia. Matanya membelalak saat melihat foto-foto gadis dengan beberapa profil lengkap tentang gadis itu. “Appa… Daripada foto lamaran pernikahan, aku melihatnya seperti surat lamaran kerja.” Desisnya dan mengumpulkan kertas-kertas itu menjadi satu. “Jae sudah melihatnya.” gumamnya dan melempar kertas itu kemana-mana, hanya sekedar melihat foto gadis-gadis itu. Tidak ada yang bagus dan dia terus membuangnya.
”Sekarang apalagi? Mungkin aku harus memutuskan siapa calonku?” desah Yunho dan kembali melihat foto-foto itu. Jelek, kepribadian yang aneh, sedikit genit, terlalu menyolok, aneh... ”Go ARa?” gumamnya dan melihat kertas terakhir di tangannya. ”Kenapa dia bisa masuk ke dalam sini?”
Go Ara. Gadis cantik berambut hitam lurus dan mempunyai kepribadian yang menarik. Sewaktu Yunho SMA, tidak ada yang tidak tertarik dengan gadis itu. Semua terpesona dengan dirinya, kepintarannya, sifatnya yang manis... yang penting, semua yang ada pada dirinya selalu berhasil membuat semua orang menyukainya. Kecuali Jung Yunho.
“Kenapa aku tidak pernah tertarik dengan dirinya sejak pertama bertemu?” gumamnya dan memperhatikan foto ARa yang tersenyum lebar. Gadis itu tidak jauh berubah. Hanya saja, terlihat lebih dewasa dan Yunho menyadari kalau gadis ini makin cantik daripada waktu SMA. Pikirannya mengambang kesaat-saat dia masih SMA. Kira-kira apa alasan yang membuat dia bisa mengabaikan gadis itu?
~~FLASBACK~~
“Yunho, menurutmu bagaimana ARa-ssi?” Tanya Donghae saat mereka sedang makan siang di kantin. Yunho mengangkat alisnya dan menyadari kalau Donghae berbicara padanya, tapi tidak menatap matanya. Jadi, dia hanya mengikuti arah matanya dan mengangguk paham dengan apa yang dilihat teman sejak kecilnya itu.
”Dia gadis yang populer.” sahut Yunho dan mengunyah sandwich yang ada di tangannya.
“Babo!! Kau dan aku juga populer! Tapi yang membuat berbeda ya… Mungkin karena kita sama-sama orang Korea yang terdampar di negri asing ini...” Yunho kali ini mengernyit mendengar hal itu. Sejak kapan temannya itu menjadi begitu aneh, mungkin sejak Go Ara pindah ke sekolah ini. ”Aku menyukai gadis ini...”
”Kalau begitu ke sana.” Yunho mengarahkan dagunya ke sosok Ara yang duduk beberapa meja dari mereka, dengan beberapa laki-laki dan perempuan duduk mengelilingnya. ”Aku tidak melihat ada yang salah. Kita sudah mengenal gadis itu saat orang tua kita mengadakan pertemuan bisnis. Apa salahnya kalau berbicara lagi padanya?” Mereka bertiga memang pernah bertemu sebelumnya dalam sebuah acara bisnis keluarga mereka. Jung, Lee dan Go. Tiga keluarga pengusaha Korea terbesar itu berada di kota London. Tidak bersaing, tapi memilki hubungan bisnis yang begitu baik, dan karena mereka sama-sama merantau ke negri orang, tidak aneh kalau mereka sering bertemu.
”Kau sedikit aneh, Yun! Apa kau tidak memilki sedikit saja ketertarikkan dengan Ara-ssi?” tanya Donghae penasaran dan kali ini dia menatap Yunho. ”Sejak pertama kali kita bertemu Ara dan bila aku membicarakan tentang dirinya, kau tidak menunjukkan ekspresi tertarik.”
”Mungkin karena aku memang tidak tertarik?”
”Tidak mungkin. Tidak ada orang yang tidak tertarik dengan Ara-ssi. Kau mungkin mengalami gangguan di otakmu.”
