- selamat datang di bagian kedua dari fic-fic nanggung yang agak ga jelas ini. ficnya emang ga terlalu bagus tapi lagu-lagu AAA yang saya pake disini bagus-bagus banget kok beneran deh mohon didengarkan(?)
- sengaja saya bagi jadi 2 part. Yang ini semua liriknya saya ambil out of context jadi ya begitulah
- diperingatkan dari awal ini ga terlalu bagus dan tbh saya sendiri ga terlalu puas sama hasilnya tapi yasudahlah ya
- tadinya mau dipost kemaren, biar ga barengan ultah Aran. Tapi livejournal-nya error terus jadi yasudahlah. Happy birthday Aran, maaf hadiahnya gini banget boleh dibuang kok (?)
.
.
Miss You
Urata Naoya/Nishijima Takahiro
Ia sungguh mencintai Nissy, tapi ia sungguh tak dapat menghadapinya lagi.
.
Like a white snow
君の瞳輝かせてあげられなくて
Miss you, I miss you
今はただ時間を止めて
Hal yang pertama kali membuat Naoya tertarik pada Nissy adalah kegigihannya. Ia tak akan mundur dari sebuah perdebatan, tak akan menyerah dalam hal apapun, dan rintangan apapun dilaluinya tanpa rasa takut. Naoya dapat melihat semangat yang berkobar dalam kedua mata tersebut. Tubuhnya yang kecil menyembunyikan energi yang luar biasa.
Bagi Naoya, menjinakkan Nissy bukanlah hal yang mudah. Nissy menantangnya tanpa keraguan. Berkali-kali Naoya harus menghela nafas dan mengaku kalah. Sehingga saat Nissy akhirnya tersenyum dan mengatakan bahwa ya, ia bersedia menjadi kekasih Naoya, Naoya merasa seperti baru memenangkan olimpiade.
Ini pertama kalinya bagi Naoya berhadapan dengan seseorang yang tak langsung tunduk patuh terhadapnya. Setahun pertama, hubungan mereka menantang dan membuat Naoya bersemangat. Setelahnya? Kegigihan Nissy berubah menjadi sikap keras kepala yang kekanakan. Perasaan tertantang yang dirasakannya saat menghadapi Nissy, berubah menjadi amarah dan rasa lelah.
Ia sungguh mencintai Nissy, tetapi ia sungguh tak dapat menghadapinya lagi.
.
Naoya dua tahun yang lalu tentu tidak akan berpikir hubungan mereka akan berkembang seperti ini.
“Naoya,” Nissy berjalan ke arahnya sambil membawa dua buah dasi. “Biru atau hijau?”
“Hijau.”
“Baiklah,” jawab Nissy patuh. Ia mengenakan dasi tersebut, kemudian mengambil sepotong roti dari meja makan. Tanpa kata, ia menunggu Naoya bersiap-siap.
“Ayo kita pergi,” kata Naoya akhirnya. Nissy mengangguk, mengikuti di belakang Naoya. Ah, benar juga. Mereka hampir melupakan ciuman-sebelum-pergi. Meskipun mereka menuju tempat kerja yang sama, tetapi Naoya berusaha agar tidak menghilangkan tradisi yang satu ini.
“Takahiro,” Naoya menghentikan langkahnya, kemudian berbalik dan mencium kening Nissy.
Tak ada reaksi. Hanya tatapan kosong Nissy yang balik menatapnya. Dan terkadang, Naoya menyesalkan tindakannya dahulu. Ia merindukan Nissy yang ceria dan bersemangat. Ia merindukan kobaran api yang dulu sering dilihatnya pada mata Nissy.
Tetapi sekarang, semuanya telah membeku.
.
.
ぼくの憂鬱と不機嫌な彼氏
Jinguji Yuta/Iwahashi Genki
Jinguji tahu ada sesuatu yang tidak beres.
.
大好き、とか、愛してる、だとか
いとしいあの響きが
色褪せた言の葉に変わる
Ketika Jinguji datang ke rumah Genki hari itu, ia tahu ada sesuatu yang tidak beres.
“Genki…?”
