Repost from my WP
Konser Arashi dimulai pukul 6 sore, tapi kami sudah bersiap-siap agar tiba 3-4 jam sebelumnya. Rombongan kali ini ada tiga orang, satu lagi Mui dari Malaysia, temannya Pewe di fansub.
Enggak kebayang ya ngapain dateng lebih awal padahal enggak ada macet kayak perjalanan ke Senayan.
Hey, siapa bilang?
Pewe yang udah pernah ke acara Waku-Waku bilang butuh waktu lama untuk mobilisasi ribuan orang ke dalam stadion gede. Apalagi semua sudah ditentukan di mana tempat duduknya. Tapi kita belum tahu di mana persisnya, karena beneran baru dapat tiket di venue.
Kami janjian langsung di Sapporo Dome yang letaknya 44 menit dari Airbnb tempat menginap (sudah termasuk durasi jalan kaki 1 km menurut Google Map).
Dan stasiun subway penuh banget sama orang yang bawa tas Arashi.
YHAAA SEMUA MAU NONTON KONSER INI MAH.
Kereta penuh, stasiun penuh, 7-11 penuh, foodcourt sebelah subway penuh, SEMUA PENUH SAMA PENONTON KONSER ARASHI.
Seakan-akan isi Sapporo waktu itu cuma penggemar Arashi. Atribut serba Arashi berseliweran di mana-mana.
Yang tadinya mau makan di McDonald sebelah subway akhirnya cuma bisa beli bento buat dimakan di luar stadion, juga beli onigiri buat bekal siapa tahu laper pas sebelum konser.
[caption id="attachment_12701" align="alignnone" width="800"]
Bekal untuk jingkrak-jingkrak 3 jam[/caption]
[caption id="attachment_12702" align="alignnone" width="3648"]
Seven Eleven sebelah subway H-1 sebelum penuh penggemar[/caption]
Yang datang ke stadion bukan cuma mereka yang sudah punya tiket lho. Ada dua cewek Korea yang membawa kertas bertuliskan (pakai bahasa Jepang) mereka mau beli kalau ada tiket lebih.
Entahlah apakah nasib baik berpihak pada mereka atau tidak karena sama sekali enggak ada calo berkeliaran kayak di konser-konser Jakarta.
Mungkin calonya dalam bentuk fans yang punya tiket lebih kali ya, terus tinggal nanti masuk barengan, soalnya tiketnya baru bisa dicetak pas masuk ke venue.
Meski harus antre, semua serba tertib. Kami masuk dari pintu selatan (sudah ada petunjuk di email pemberitahuan soal tiket).
Ada antrean panjang yang stuck, gw kira antre masuk ke venue, ternyata itu menuju WC. Gw pun bertekad untuk tidak pipis di sana karena bakal rempes banget, mana lagi musim dingin kan jadi baju juga berlapis-lapis. Kantong kemih, bertahanlah!
Terus, sama sekali tidak boleh motret di dalam. Masalahnya gw bawa kamera, namanya juga turis.
Dag dig dug duer, gw taro deh kamera di bagian bawah tas. Kalau apes ketahuan ya mau gak mau cari loker dalam stadion.
Ternyata pemeriksaan cuma diintip doang, enggak pake ubek-ubek kayak penjaga di Music Bank PRJ Kemayoran (di mana ketahuan kamera gw huhu dan repot harus nitip ke temen yang nginep di hotel deket situ).
Langkah berikutnya adalah nge-print tiket. Tinggal tunjukin email dari handphone (mungkin ada barcode), langsung deh mesinnya ngeluarin tiga tiket.
Petugas juga ngasih selebaran isinya peta tempat duduk. Semuanya pakai bahasa Jepang ya, jadi gw enggak paham lah di mana kita dapet tempat duduknya.
Hingga titik itu, kita cuma tahu tempat duduknya di arena, tapi belum tahu SEBELAH MANA. Aksi jerit-jerit masih berlangsung ketika masuk ke stadion, ke blok F15, baris ketiga, bangku nomor 2.
Begitu melihat posisinya, sontak lah kita ngomong "AH SERIUSAN DI SITU, SUMPAH LO SUMPAH LO YA AMPUN BENERAN DI SITU?!".