“Mungkin saja…” katanya sambil mengangkat bahu dan berjalan pergi meninggalkan Donghae. Bukan salahnya kalau dia tidak tertarik dengan gadis itu. Apa mungkin dia harus masuk ke dalam ’semua orang yang menyukai Go Ara’? Tidak selamanya harus seperti itu, kan? Baginya gadis itu terlihat biasa saja dan tidak menimbulkan perasaan-perasaan tertarik sama sekali.
”Maaf, tapi kau menjatuhkan barangmu.” Yunho mendengar suara yang pelan dan begitu lembut, dan berhasil menghentikan langkahnya. Tubuhnya berputar dengan malas dan terkejut saat mendapati Go Ara berdiri di depannya dengan tersenyum lembut. “Apa ini milikmu?” gadis itu menunjukkan sebuah pita biru. Merasa mengenal pita itu, Yunho menyentuh kantong celananya dan menyadari sesuatu yang hilang.
“Oh, yeah. Itu milikku. Trims.” Yunho membalas senyum itu dengan senyum tipis dan menerima pita itu.
”Pita yang cantik. Pasti untuk gadis yang cantik juga kan?” Go Ara tersenyum dan memperhatikan seberapa hati-hati Yunho meletakkan pita itu di dalam kantongnya. ”Gadis yang beruntung...”
”Mm... Well, sebenarnya bukan seorang gadis.” Mendengar hal itu, ekspresi Ara berubah menjadi begitu terkejut dan dia mengangguk malu. Seolah mengerti apa pikiran gadis itu, Yunho tersenyum kecil. ”Ini untuk adikku. Aku yakin kau pernah bertemu sebelumnya dengan adik laki-lakiku.”
Gadis itu terdiam selama beberapa detik dan sekejap sudah bibirnya sudah membentuk huruf 'O'. “Aku ingat. Jaejoong-ssi… Dia begitu manis. Kau mau memberikan pita itu padanya?”
”Sebenarnya dia memintaku untuk membelikan pita itu. Aku tidak tahu untuk apa, mungkin untuk tugas melukisnya.” Yunho tiba-tiba saja tersenyum saat mengingat bagaimana ekspresi Jaejoong memaksa dirinya untuk membeli pita itu. Mereka terdiam selama beberapa saat, dan Yunho tidak nyaman dengan kesunyian ini. ”Aku pergi dulu...”
”Nngg, Yunho-ssi...” suara Ara yang pelan membuatnya berhenti kembali dan memperhatikan gadis itu menunduk malu dan terlihat bingung ingin mengatakan apa. ”Mmm... Apa... Sesekali aku bisa makan siang denganmu... dan Donghae-ssi?” Yunho tidak memberikan reaksi dan dia menganggap itu pertanyaan konyol. Tapi melihat gadis ini begitu berani mengatakan hal itu, dia hanya mengangguk pelan.
”Tidak apa. Aku yakin kalau Donghae tidak akan bermasalah dengan hal itu.” lagipula dia ingat kalau Donghae kelihatannya tertarik pada Ara. Gadis itu tersenyum lebar dan setelah mengucapkan terima kasih, dia pergi. ”Sedikit aneh.” gumamnya. Tapi mengingat pita biru yang ada di kantongnya, dia kembali tersenyum kecil dan berbalik menuju kelasnya.
~~END FLASHBACK~~
”Dan kenapa dia bisa masuk ke dalam daftar ini?” Mungkinkah Ara-ssi tertarik pada dirinya? Siapa yang tahu? Yang jelas, pikiran Yunho sekarang adalah, rasa penasarannya dengan reaksi adiknya. ”Tapi kenapa aku harus khawatir dengan reaksi Jae?” pikirnya. Kenapa pikirannya mengatakan kalau Jaejoong akan marah melihat surat ini? Fakta apa yang membuatnya yakin kalau Jaejoong akan kesal? ”Tidak seharusnya aku mengkhawatirkan perasaan Jae.”
