Sudah lama menghilang karena kerjaan kayak setan, terus ditambah pengumuman KP yang bikin patah hati HUHUHU tapi belakangan kangen(?), jadi coba nulis lagi. KishiRen dan KishiHira, masing-masing 600-700 kata (beda cerita, tidak nyambung!!). Tidak penting dan tidak ada inti ceritanya, cuman pengen liat mereka interaksi saja(?) wkwkwk jujur masih belum tahu apakah ke depannya masih akan nulis lagi, tapi ya sudahlah. btw kemarin ini sempat import ke dreamwidth karena isu LJ takut bermasalah(?) itu, jadi mulai sekarang mungkin semua akan di-repost(?) juga ke sana.
.
おやすみ
Nagase Ren/Kishi Yuta
Ren memonopoli selimut yang harusnya mereka bagi.
Dingin. Rasanya dingin sekali. Kishi membuka sebelah mata, masih belum sepenuhnya bangun. Aneh. Padahal, ia sudah menaikkan suhu pendingin ruangan sebelum tidur tadi. Apakah ia lupa menutup jendela kamar dan udara dingin malam menyelinap masuk?
“Hng?”
Saat menepuk pahanya yang dingin, Kishi baru menyadari bahwa ia tidak memakai selimut. Apakah lagi-lagi ia menendang selimut dalam tidurnya? Sambil menggerutu rendah, Kishi mengulurkan tangan untuk mencari. Namun, bukannya selimut, tangannya malah mendarat pada sosok yang keras.
Benar juga, Ren! Pikiran Kishi seketika terbangun. Ren sedang menginap di sini! Kishi mengerjap, matanya langsung bertemu dengan punggung Ren yang tertutup selimut.
“Reeen…” sambil menghela nafas pasrah, Kishi menarik-narik selimut tersebut. Tidak berhasil. Sepertinya Ren mendekap selimutnya erat-erat.
Ugh.
Padahal, jika Ren datang untuk menginap, biasanya mereka tidur dengan selimut masing-masing karena ukurannya tidak terlalu besar. Tetapi kemarin Ren sendiri yang bersikeras agar mereka berbagi selimut. Supaya bisa tidur sambil memeluk Kishi, katanya. Awalnya memang benar-Ren mendekap Kishi, dan Kishi menyandarkan kepalanya pada dada Ren. Tetapi pada satu titik di malam tersebut, pastilah pelukan mereka terlepas dan Ren menarik seluruh selimut untuknya sendiri.
“Ren, Ren…” kali ini Kishi menusuk-nusuk punggung Ren dengan jemarinya, seperti anak kecil yang sedang merajuk. Namun hal ini pun tidak membuahkan reaksi apa-apa dari Ren. Jadi Kishi menyerah, memikirkan apakah sebaiknya ia mengambil selimut lain saja dari dalam lemari.
Atau mungkin mematikan pendingin ruangan supaya Ren kepanasan dan pengap di dalam selimutnya. Huh, biar saja. Itulah akibat dari memonopoli selimut yang seharusnya mereka bagi!
…sayang sekali, Kishi bukan orang jahat. Dan terlebih dari apapun, ia masih terlalu mengantuk untuk berdiri dan melakukan hal lain seperti mematikan pendingin ruangan atau mengambil selimut lain. Tetapi, ia masih kedingingan…
Ya sudah, begini saja.
Kishi mencoba mengangkat ujung selimut, memasukkan lengannya dan memeluk Ren dari belakang. Berbeda dengannya, tubuh Ren terasa hangat. Ha, tentu saja tubuh Ren hangat. Tubuh Kishi juga seharusnya hangat jika Ren tidak merebut selimutnya!
“Ng, Yuta…?”
Mungkin karena merasakan tangan dingin menyentuhnya, Ren jadi terbangun juga. Melihat Ren yang dengan santai menengok ke belakang dengan tatapan mengantuk, rasanya Kishi ingin menendang Ren keluar dari ranjang. “Ren! Selimut!”
Ren membalas dengan gerutu tidak jelas. Ia malah menarik lengan Kishi lebih dekat dan kembali berbalik memunggungi Kishi-tanpa rasa bersalah langsung berniat untuk kembali tidur lagi.
Kishi baru saja hendak benar-benar menendang Ren, saat Ren tiba-tiba terlonjak bangun. Sekali lagi Ren menengok ke arah Kishi, kali ini dengan mata terbuka lebar. Lalu ia menurunkan pandangan dengan bingung, pada gumpalan selimut yang ia dekap di tangan kirinya. “Eh…?”