Kita emang enggak beneran di depan panggung, tapi letaknya di sebelah kanan persis sebelahan sama koridor tempat moving stage bakal lewat. Artinya, Aiba-Sho-Ohno-Nino-Jun bakal lewat persis di sebelah kita.
Jarak antara gw dan koridor hanya dipisahkan oleh lima orang. Kebayang kan betapa dekatnya? Kita juga bisa sih ngeliat koridor sebelah kiri, cuma ya agak jauh, tepatnya terpisah sekitar 10 orang.
YA TETEP LUMAYAN KAN BISA LIHAT MUKANYA BAGAI MURID DI BANGKU BELAKANG MELIHAT GURU MENGAJAR DI DEPAN KELAS .
Menunggu satu jam di dalam venue tidak terlalu membosankan. Gw masuk ketika masih pada kosong bagian tribunnya.
Sempat khawatir bakal kepanasan karena gw salah membuat strategi berpakaian. Ternyata di dalam stadion enggak dingin, jadi orang-orang tinggal buka jaket/mantel dan pakai baju biasa yang adem-adem, atau kaos Arashi.
Sementara gw pake kaos panjang heat-tech extra warm + kaos panjang tebal + kerudung berbahan tebal. Waduuuh. Rasanya anget tapi enggak sampe keringetan. Tadinya malah mau nekat buka aja kaos panjang, biarin deh pake heat-tech doang. Tapi ternyata masih nyaman walau rasanya rada anget.
Ada papan besar terpampang nyata memperlihatkan simbol enggak boleh moto. Terus di sebelah kanan berjejer panitia-panitia. Berhubung muka dan penampilan gw bakal sangat mencolok, gw gak berani melanggar aturan. Ya ada sih gw diem-diem jepret buat kenang-kenangan hehehe.
Belakangan, mbak Jepang di depan gw santai banget motret suasana dan uchiwa. Terus panitia diam saja (apa enggak lihat, entah). Okelah, next time gw enggak akan terlalu takut hahaha.
[caption id="attachment_12706" align="alignnone" width="3024"]
Penlight Konser 5x20 ARASHI[/caption]
Selagi menanti, orang-orang mulai memenuhi tempat duduk. Layar juga memperlihatkan petunjuk sinkronisasi penlight agar lampunya menyala otomatis sesuai pengaturan konser.
Ini yang bikin konser Arashi kelihatan cakep banget dari jauh, permainan cahaya dari penlight keren banget.
Panitia berkalung keterangan "kalau bingung cara sinkronisasi silakan panggil saya" lewat di sebelah, langsung kami cegat. Dan dia bahasa Inggrisnya bagus (terharu gak perlu pake bahasa tubuh).
Di tiap bangku ada kayak chip gitu yang harus ditempelin kayak bluetooth ke penlight. Jadi nanti warnanya ya sesuai dengan nomor bangku, makanya bisa kelihatan ada pola-pola cahaya yang bagus sesuai dari posisi tempat duduk.
Ngomongin soal penlight, gw dan Rizu awalnya punya teori sotoy kalau di tiap bangku sudah pasti disediakan penlight gratis karena kalau nonton video konsernya, semua orang pegang itu penlight.
Apakah gratis? Boro-boro. Mahal cuy belinya. Harganya sama kayak makan mewah 2-3 kali di Jepang. Maksudnya di restoran ya, bukan ngemil-ngemil onigiri.
Kita memang melupakan satu fakta bahwa penggemar di Jepang sangat loyal dan rela membeli barang-barang berbau idolanya. Penlight adalah sebuah kewajiban dalam konser, sebagaimana wajib nengok kanan kiri sebelum nyeberang di Jakarta. Lazim, tak perlu ditanya lagi.
Perasaan gw mulai campur aduk ketika jam sudah menunjukkan pukul 18.00 waktu Sapporo. Lampu mulai digelapkan. Layar mulai menunjukkan video pembuka, tanda konser betul-betul akan dimulai.
Baru sadar kalau sebentar lagi bisa ngeliat sosok mereka langsung dengan mata kepala sendiri. Jantung mulai berdegup kencang, kaki sedikit gemetar karena terlalu excited (ini beneran enggak pake hiperbola), tangan gw pun jadi dingin karena gugup.