Tapi pikirannya kembali berkelebat dengan hal ini. Mungkinkah dia harus mulai mengabaikan perasaannya pada Jaejoong? Haruskah dia mulai membuka hatinya dengan orang lain? Hal itu yang sudah dia coba lakukan sejak tiga tahun yang lalu, namun putus di tengah jalan saat Jaejoong memutuskan datang ke sini. ”Tahukah anak itu kalau selama ini aku terus menahan perasaanku untuk memeluknya... Pelukan yang melebihi pelukan yang biasa aku lakukan padanya?” desisnya dan menutup matanya begitu kuat.
Yunho menahan perasaannya pada adiknya sendiri. Perasaan yang memang seharusnya dia hilangkan dan dia abaikan. Mencintai adiknya sendiri? Lebih baik lupakan saja. Berhenti membuat dirimu tersiksa dengan perasaan cinta terlarang ini, dan mulailah mencari orang lain yang lebih pantas untuk kau cintai, Jung Yunho. ”Mungkin aku memang harus menghentikannya...” pikirnya, dan memutuskan untuk mengubur dalam perasaan itu.
Mulai detik ini, Jung Yunho memutuskan untuk berhenti mencintai adiknya. Cukup perasaan kakak-adik. Tidak lebih, dan tidak kurang.
’Tapi kau tahu Yunho, kau tidak akan berhasil....’
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Tidak ada yang terjadi saat itu. Dia tidak merasakan apa-apa. Tidak suara alarm yang keras, tidak cahaya matahari yang masuk lewat jendelanya, bahkan dia tidak merasakan seseorang berusaha membangunkannya dengan menggoyang-goyangkan tubuhnya. Tapi yang membuatnya lebih kaget lagi, dia hampir melupakan kalau dia seharusnya pergi bekerja sekarang.
”Jam berapa sekarang...” desisnya dan mengusap matanya sambil berusaha bangun dari tidurnya. Perlahan, tubuhnya yang begitu lelah bangun dan terdiam selama beberapa saat, berusaha sesantai mungkin dengan kondisi pagi ini. ”Jam sembilan...” gumamnya saat melihat jam di dinding. Jam sembilan.”Oh... Jam sembilan...” katanya lagi dan mengangguk pelan dengan mata setengah terbuka dan pikirannya masih melayang rupanya.
1, 2, 3...
”TERLAMBAT!!!” teriakan keras dan menggema memenuhi kamarnya yang gelap. Tanpa berpikir dua kali, kakinya sudah berlari pontang-panting ke kamar mandi, ke lemari pakaiannya, ke kamar mandi lagi, merapikan rambutnya yang berantakan, mengambil tas kerjanya, dan bersiap berangkat. Ada yang kurang??
1, 2, 3...
”JAAEEE!!!!” dia kembali berteriak dan menghambur keluar dari kamarnya, dan berlari menuju dapur. Dia harus mengantar Jaejoong berangkat sekolah. Tapi sekarang sudah jam sembilan, saat sekolah mulai jam setengah sembilan. Kemana anak itu? Kenapa dia tidak membangunkan dirinya?
Matanya menyusuri setiap sudut dapur, tempat dia biasa menemukan Jaejoong setiap pagi. Tapi tidak ada siapapun di sana, kecuali satu set sarapan yang sudah tertata rapi di sana. Beberapa potong roti dengan tiga botol selai sudah ada di sana. Kopi hitam yang biasanya mengawali paginya sudah tidak mengeluarkan kepulan asapnya lagi. Tidak sampai di sana, dia menangkap sebuah kertas yang sudah dilipat rapi di sana. Tangannya mengambil kertas itu dan membuka perlahan dan mulai membaca.
’Untuk Yunho-hyung yang baru saja bangun:
Aku tidak akan membangunkanmu pagi ini. Kau tidur terlalu nyenyak dan aku pasti akan merasa begitu bersalah kalau membangunkanmu. Jadi, aku berangkat sendiri dengan bus. Jangan mengkhawatirkan aku.
Dan... umma menelepon pagi ini. Dia menanyakan apakah kau sudah memilih salah satu dari gadis-gadis itu. Dia meminta jawaban secepatnya.