Genki tidak menghiraukannya. Ia duduk di ranjang, berkutat dengan ponselnya. Bahkan ia sama sekali tidak menengok pada Jinguji.
“Gen-“
“Kau pergi dengan siapa tadi siang?” potong Genki cepat. Matanya menatap Jinguji tajam, dan Jinguji mendadak merasa gugup.
“M-Miyachika.”
“Miyachika?” ulang Genki, dengan suara yang lebih keras. “Miyachika???”
“Kami hanya pergi untuk mencoba-“
“-pancake depan stasiun, kan? Aku tahu.” Genki mendengus tanpa memberikan ruang bagi Jinguji untuk berbicara. Belum lima detik kemudian, ia sudah mengulurkan tangannya pada Jinguji.
“Eh?”
“Bukan ‘eh’, kan? Kemarikan ponselmu.”
Jinguji cepat-cepat merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel. Ia kemudian memberikannya pada Genki, yang langsung membuka aplikasi LINE dan mengecek seluruh percakapan yang ada.
“Honoka? Siapa gadis ini?” tanya Genki sambil mengernyitkan dahinya. “Kau tidak berselingkuh, kan?”
“Tentu saja tidak! Dia sepupuku.”
“Sepupu?” kali ini Genki beranjak dari ranjang, berdiri tepat di depan Jinguji. “Aku tidak menyukainya. Blokir dia.”
“Tapi-“
“Blokir.”
“B-baiklah,” Jinguji mengambil kembali ponselnya dari tangan Genki, kemudian menekan pilihan untuk memblokir. Ia menatap Genki dengan agak ragu, tetapi Genki membalas tatapannya dengan senyuman manis.
“Baguslah, aku senang,” kata Genki ringan. “Ayo duduk, kalau begitu. Akan kuambilkan air minum untukmu.”
Jinguji melepaskan nafas yang entah kenapa ditahannya. Ah, suasana hati Genki sudah membaik. Syukurlah.
“Jin-chan,” Genki tiba-tiba menghentikan langkahnya di depan pintu, berbalik menatap Jinguji.
“Ya?”
“Aku menyukaimu.”
“Aku juga menyukaimu,” jawab Jinguji datar. Kata-kata tersebut keluar tanpa harus berpikir lagi, seolah-olah ia sudah diprogram untuk membalas demikian setiap kali Genki mengatakan ‘aku menyukaimu’. Genki tersenyum senang mendengarnya. Kemudian ia memutar tumit dan menuju dapur, meninggalkan Jinguji sendirian di kamar.
Tangan kanan Jinguji menggenggam tangan kirinya yang bergetar.
“Suka, katanya,” bisik Jinguji lirih, lebih pada dirinya sendiri. “Suka...?”
.
.
Still Love You
Abe Aran/Miyachika Kaito
Jika Aran mencintai seseorang, ia tak akan melepasnya.
.
このままじゃいられないの?
二人ではダメだというの?
Apa yang harus seseorang lakukan ketika orang yang dicintainya memutuskan untuk pergi? “Lepaskan,” sesuai kata pepatah, “dan jika ia kembali, maka ia milikmu.”
Tetapi tentu saja hal itu salah. Bodoh sekali. Jika Aran mencintai seseorang, ia tak akan melepasnya.
Aran sudah pernah mendengar contoh ekstrim-rantai, misalnya. Tetapi ia mengetahui sesuatu yang lebih kuat.
.
“Ayo kita berpisah.”
“Miyachika,” kata Aran dengan suara lembut. “Apa yang membuatmu berpikir begitu?”
“Aku-aku rasa…” Miyachika menunduk, tak sanggup menatap mata Aran. “Aku rasa, hubungan ini tidak akan berhasil…”
“Kau rasa?” ulang Aran perlahan-lahan. “Miyachika, kau tidak merasa seperti itu. Bukankah kita saling mencintai?”
Miyachika mengedipkan matanya, pandangan kebingungannya bertemu tatapan Aran yang tenang.
“Kita saling mencintai, ingat?”
“…ah, mungkin k-kau benar,” jawab Miyachika dengan suara kecil. “Kau benar… Maafkan aku.”
.