Ini semacam campuran perasaan ketika mau wawancara
Aoi Yu + Hikari Mitsushima + ngevideoin Yamada Ryosuke Hey Say Jump di karpet merah Festival Film Tokyo 2017.
Ya ampun, gak kebayang gimana rasanya perasaan gw kalau suatu saat akad nikah (kalo emang bakal nikah entar-entar, aminin aja).
Gw udah enggak apal judul lagu mereka apa aja, tapi yang pasti emang banyak yang familier karena biasanya buat konser ya yang upbeat dan itu-itu lagi.
Tiga lagu pertama gw dan Pewe jingkrak-jingkrak sambil nyanyi (teriak) kencang. Abis itu rada ngerem, capek. Loncat-loncat dikit aja sambil berusaha meyakinkan diri sendiri kalau ini bukan mimpi. Tidak lupa uchiwa ditempel di depan dada, berharap mereka bisa ngeh ada WNI jauh-jauh ke pulau Utara Jepang.
Baca kesan-kesan singkat pascakonser di sini:
First day Arashi Anniversary Tour 5x20 in Sapporo. AMAZIIIIIING!
- Nanien (@nanience)
November 16, 2018 https://www.youtube.com/watch?v=6VGYTg0QGBIVideo di atas adalah raw reaction pas banget baru kelar konser, sambil nunggu hujan reda. Masih penuh adrenalin.
Meski "cuma" di Sapporo, kemegahan konser Arashi kerasa banget.
Gw udah sering liputan konser di Jakarta, mulai dari Sting, Bon Jovi, Super Junior, Music Bank, SHINee dan K-pop lainnya, tapi bisa dibilang konser Arashi yang "cuma" di Sapporo ini konser terbaik dalam hidup gw.
Rizu bilang, Arashi emang udah level atas banget soal konser. Bahkan Taemin SHINee aja (kata dia) bilang pengen punya konser kek Arashi. Kira-kira begitu deh. Yoi coy, moving stage siapa yang bikin duluan kalo bukan om-om ini, eh?
https://www.youtube.com/watch?v=fayGIvb54J4 Lihat cuplikan konser mereka dari masa ke masa di video atas.
Mereka emang enggak masuk pake helikopter kayak di Hawaii (emang gila dah ide-ide mereka) atau turun pakai sling kayak pemain sirkus, tapi multimedia bener-bener dimanfaatkan.
Panggung dihiasi layar LEBAR BANGET. Layar juga ada di sebelah kanan dan kiri buat orang-orang di tribun, plus di bagian belakang atas. Intinya lo duduk di manapun bisa kelihatan jernih penampilan mereka di layar. Jernih banget loh, kayak sungai di iklan-iklan air mineral.
[caption id="attachment_12717" align="alignnone" width="1084"]
Dari konser tahun lalu, layarnya segede itu[/caption]
Gw ulang ya, ini baru Sapporo, belum Tokyo yang mungkin lebih gila-gilaan. Walaupun begitu, buat gw konser 20 tahun ini tetap sangat spesial karena merupakan hari pertama dari tur mereka.
Semua serba baru, baik itu bagi penonton dan penampil. Kalau udah hari kedua dan seterusnya, kita bisa tahu lah kira-kira apa setlist lagu, apa gimmick, dsb.
SETIAP LAGU PUNYA KONSEP MENARIK
Di tiap konser pasti ada beberapa lagu yang enggak terlupakan. Mungkin visualnya bagus atau ada gimmick yang seru. Terus euforia itu pasti sempat turun di lagu-lagu tertentu yang tampilannya minimalis.
Konser 5x20 Arashi membuat gw enggak bisa meleng karena setiap lagu punya konsep yang menghibur dari berbagai sisi. Penonton dikasih banyak pilihan mau ngelihat bagian mana.
Yang mau lihat member Arashi joget silakan. Kalau terlalu jauh lihat aja visual di layar karena itu enggak kalah menghibur, bahkan sering mendistraksi saking keren banget.