Dari Jaejoong
P.S: Trims buat handphone barunya, walaupun aku tetap merasa handphoneku yang lama lebih bagus’
”Aku tidak melihat kau mempunyai alasan yang bagus untuk tidak membangunkanku pagi ini.” gumam Yunho. ”Seingatku kau tidak pernah peduli untuk membangunkanku sekalipun aku terlihat begitu pulas dan benar-benar butuh tidur 12 jam.”
Tapi dia terdiam lagi. Ada sesuatu yang mengganggunya dalam pesan ini. Hanya perasaannya, tapi dia merasa Jaejoong sedang marah. Marah untuk apa? Apakah dia masih kesal dengan kejadian kemarin? Masih hal itu? Yunho tidak tahu, tapi dia akan mencari tahunya nanti. Dia akan pulang cepat dan berbicara dengan Jaejoong malam ini.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
__Di Sekolah Jaejoong…__
Masih seperti biasa. Jung Jaejoong masih duduk di kelasnya, dan dibangku paling sudut. Orang-orang yang berada dalam kelas itu juga masih sama. Yang berbeda, dia menyadari kalau Tiffany cs tidak berani menatapnya pagi ini. Yang dia tahu, saat dia masuk tiba-tiba saja semua orang sudah menyapanya. Yang dia tahu, tiba-tiba saja Siwon cs sudah duduk mengelilinya dan berusaha menarik perhatiannya, saat dia berusaha mengabaikan mereka semua.
”Jadi, kau sudah lama tinggal dengan abangmu?” kali ini Sungmin mencoba menarik perhatian Jaejoong yang memilih untuk membaca bukunya, dan menjawab dengan mengangkat bahu. Mereka mendesah panjang. Kelihatannya ini sia-sia saja, berusaha menarik perhatian Jung Jaejoong yang tahu-tahu dalam waktu satu hari sudah menjadi terkenal di sekolah ini.
”Kau mau makan siang dengan kami, nanti?” Eunhyuk masih mencoba saat melihat Jaejoong menutup bukunya dan memandang mereka berlima(Siwon, Kyunhyun, Sungmin, Eunhyuk dan Hankyung) dengan tatapan kesal.
”Guys, aku tidak tahu apa yang ada dalam pikiran kalian sekarang. Yang aku tahu, selama satu tahun ini kalian tidak terlalu keras menolongku saat kalian sendiri melihat Tiffany menggangguku. Dan aku tidak heran setelah kejadian kemarin, kalian datang dan berusaha mendekatiku.” Jaejoong tahu dia tidak pernah berbicara sekeras itu pada orang. Hanya saja, setelah kejadian yang menyakitkan dan air mata yang terus tumpah kemarin, dia akan menjadi orang yang dingin. Tidak hanya dengan semua orang, tapi dia memutuskan akan melakukannya juga pada hyungnya.
Saat kelima orang itu ingin memotongnya, dia merasakan handphonenya bergetar dan dengan cepat tangannya mengambil handphone barunya. Jaejoong berterima kasih pada Yunho untuk handphone baru ini, tapi dia tetap saja merasa kesal. Pesan baru, dan dia tidak terlalu terkejut saat melihat pesan itu dari Yunho.
’Kenapa denganmu? Aku tahu kau tidak pernah ragu untuk membangunkan aku setiap pagi?
Kau masih marah dengan kejadian kemarin?
Ayolah, Jae... Jangan seperti ini...
Mm.. Bagaimana kalau kita pergi akhir minggu ini?
Aku akan mengajakmu pergi kemana pun kau mau.
Ok, Jae??
Yunho, *still thinking ’bout u*’
“Aku kesal karena kau tidak tahu apa yang membuatku kesal.” Gumamnya, dan membalas pesan itu cepat.
‘Aku tidak mengerti apa maksudmu, hyung.
Yang aku tahu, berhenti mengirimi aku pesan sekarang...
Pelajaran akan di mulai dan jangan menggangguku.
Ok??