“Miyachika,” Aran meletakkan segelas cokelat hangat di meja, mendorongnya ke arah Miyachika. “Apa yang terjadi?”
“Tidak-maksudku… aku…”
“Hmm?”
Miyachika menghela nafas panjang, sebelum akhirnya menerima cokelat hangat tersebut dan berbicara. “Aku bertengkar dengan Genki.”
“Apa yang telah kau lakukan kali ini?”
“Tidak, Genki yang-“ Miyachika menghentikan perkataannya. Sesaat Aran dapat melihat keraguan melintas pada mata Miyachika, dan ia menyeringai tipis. “Aku… benar… aku yang salah.”
“Baguslah kalau kau bisa mengakui kesalahanmu,” puji Aran sambil tersenyum. Ia menggenggam tangan Miyachika, meremasnya lembut. “Lagipula, kau tidak butuh Genki. Kau masih punya aku, kan?”
“Benar,” jawab Miyachika cepat, hampir seperti mesin penjawab otomatis. “Tak tahu apa yang akan kulakukan tanpamu, Aran.”
.
Melihat ke belakang, Aran akan mendengus ketika mengingat bahwa Miyachika sempat berkata bahwa hubungan mereka tak akan berhasil. Siapa bilang, hm?
.
.
愛してるのに、愛せない
Nishijima Takahiro/Uno Misako
Ini salahnya. Tentu saja ini semua salahnya.
.
間違いと間違いが交わりこじれて
せめてあの日までの巻き戻し方を
ねぇ教えて
Pukul sebelas malam.
Nissy memutar kunci dengan sangat perlahan, berusaha agar tidak menimbulkan suara apapun. Kegelapan langsung menyambutnya ketika pintu terbuka. Dan Nissy menahan nafas-ia tahu, tahu persis, kegelapan itu menyembunyikan sesuatu.
“Dari mana saja kau?”
Lampu tiba-tiba menyala, dan langkah Nissy seketika terhenti. Berdiri tak jauh darinya adalah seorang wanita cantik yang menatapnya dengan wajah tanpa ekspresi.
“Misako…” Nissy menjawab dengan suara pelan. “Aku-“
Tetapi Misako langsung membalikkan tubuhnya dan pergi, meninggalkan Nissy berdiri sendirian di pintu masuk.
“Misako,” panggil Nissy lagi, kali ini sedikit lebih yakin. Ia cepat-cepat menanggalkan sepatunya, kemudian berjalan mengejar Misako.
Nissy menemukan Misako duduk di ruang tengah dengan sebuah majalah di pangkuannya. Wajahnya masih tidak menunjukkan ekspresi apa pun, dan ketakutan mulai menyelimuti Nissy. Maksudnya, oke, ia telah bersalah karena pulang lebih dari pukul delapan malam. Tapi ia lembur di kantor, bukannya pergi bermain dengan teman-temannya!
Ujung matanya lalu menangkap sesuatu di dapur. Piring kotor! Astaga, apakah ia lupa mencucinya tadi pagi? Tentu saja Misako akan marah padanya! Baru saja berjalan beberapa langkah ke wastafel, Nissy tersandung sesuatu di lantai. Handuk berwarna ungu tua yang tergeletak di lantai. Jadi setelah lupa mencuci piring kotor, ia juga lupa menjemur handuk?
Kepala Nissy mulai terasa penuh. Tangannya bergerak dengan panik, mencoba untuk mengerjakan semuanya sekaligus.
Setelah seluruh alat makan tercuci dan handuk sudah dijemur (tunggu, handuknya yang berwarna oranye sudah dijemur, kok), Nissy kembali ke ruang tengah.
“Mi-“
Misako menutup majalahnya dan berdiri tanpa kata. Ia berjalan menuju kamar tidur seolah-olah Nissy tak ada di sana. Tanpa sapaan, tanpa pelukan, tanpa kecupan hangat. Bersamaan dengan ditutupnya pintu kamar tersebut, Nissy merasakan sesuatu menghantam hatinya.
Kenapa? Apa lagi kesalahan yang telah diperbuatnya?