Ada satu video diputar di layar, hitam putih, tentang tiap anggota Arashi yang dikejar oleh bayangan hitam lalu mereka menghilang. Aiba jadi pemeran utamanya di situ.
[caption id="attachment_12730" align="alignnone" width="1082"]
Gimmick tahun lalu[/caption]
Detektif
Jreng jreng...begitu video kelar mereka muncul dengan pakaian detektif ala Sherlock Holmes dan ngebawain lagu soundtrack drama Kizoku Tantei yang diperanin Aiba. Masih dengan kostum detektif, lagu berlanjut ke soundtrack Nazotoki wa Dinner no Ato De. Drama detektif juga, tapi pemeran utamanya Sho.
Menurut gw kostum detektif ini salah satu yang paling cakep di antara kostum ala sirkus mereka yang penuh kelap-kelip. Tapi beberapa tahun belakangan kostum konser Arashi bagus kok, enggak penuh bulu-bulu pink kayak peserta parade Brasil.
Nostalgia
Konsep nostalgia kental sekali di konser ini, namanya juga perayaan 20 tahun. Banyak foto dan video perbandingan mereka versi 1999 dan versi 2018.
Gw suka banget lihat muka cupu dipadukan sama muka om-om yang udah penuh gurat kehidupan. Rasanya kayak lihat ponakan yang dulu masih bayi tahu-tahu udah mau SMA.
Salah satu highlight adalah ketika mereka membawakan lagu debut A.RA.SHI. Biasanya mereka emang rada gila di bagian ini, kayak baju tembus pandang seperti debut mereka dulu. Kali ini bajunya normal, berupa jaket 5x20 warna-warni (cakep banget, kenapa gak dijual!).
Yang istimewa adalah layar belakangnya memperlihatkan latar belakang video klip, jadi seakan-akan mereka lagi tampil di video klip 19 tahun lalu. WAAAAAAA.
Lagu ikonik ini juga dihiasi cuplikan video masa lalu plus remake adegan yang sama versi 2018. Gemes banget enggak sih lihat Matsujun kembali pura-pura imut sebagai maknae di video klip ituuuu.
Konsep nostalgia juga muncul di lagu Love So Sweet. Pada lirik tertentu, di layar keliatan montase kompilasi penampilan mereka tiap konser persis pas nyanyiin lirik itu. Kelihatan gitu perkembangan mereka dari masa ke masa, termasuk masa jahiliyah ketika penampilan lagi super alay tapi dianggap keren zaman dulu.
Pada saat yang bersamaan, para junior yang nyanyi tampil mengenakan kostum-kostum konser Arashi zaman dulu.
Ada juga lagu yang visualnya udah kayak opening film atau drama. Kebayang enggak, jadi ya video mereka lagi nyanyi dipaduin sama efek-efek yang sinematografinya cakep dah.
Ada juga efek muka mereka gede kayak robot lagi nyanyi, bersahutan ama versi aslinya. Susah banget ya deksripsiinnya saking advance dan kaga boleh moto hahaa.
Ikuta Toma juga sempat muncul di konser ini. Bukan versi manusianya sih, tapi versi pemeran video klip di lagu Fukkatsu Love. Di sini gw langsung memutuskan untuk fokus pada layar aja hahahaha karena Toma sungguh memukau. Ceritanya dia lagi hujan-hujanan sama cewek gitu, kayak potongan film romantis deh.
Enggak cuma kesan keren dan romantis, kesan pop warna-warni mencolok macem video klip Kyari Pamyu Pamyu juga sempat hadir di konser ini lho! Gw lupa lagunya apaan, tapi visualnya sungguh mendistraksi.
Ceritanya muka Arashi muncul di penampakan bapak-bapak gendut main hulahup, kemudian mereka tiba-tiba menggandakan diri pas lagi mangap. So random yet interesting.
Aozora Pedal Versi Mellow
Yang bikin gw akhirnya nangis adalah ketika Sho tiba-tiba keluar sendirian, berjalan ke arah piano. EH EH EEEEEEEHHHHHHH??!!!!