Jae*try to ignore u*’
Dan tepat saat itu, guru yang dari tadi mereka tunggu masuk. Siwon cs dengan cepat berhambur kembali ke tempat duduk mereka. Selama pelajaran dimulai, Jaejoong tidak pernah fokus untuk pelajarannya. Pikirannya terfokus pada foto-foto gadis yang sampai ke tangannya kemarin. Yunho akan menikah. Apa yang akan terjadi padanya kalau hyungnya benar-benar akan menikah? Mungkinkah Yunho akan mengusirnya? Lalu bagaiman dengan perasaan ini? Jaejoong harus mengubur perasaan ini? Tidak akan... Dia tidak akan membiarkan siapa pun merebut Yunho darinya.
’Semua orang bisa berubah karena cinta...’ pikirnya, ketika dia menyadari kalau dia sudah berubah begitu jauh. ’Dan aku rela melakukan apapun hanya untuk menjaga Yunho-hyung tetap di sampingku, tanpa dimiliki siapa pun...’
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Membaca pesan itu, Yunho menarik napas panjang dan meletakkan begitu saja handphonenya. Jaejoong berubah. Kenapa dia menjadi dingin seperti ini? Anak itu tidak peduli lagi padanya, dan dia masih penasaran apa alasan Jaejoong marah.
”Karena aku membela gadis itu? Tidak mungkin, aku sudah memberikannya handphone baru, dan aku tahu kalau aku sudah mengancam keluarga gadis gila itu...” Tambahan, Yunho benar-benar melakukan pengancaman pada keluarga Tiffany. Jadi, tidak sepenuhnya dia membela gadis itu, kan?
”Apa karena dia melihat kertas profil gadis-gadis dari appa...” Yunho memikirkan hal itu. ”Baboo...” desisnya dan cepat-cepat menghapus pikiran itu. ”Untuk apa dia marah karena hal itu. Tidak beralasan dan benar-benar pikiran yang bodoh.”
’Titt... titt...’ Mendengar telepon yang disampingnya berbunyi, Yunho langsung menekan tombol loudspeaker dan menunggu orang di ujung sana berbicara. ”Mr. Jung, ada orang yang ingin bertemu.” kata Yuri dari ujung sana.
”Orang yang ingin bertemu?” alisnya terangkat dan mencoba menebak siapa orang ini. “Apakah ada sudah ada janji? Aku tidak ingat harus menemui orang ini.”
”Memang tidak ada janji, hanya saja nona ini membawa surat langsung dari ayah anda, lengkap dengan tanda tangannya.”
Siapa lagi ini? Ayahnya sendiri yang mengatur pertemuan ini? Mungkin saja orang penting dan tidak bisa diabaikan, tapi dia sedikit ragu saat mendengar kata ‘nona’. ”Persilahkan dia masuk.”
Hubungan terputus, dan Yunho berdiri dari kursinya dan berjalan mendekati pintu. Dia berdiri tidak jauh dari pintu dan menunggu pintu terbuka. Ketukan pelan terdengar dan pintu perlahan terbuka. Pikirnya, pertama kali dia akan langsung melihat wajah Yuri yang muncul duluan dan mempersilahkan sang tamu masuk. Tapi tidak sesuai dugaannya. Tamu ini sendiri yang membuka pintu itu. Dan tidak berhenti di situ, matanya membelalak lebar saat melihat siapa tamu itu.
Wanita itu beradu mata dengan Yunho dan menampilkan senyum menawannya. Dan mengangguk pelan, tetap dengan tersenyum padanya dan mulai menyapa sosok Yunho yang tidak bisa berkata apa-apa lagi. ”Pagi, Yunho-ssi. Lama tidak bertemu.”
Yunho perlahan mencoba mengumpulkan pikirannya lagi, dan ekspresi kagetnya perlahan berubah menjadi tenang dan mengangguk kecil. ”Benar, sudah lama sekali, Ara-ssi.”
Wanita itu tersenyum, tapi tidak dengan Yunho. Kenapa dia tiba-tiba saja muncul di sini???
tbc....