“Bukan ’eh’, kan! Ren, aku kedinginan, tahu…” Walau diawali dengan nada kesal, suara Kishi perlahan-lahan mengecil. Mau bagaimana lagi-Ren kan tidak melakukannya dengan sengaja, Kishi jadi tidak tega jika memarahi Ren.
“EH?! Maaf, Yuta!” dengan panik Ren membuka selimut tersebut, lalu menariknya menutupi tubuh Kishi. “Uwaa! Parah sekali, maafkan aku, ya?”
Karena masih ingin merajuk, Kishi hanya membuang muka sambil menutup mata.
“Yuta~” tiba-tiba nada Ren berubah manja, dan Kishi merasakan lengan Ren yang mendekapnya. “Maaf, ya? Yuta kedinginan, kan? Ayo kupeluk supaya hangat.”
“Huh, nanti juga Ren akan memonopoli selimutnya lagi. Sana ambil selimutmu di lemari.”
Kishi berusaha melepaskan pelukan Ren, namun tidak berhasil. Ren hanya tertawa kecil, “Tidak akan, tidak akan!”
Sebenarnya Kishi masih mau protes. Tetapi, jika dipikir kembali, pelukan Ren memang hangat dan kehangatan tersebut membuatnya kembali mengantuk. Tidak hanya hangat, pelukan Ren selalu membuatnya merasa tenang. Kalau menutup mata, pasti ia akan langsung tertidur.
Menyadari bahwa Kishi sudah berhenti melawan, Ren tersenyum lega. Tentu saja ia tahu Kishi tidak akan sungguh-sungguh marah. Kalaupun iya, mungkin Kishi akan lupa saat pagi tiba nanti. Tetapi, kalau hal ini membuat Kishi menolak untuk berbagi selimut untuk seterusnya, Ren mungkin akan menangis!
“Ren?”
“Hm?”
“Kalau Ren memonopoli selimut lagi, kita pisah selimut untuk selamanya!”
“Eh! Tidak mau!”
“Tapi…” suara Kishi memelan, terdengar mengantuk. Ia menyandarkan pipinya pada tangan Ren dan menutup mata. “Pelukan Ren hangat. Aku suka.”
Duar! Rasanya jantung Ren meledak.
“Yuta!! Aku tidak akan melepaskan Yuta lagi! Aku mau memeluk Yuta selamanya!!!”
“Ren?! Ren, sebentar-sesak-aaah!“
Pasangan RenKishi, malam ini pun penuh cinta.
.
おやすみ
Hirano Sho/Kishi Yuta
Belakangan ini Sho kesulitan tidur.
Waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari saat Kishi sampai di apartemen Sho. Jika sesuai jadwal, seharusnya syuting sudah selesai empat jam lalu. Tetapi karena satu dan lain hal, semua jadwal mundur dan ia baru bisa pulang sekarang.
Besok ia dan Sho sama-sama libur. Jadi ia sudah berjanji untuk makan malam bersama dan menginap di apartemen Sho. Tetapi karena jadwalnya mundur, Kishi jadi mengirim pesan agar Sho makan dan tidur duluan saja. Kishi akan menyusul, dan mereka akan bisa menghabiskan hari esok sama-sama.
Kishi memutar kunci cadangan yang diberikan Sho, kemudian perlahan membuka pintunya. Ia harus berhati-hati-bisa jadi Sho sudah tertidur lelap.
“Kishi-kun?”
“Uwaa!” Kishi melompat kaget, tdak menyangka Sho masih duduk menunggunya di ruang tengah. “Sho! Belum tidur?”
“Hmm, aku sudah mencoba tidur sendiri tadi,” jawab Sho santai. Ia duduk berselonjoran di sofa dengan ponsel di tangannya. “Mungkin, kalau ada Kishi-kun, aku bisa langsung tidur.”
“Sho…” dengan cepat Kishi meletakkan barang-barang dan melepas jaketnya, lalu berjalan menghampiri Sho. “Kali ini saja? Atau Sho masih kesulitan tidur setiap hari?”
“Kali ini saja, kok.”
“…Sho.” Kishi berlutut di sisi sofa, menatap Sho dengan tatapan tidak setuju. Seperti anak kecil yang baru saja tertangkap melakukan hal buruk, Sho langsung menegakkan punggungnya dan mengalihkan pandangan.
“Ehm. Tidak setiap hari, hanya… yah… beberapa hari ini saja,” suara Sho mengecil, tidak suka melihat tatapan khawatir Kishi. “Tapi, tapi, kalau bersama dengan Kishi-kun, aku bisa tidur lebih nyenyak!”
“Sungguhan?”