Lalu dia main piano. Dari layar kelihatan dia tampak tegang. Gw juga ikut deg-degan ya, takut salah pencet tuts gitu kan bang. Dan ternyata dia bawain lagu AOZORA PEDAL yang emang punya tempat istimewa di hati gw jauh sebelum tahu Arashi.
Jadi si Aozora Pedal ini soundtrack film Honey and Clover, yang gw suka banget versi anime/film/dramanya. Gw dulu nangis-nangis gitu loh nonton animenya. Suka banget aja sama tema yang diangkat.
Bahkan ini film pertama di mana gw ngeliat Sho, tapi belum tahu kalau dia Arashi. Waktu itu gw nonton justru karena pengen lihat akting Aoi Yu. Malah gw gak peduli sama si Sho karena aktingnya ya mediocre hahahahaha.
Ketika foto Sho waktu kecil main piano keluar di layar (cue: teriak histeris) dan empat orang lain mendadak disorot lampu dan nyanyi Aozora Pedal diiringi denting piano dari jemari Sho, hati gw langsung mengharu biru!
Air mata keluar lah beberapa tetes karena terlalu emosional. Langsung nyessss kerasa banget perjalanan fangirling 10 tahun sampe bisa menghirup oksigen yang sama di stadion itu.
Yang beraksi bukan cuma Sho. Ada Matsujun yang mendadak jadi dirigen dan Arashi nyanyi beberapa pake iringan orkestra. Elegan banget siiiih. Ohno juga sempat nari solo, enggak kebayang itu yang gerak-gerak lincah adalah pria 38 tahun yang ngerasa dirinya sudah om-om sampe bingung kok masih dijerit-jeritin.
MOVING STAGE
Ide brilian dari Arashi adalah membuat moving stage untuk menjangkau penonton dari berbagai penjuru. Mereka naik panggung berjalan (didorong manual sama staf) melewati koridor-koridor agar bisa mendatangi penonton di sana-sini.
Yang paling asyik adalah tribun di tengah-tengah karena mereka beneran berhadapan langsung sama moving stage (dan Arashi biasanya tampil dalam durasi lama di posisi itu). Eye level coy!
Kalau gw ya cuma bisa mendongak aja saat mereka lewat, tapi jarak mereka emang deket dari tempat gw jadi mukanya jelas banget. Rezeki anak yang rumahnya jauh ya… Harus nunggu 10 tahun sampe akhirnya bisa datengin mereka.
AIBA
Sejak awal, yang paling sering lewat bagian gw adalah Aiba dan Ohno. Not complaining tho because I think Aiba saw my uchiwa hahaha. Dia kan nunduk dari moving stage, gw sih ngerasanya dia ngeliat ke arah gw terus mukanya kayaknya agak kaget.
Yang ini sih gw mungkin agak halusinasi ya. Gw ngebayanginnya dia baca uchiwa terus terkezoed, wah ada yang dateng dari Indonesia! Pasti Aiba tahu dong Indonesia soalnya dia dulu pernah ke sini buat mandiin gajah sama orangutan buat acara variety show binatang. Semoga aja imajinasi gw ini betul terjadi ya, bukan sekadar angan.
Sekadar menegaskan, AIBA TERLIHAT LEBIH CAKEP ASLINYA. Dia kayaknya kurang kameragenik ya, jadi justru kamera malah mengurangi karismanya. Wekeke.
NINO
Oke, bagaimana dengan Nino? Dia adalah orang yang paling jarang lewat. Sekalinya lewat, moving stage-nya dibikin jauh lebih tinggi jadi yang bisa gw lihat adalah permukaan transparan moving stage dan penampakan Nino dari bawah.
Tapi yang jelas Nino ini mukanya paling pucat. Putih banget! Putih pucat ya. Kurang kena matahari kayaknya, kebanyakan main game sih.
OHNO
Yang kedua paling sering lewat adalah OHNO! Kesan gw melihat langsung? Ohno is just being Ohno.
Orang ini bisa jadi maskot WOLES karena tindak-tanduknya emang paling santai. Moving stage dia sempat berhenti lama di sebelah kanan gw. Ketika orang-orang di situ pada neriakin nama dia, si Ohno dengan muka santai justru ngasih gestur biar penonton pada fokus ke panggung karena para penari latar (Johnny's Junior) lagi diperkenalkan.
