Title : Sweet Vanilla Cupcake (2/11)
Cast :
- Matsushima Sou (Sexy Zone)
- Sherina as Kawaguchi Rina
- Morimoto Shintaro (Johnny’s Jr / Bakada6) as Sou’s childhood friend
- Kato Yui (OC), Horikoshi Haruna (OC), Nakamura Yuta (OC) as Sou’s close friend since grade 1 → orang-orang yang hanya numpang lewat beberapa detik
- Nakayama Sayo (OC), Handa Kaori (OC) as Rina’s friends
Genre : School-life, romance
Rating : G
Type : Multichapter
~ CHAPTER 2 ~
~Letter~
“Ohayou gozaimasu,” Rina berjalan memasuki ruang kelasnya.
“Ohayou, Rina,” sapa seorang gadis berambut panjang yang duduk di depan bangku Rina. Rina berjalan menuju bangkunya dan mendudukkan badannya di situ.
“Eh, eh, Rina-chan. Katanya beberapa hari yang lalu kamu sempat salah masuk kelas. Bener? Bener?” beberapa teman Rina langsung mengelilinginya. Kalau sudah masalah yang seperti ini entah kenapa semua langsung berkumpul.
“Iya..Emang kenapa?” jawab Rina sambil memandang salah satu temannya.
“Katanya lagi, itu kelas 3-2 ya?” teman-teman Rina bertanya kembali tanpa terlebih dulu menjawab pertanyaan Rina.
“Shiranai. Tapi kayanya iya. Emang kenapa sih?” Rina mengulangi pertanyaan yang sama. Ia benar-benar penasaran.
“Uwaaaah, berarti itu kelasnya Morimoto Shintaro-senpai,” salah satu teman Rina langsung berkata dengan senangnya.
“Chotto matte. Sayo-chan, ada apa sih? Morimoto Shintaro siapa?” tanya Rina sambil memegang pergelangan tangan temannya yang baru saja menyebut-nyebut nama Morimoto Shintaro.
“Kamu… Enggak tahu siapa Morimoto Shintaro-senpai? Ckckck, kamu ini benar-benar ketinggalan berita ya,” ucap Sayo sambil mencubit pipi Rina. “Morimoto Shintaro itu anak kelas 3-2, adik dari Morimoto Ryutaro yang sudah lulus 2 tahun yang lalu. Kalau Morimoto Ryutaro itu choo kawaii, Morimoto Shintaro itu choo kakkoi. Mereka terkenal tahu di sekolah ini. Morimoto Ryutaro itu terkenal karena keimutannya yang biasa orang-orang samakan dengan hamster dan dia pintar di semua bidang olahraga. Kalau Morimoto Shintaro terkenal karena dia itu keren, tampan, baik ke semua orang, dan jago bela diri. Pokoknya mereka itu dua bersaudara yang wah banget deh,”
Rina terus diam selama Sayo menjelaskan tentang Morimoto Shintaro dan kakaknya yang bernama Morimoto Ryutaro. Begitu Sayo selesai bercerita, ia mendongakkan kepalanya.
“Itu saja?” tanya Rina.
“Eh? Nani?. Kamu bilang itu saja? Memangnya segitu kurang buat kamu?” tanya Sayo dengan ekspresi wajah tidak percaya.
“Aku tidak tertarik,” ucap Rina lalu mulai mengalihkan perhatiannya dengan menata buku-buku di atas mejanya.
“EEHH???” semua teman perempuan Rina yang mengelilinginya−termasuk Sayo−terkejut mendengar apa yang dikatakan Rina.
“Kau pasti belum pernah bertemu dengannya kan? Makanya kau bilang tidak tertarik,” salah satu teman Rina yang berdiri di sebelah Sayo melipat kedua tangannya sambil memandang Rina.
“Ah, iya pasti begitu. Bagaimana kalau…nanti sepulang sekolah kita buktikan. Masa iya kau tidak tertarik sama seorang Morimoto Shintaro,” ucap Sayo sambil ikut-ikutan melipat tangannya dan menyeringai.