Padahal ia sudah berusaha sebaik mungkin untuk Misako. Semua kehangatan itu, apa lagi yang harus ia lakukan untuk mendapatkannya kembali? Ini salahnya. Tentu saja ini semua salahnya. Setelah mereka tinggal bersama dan Misako melihat segala ketidaksempurnaannya dari dekat, tentu saja Misako akan mulai menyadari bahwa ia tak layak mendapatkan cinta Misako.
Senyuman itu, tawa itu, apakah… apakah Nissy, dengan tangannya sendiri, yang telah merenggutnya dari wanita tersebut?
…tentu saja, kan? Nissy jatuh terduduk di sofa, menatap pintu kamar yang tertutup sambil tersenyum pahit. Alasan mengapa cinta mereka tak terasa seperti cinta lagi, adalah kesalahannya, kan?
.
.
ぼくの憂鬱と不機嫌な彼氏
Nagase Ren/Nagatsuma Reo
Ren belum siap untuk menerima kenyataan.
.
戻れない…とわかっているのに、
もどかしいくらい弱気で
身勝手なぼくは、
君をまだ離せない
Ren tidak siap.
Ia tidak bodoh-ia dapat melihat tanda-tandanya. Ketika Reo mulai membalas pesannya lebih lambat, ketika Reo memutuskan sambungan teleponnya lebih cepat, ketika Reo tidak banyak lagi menghabiskan waktu bersamanya…
Tentu saja ia mengerti bahwa meskipun baginya Reo adalah satu buku yang berharga, bagi Reo ia hanyalah satu bab yang kurang berarti. Seseorang yang kebetulan Reo pilih untuk bermain-main. Dan tentu saja Ren dengan rela dipermainkan.
Karena ini adalah Nagatsuma Reo, seseorang yang sudah lama disukainya. Maksudnya, semua murid di sekolah mereka pasti pernah memiliki rasa suka pada Reo. Kapten tim basket, tampan dan menyenangkan, super populer…
Dan dari semua pilihan yang ada, Reo telah memilihnya.
Karena itu, ketika pandangan lembut Reo padanya mulai berubah, Ren mengetahui bahwa hubungan mereka sudah tak akan bertahan lebih lama lagi. Bukan hal yang mengagetkan-Reo dikenal sebagai orang yang senang bergonta-ganti pasangan. Tetapi, Ren tidak siap.
Meskipun terdengar menyedihkan, namun ia masih ingin memiliki Reo. Hanya sebentar lagi saja tidak apa-apa. Ya, sebentar lagi saja…
.
“Ren, kumohon-“ nada panik tersebut, Ren berpendapat, tidak cocok dengan karakter Reo. Reo yang kuat dan tak tergoyahkan. Tetapi Reo yang sekarang menatapnya dengan mata lebar dan panik, keringat dingin membahasi dahinya. “Ren!!!”
Namun Ren tak menjawab. Ia yakin Reo pasti mengerti apa yang diinginkannya. Benar, kan?
“Ren!! Baiklah! Baiklah!” ujar Reo cepat. Ren menghentikan langkah kakinya, dan sesaat Reo menghela nafas lega. “Baiklah, aku mengerti. Kita tidak akan berpisah.”
Dengan senyum lebar mengembang di wajahnya, Ren turun dari pagar pembatas atap sekolah. Ia berjalan menuju Reo-yang masih menatapnya dengan pandangan setengah ketakutan-dan memeluknya erat-erat.
“Ya, kau benar. Kita tidak akan berpisah, Reo.”
.
.
Notes akhir:
- tadinya di sini ada semacem public confession(?) yang agak tidak penting tapi sedikit berkaitan dengan cerita-cerita di atas tapi sudah saya hapus(??)
- OK intinya mungkin sudah keliatan tema yang saya pake di sini. Agak mixed feeling(?) juga pas bikin ini sebenernya
- btw sukaaa banget waktu AAA nyanyi Miss You di Fantastic Over. Itu udah paling ughhhh. Btw empat lagu di atas, plus Aitai Riyuu, adalah top 5 lagu AAA fav saya huhuhu
- kalau ada yang baca cerita ini... makasih banget! Biarpun awalnya saya bikin fic-fic itu buat saya baca sendiri (?)