[caption id="attachment_12740" align="alignnone" width="1040"]
Ohno kalau serius emang enggak main-main[/caption]
Break sejenak itu dimanfaatkan Ohno buat minum air dari botol yang ditaro di moving stage. Iya, sepanjang beberapa detik itu gw fokus aja ngeliatin Ohno sambil megangin uchiwa.
NOTICE ME SENPAI.
Selagi gw teriak-teriak "Ohnoooo", Pewe malah fokus lihat ke sebelah kiri. Ada moving stage juga, yang berdiri di atasnya adalah Aiba. Dia membelakangi kami, bersandar santai ke pagar moving stage (kata Pewe "lihat deh posenya, cowok banget!").
Di situ gw mulai galau.
DI KANAN OHNO, DI KIRI AIBA. AKU HARUS LIHAT KE MANA?
Akhirnya gw kayak wayang golek rusak. Kepala oglek-oglek ke kanan dan kiri, memastikan pemandangan langka itu benar-benar merasuk ke otak dan ingatan jangka panjang.
MATSUJUN
Nah, Matsujun lewat dua kali tapi agak-agak sekelebat kayak penampakan pocong di film "Keramat". Pas lewat kanan gw, dia lagi jongkok di moving stage dengan ekspresi ganteng ouji-sama yang Domyouji banget. MATSUJUUUUUUN! Dan dia memang seganteng yang bisa kita lihat di video-video mereka. Paling ganteng dari semuanya.
Ibarat patung, muka dia terpahat rumit karena emang mukanya jauh dari tipikal Jepang kan ya. Waktu kecil malah sekilas kok agak kayak orang Arab nih cowok.
Kali kedua lewat, di bagian kiri, dia lagi playful. Menjulurkan lidah. Momen itu terjadi di tengah chaos ketika moving stage berjalan ke sana kemari dan gw muter-muterin kepala, nyari siapa gerangan member yang lagi berjalan ke arah tempat gw.
Fokus udah berceceran ke mana-mana dah. Pas lagi nengok kiri ternyata Matsujun udah ada di seberang. Gw teriak histeris ke Pewe yang entah lagi ngeliat ke arah mana, "ITU MATSUJUNNN!!!".
[caption id="attachment_12741" align="alignnone" width="1078"]
Konser tahun lalu, kira-kira sedekat itu gw lihat babang[/caption]
SHO
Nah, nih babang lebih aktif di panggung pas lagi bagian ngemsi sama ngobrol-ngobrol. Maklum, dia emang punya peran MC di Arashi kan. Sho banyak ngomong, sayang gw enggak banyak ngerti huhuhuhu.
Subtitle enggak langsung muncul di dunia nyata sih. Tapi enggak masalah karena malam itu di Twitter langsung bertebaran report concert plus terjemahan dari omongan mereka pada hari itu. Gw bingung itu penonton kok kaya wartawan media online, pada langsung ngetik apa ya pas mereka lagi ngomong?
Sho lewat tapi enggak ngeliat secara spesifik ke arah gw #KRAY. Cuma Aiba dan Ohno yang bener-bener ngeliat ke gw. TETAPI… moving stage Sho berhenti lama banget di bagian belakang blok tempat gw duduk. Jadi gw bisa ngeliatin dia sih… tapi cuma punggungnya. ITU AJA BIKIN SENANG.
Gw sempat melihat mukanya secara jelas pas dia lewat di koridor sebelah kiri. Gimana ya menjelaskannya… surreal! Mukanya dia sama persis kayak yang biasa gw liat di video-video. Dibanding di film Laplace's Witch, Sho versi konser jauh lebih kurus. Ya tetap gempal sih dibandingin tahun 2008 mah. I'm not complaining, Sho.
Dari sisi gestur, Pewe komen kalau Sho "kelihatan paling kurang banyak fanservice, kan?". Oh iya, benaaar. Ini emang udah diketahui para penggemar, dibandingin anggota lain yang membumi macam Aiba-Ohno, Sho ini emang kurang fanservice. Ya mungkin karena pengaruh keluarga ningrat, wekeke. Ya sudah, fanservice diganti sama bacotan di panggung aja ya bang.