“Iya,” wajah Sho berubah serius. “Kalau bersama Kishi-kun, entah kenapa aku merasa bisa beristirahat dengan tenang.”
Kishi tampak tidak yakin. Ia masih menatap Sho dengan dahi berkerut, tapi memutuskan untuk tidak bertanyak lebih lanjut. Sho memang terlihat lelah belakangan ini. Bukan hanya Kishi, member lain pun menyadarinya. Bahkan kadang-kadang, ada fans yang sadar dan menuliskan hal tersebut di Twitter. Jadi, jika keberadaan Kishi di sana bisa sungguhan meningkatkan kualitas tidur Sho-
“Kishi-kun sudah makan?” tanya Sho tiba-tiba, membuyarkan pikiran Kishi.
“Eh? Aku sudah makan onigiri di tengah syuting tadi. Sho sudah makan?”
“Aku juga sudah. Kalau begitu,” Sho bangkit dari sofa, kemudian mengulurkan kedua tangannya pada Kishi. “Kita langsung tidur saja?”
Setelah menyikat gigi dan mengganti baju, Kishi masuk ke ruang tidur yang lampunya sudah dimatikan. Dan di sana, ia menemukan Sho yang berbaring di ranjang dengan mata terbuka lebar. Seperti itukah Sho selalu berbaring setiap malam? Menatap langit-langit, berusaha untuk tidur? Lalu, tanpa disadari, pagi sudah datang dan Sho sudah harus kembali bekerja? Sebagai tipe orang yang bisa langsung tidur begitu kepalanya menyentuh bantal, kondisi Sho adalah sesuatu yang tidak terlalu Kishi mengerti. Karena tidak mengerti itulah, ia menjadi khawatir…
“Sho.”
Ketika melihat Kishi, ekspresi Sho seketika berubah cerah. Ia mengangkat selimut, mengundang Kishi masuk. “Kishi-kun!”
Kishi tersenyum dan berbaring di sisi Sho. Tanpa menunggu lagi, Sho langsung melingkarkan lengannya pada Kishi dan memeluknya erat-erat-“Aaah, Sho! Terlalu erat!!”
Oh, ups. Sho melonggarkan pelukan, kemudian mencium kening Kishi seolah meminta maaf. “Oyasumi, Kishi-kun.”
Kishi mengangguk dan menutup mata, siap untuk tidur.
“Oh iya, Kishi-kun?”
“Mm?”
“Untuk membantku tidur, mungkin aku butuh dibacakan dongeng sebelum tidur.”
“Haa? Memangnya Sho anak kecil?” Kishi kembali membuka mata dan tertawa mendengarnya. “Tapi, baiklah. Lepaskan sebentar, aku akan mencari-“
“Tidak, tidak. Begini saja bisa, kan? Ceritakan saja apa yang Kishi-kun ingat. Aku ingin mendengar suara Kishi-kun.”
“Eeh? Hmm…” Kalau boleh jujur, Kishi tidak yakin pada ingatannya sendiri. Mungkin Momotaro? Kaguya? Atau Sho lebih suka Cinderella? “Kalau begitu, aku akan menceritakan tentang Cinderella.”
Sho mengangguk dengan semangat, kemudian menutup mata dan mengubur kepalanya pada rambut Kishi.
“Pada zaman dahulu kala, di suatu tempat yang jauh, jauh sekali…”
Kishi mulai bercerita tentang sesuatu yang tampaknya seperti campuran Cinderella, Snow White, dan berbagai cerita lain. Kishi tidak terlalu yakin karena ia sendiri sudah mengantuk, dan Sho pun hanya mendengarkan tanpa protes. Yang pasti, saat cerita sampai pada apel beracun, ia mendengar dengkuran lembut Sho.
Perlahan Kishi mengangkat kepala, dan memperhatikan wajah Sho yang kini sudah tertidur. Berbeda dengan saat sedang bekerja, ia terlihat begitu tenang. Rupanya Sho tidak berbohong. Walau membingungkan, ternyata keberadaan Kishi sungguh-sungguh bisa membantunya untuk tidur.
“Sho…” Kishi mengelus pipi Sho lembut, kemudian mendaratkan ciuman singkat. “Oyasumi, Sho.”
Pasangan HiraKishi, malam ini pun penuh kedamaian.
.
OK mon maap ini beneran tidak ada inti cerita dan rada tidak jelas (seperti biasa sih!). Tidak tahu apakah masih ada yang ikut membaca karena sudah lama ditinggal hehe, tapi kalau ada yang lagi kangen kapal juga, mari nangis sama-sama huhuhu (?)