Beda sih emang. Ketika Aiba dan Ohno lewat, mereka tuh seakan benar-benar ingin ngedadahin semua orang. Keliatan ada effort buat nunduk, senyum, dadah-dadah semangat.
Si Aiba bahkan seperti biasa kan udah mau nangis aja pas lagi ngasih ucapan penutup (tapi penonton tetep ketawa sampe dia bilang "oi, ini bukan saatnya ketawa" dan bikin orang lebih ngakak). Kalau Jun emang memancarkan aura bintang-yang-sulit-dijangkau yeeee.
LIVE OR LIPSYNC?
Ini salah satu pertanyaan besar ketika nonton Arashi. Mereka memang bukan penyanyi terbaik, tapi pas konser kok kedengerannya stabil banget? Beneran suaranya merdu? Mereka kan pakai band, masa sih lipsync. Tapi kayaknya enggak lipsync deh, soalnya pas konser kapan tau, mikrofon Ohno sempet mati gara-gara hujan dan suara dia memang enggak keluar di speaker.
Jadi jawabannya gimana?
Ada konser yang audionya kedengaran memekak banget (mungkin karena gw berdiri dekat speaker), tapi di konser Arashi audio terdengar cukup. Enggak terlalu kencang dan bising, tapi cukup keras untuk kita ikut heboh joget-joget dan karaoke (oke, yang karaoke cuma gw dan Pewe).
Menurut Pewe, ada lagu-lagu yang ketahuan lipsync. Ketika mereka nyanyi live juga kelihatan sih dari nada-nada yang goyang. Sebenarnya yang goyang cuma Nino sih. Dia suka meleset gitu nadanya, padahal udah vibra gitu ye nyanyinya hahaha.
TAPI TAPI TAPI herannya ketika lagi live pun nafas ngos-ngosan mereka enggak kedengeran! Ya koreografi mereka memang lebih sederhana sih ketimbang tarian Kpop… tapi gw aja ngevlog sambil naik tangga menuju Sapporo Dome udah ngos-ngosan…
Ajaibnya, Jun yang cempreng banget suaranya ternyata tidak fals. Walau cempreng, tapi nadanya tepat semua. Stabil. Aiba juga begitu! Bahkan suara Aiba tuh paling memikat telinga loh. Warna suaranya dia kan khas banget yak. Pas dia lagi ngomong, kok rasanya membuai banget. Kalo bisa milih lakik berdasarkan suaranya, gw pasti langsung pilih Aiba.
Sho seperti biasa ketika sedang nge-rap live pasti jadi lebih hiper dan nadanya lebih tinggi dari biasa. Aku sudah paham itu. Ohno? Enggak usah ditanya. He's Arashi's best singer.
Intinya, mereka enggak lipsync. Kalau pun ada yang lipsync, buat gw sih enggak kelihatan sama sekali. Susah bedainnya. Mungkin ini buah dari pengalaman dua dekade ye. Suara tetap stabil dipake nyanyi 2 jam lebih sambil jejogedan.
[caption id="attachment_12732" align="alignnone" width="1642"]
Hari pertama di Sapporo[/caption]
KARAKTERISTIK PENONTON JEPANG
Kalo konser di Indonesia, penontonnya heboh banget pasti. Teriak, jerit, nyanyi bareng. Konser adalah ajang karaoke berjamaah. Betul?
Di Jepang tidak seperti itu, Ferguso! Ibaratnya, penonton konser di Jepang adalah Kate Middleton yang behave, penonton Indonesia adalah Meghan Markle waktu masih di dunia hiburan. Dua kutub berbeda!
Setelah konser berakhir gw baru ngeh suara orang menyanyi yang paling dominan cuma Pewe. Lah ternyata orang di sebelah, depan dan belakang enggak ada yang sing along kenceng-kenceng.
Kalau pun mereka sing along, enggak kedengeran ke kuping gw. Sementara gw dan Pewe sih sibuk melolong bagai serigala kebanyakan asupan gula. Maklum, adrenalin lagi deras banget.
Baru ngeh, budaya konser mereka tuh kalem, tertib, "jinak". Ini yang bikin Laruku pas ke Indonesia kaget banget lihat penonton super excited sing along sepanjang konser. YAH OM KITA EMANG BIASA KAYA GITU KALI.
Bukan berarti Arashi enggak ajak penonton sing along ya. Penonton akan sing along ketika dikasih kesempatan sama si babang, yakni pas reff Aozora Pedal. Suaranya pun malu-malu gitu loh. Tidak selantang penonton Indonesia.
Sebagai gantinya, rasa semangat penonton itu disalurkan lewat ayunan lightstick. Rasanya seperti olahraga mengencangkan otot tangan kanan selama tiga jam. Tangan terus diayun sesuai irama, OI OI OI OI!
Kalemnya penonton Jepang ini juga berpengaruh ketika si penyanyi lagi ngajak ngobrol. Coba ya, bandingin sama konser Kpop yang enggak mungkin ada keheningan karena pasti tiap detik ada yang teriak "OPPA SARANGHAEYO". Bahkan ketika penyanyinya lagi ajak ngomong, penonton juga bakal tereak-tereak histeris.
ITU TIDAK TERJADI SAMA SEKALI DI JEPANG.
Ketika waktunya Arashi lagi ngomong, sumpah, HENING. Pada ngedengerin! Ketika Arashi nanya secara retoris, misalnya "Siapa yang selalu mikirin Arashi?", mereka jawabnya pakai tepuk tangan. Kalau di Indonesia udah "AKU BANG! AKU BANG! AILAPYU BANG!".
Iya. Agak kaku ye di Jepang. Tapi emang tertib banget dah. Mungkin itu sebabnya pascakonser penampilan penonton tetap rapi jali bagai keluar kondangan. Aselik. Ini pengaruh cuaca dingin juga sih jadi tak mungkin keluar keringat, hehe.
TIADA SAMPAH
Pemandangan pascakonser biasanya berupa sampah yang tersebar di mana-mana. Apalagi kalau ada ledakan confetti. Tapi Arashi ini emang jenius. Confetti mereka itu ternyata barang yang dikoleksi. Jadi yang biasanya cuma bikin petugas bebersih makin repot, justru dicari banyak orang. Yang harusnya jadi "sampah" malah jadi rebutan.
Gw berhasil mendapatkan satu setelah hampir rebutan sama Mui. Dia akhirnya ngelepasin satu lembar ini karena sebelumnya sudah dapat satu.
Begitu keluar venue, ada orang-orang bawa kertas bertuliskan minta confetti. Orang di depan dan sebelah gw emang dapetnya banyak gitu sejembreng. Ini faktor tinggi badan sih. Gw udah angkat-angkat tangan setinggi-tingginya kalah saing sama yang badan lebih menjulang. HUHUHU. Ya udah yang penting dapet satu.
Gw kirain bakal dijual itu ya, ternyata ada lho yang mau ngasih ke yang minta-minta tanpa pungutan apa-apa. Mungkin dia dapet lebih dari 10 biji. Hahaha. Kelihatannya ini barang sepele banget ya, tapi ini merupakan salah satu memento laaah. Kenang-kenangan.
Gile emang nih konser, bisa aja mikirin ide brilian sampe ke detil-detil begitu. FYI di konser-konser sebelumnya ternyata emang begitu, cuma gw aja yang enggak tahu. Bahahaha.
NO CAMERA
Larangan tidak boleh merekam sama sekali tentu ditepati oleh (mayoritas) penonton. Di sini gw merasakan lagi esensi nonton konser yang sesungguhnya. Melihat pakai mata, bukan lewat layar handphone/kamera. Mendengarkan dengan telinga, bukan lewat rekaman Instagram Stories.
Ini adalah kesempatan langka loh. Mana mungkin nonton konser di Indonesia tanpa ada yang ngerekam pake hape? (Gw termasuk yang suka ngerekam sih). Panca indera betul-betul fokus pada apa yang terjadi di dalam konser. Enggak perlu lagi mikirin "ah ini jelang reff, mau gw rekam buat diaplot di Instagram".
Nikmati saja konser tanpa distraksi. Kalau mau nonton ulang, ya tunggu aja ntar DVD konsernya keluar ya…