“Eh? Maksudmu?” tanya Rina. Ia merasa sepertinya ada yang tidak beres.
“Begini…” semua teman-teman Rina merapat dan mendengarkan apa kata Sayo, termasuk Rina. Tapi makin lama, wajahnya makin menampakkan ekspresi terkejut.
“Enggak mau!”
********************
Teng…Teng…Teng…
Bel pulang sekolah berdentang. Setelah guru keluar dari ruang kelas, semua teman perempuan Rina yang tadi ikut mendengarkan rencana Sayo pun langsung menatap Rina. Mendapat semua tatapan itu, Rina langsung menyentuh belakang lehernya.
“Hawanya mendadak aneh…,” Rina bergidik.
“Rina-chan,” Sayo bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri bangku Rina yang berada di belakang.
“Kore, anata no mirai,” Sayo menyodorkan sepucuk surat dengan wajah menyeringai.
“Apanya yang mirai heh,” Rina menatap surat yang dipegang Sayo dengan tatapan ngeri. “Apaan tuh isinya?” tanya Rina.
“Udah, kamu enggak perlu tahu. Cukup bawa ini terus kasih ke Morimoto Shintaro-senpai. Oke?” Sayo mengedipkan sebelah matanya. Rina menatapnya dengan tatapan ngeri.
“Rina-chan, kasih itu atau kamu kami kunci di kelas ini? Aku sudah pinjam kunci kelas ini ke Abe-san, lho,” salah teman Rina yang berambut pendek dan memakai bando berwarna biru itu tampak memainkan sebuah kunci.
“Kaori-chan… Kok gitu sih…” Rina langsung memasang wajah memelas. Tapi tak ada seorang pun yang tampaknya akan menyelamatkannya. Setelah waktu yang agak lama, Rina pun akhirnya menyerah.
Rina, Sayo, Kaori, dan dua orang lainnya berjalan bersama menuju lantai tiga, tepatnya ke kelas 3-2. Begitu sampai, mereka berlima melongok ke dalam kelas. Di dalam kelas itu hanya tersisa lima orang siswa. Tiga laki-laki dan dua perempuan. Sayo menunjuk seorang laki-laki yang sedang berdiri membelakangi mereka berlima, laki-laki itu sedang berbicara pada siswa laki-laki lainnya yang lebih pendek darinya.
“Kare wa Morimoto Shintaro-senpai,” kata Sayo.
“Oke, tapi aku ingin kalian semua tidak mengintip ketika aku memberikannya pada Morimoto-senpai. Oke?” tanya Rina yang dijawab oleh anggukan keempat temannya. Rina menarik nafas panjang sekali lagi lalu akhirnya berlari masuk ke dalam kelas. Ia membungkuk dan mengulurkan surat itu dengan kedua tangannya.
“Tolong diterima,” ucap Rina lirih. Sedetik kemudian surat yang diulurkan Rina diambil oleh seseorang yang berada di depannya. Rina tersenyum senang. Ia berhasil melaksanakan tantangan teman-temannya.
“Arigatou gozaimashita,” Rina berlari keluar kelas tanpa melihat siapa pun di kelas itu. Ia terus berlari keluar kelas dan menuruni tangga menuju kelasnya yang berada di lantai dua. Empat teman Rina yang menunggu di luar pun ikut berlari mengikuti Rina.
“Dou?,” tanya Sayo setibanya mereka di kelas.
“Berhasil!” Rina berteriak sambil mengangkat kedua tangannya. Ia tersenyum senang.
“Hontou? Kyaaa!” semua anak perempuan yang ada di kelas itu ikut berteriak sambil tersenyum senang.
“Eh, demo, chotto matte. Isinya apaan sih?” tanya Rina kemudian.
“Kasih tahu apa enggak yaaa,” Sayo mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya ke dagunya sambil menyeringai.
“Sayo-chaaan~”
********************
Keesokan harinya Rina pergi ke sekolah dengan perasaan yang lebih ringan. Entah kenapa, mungkin karena ia sudah menyelesaikan tantangan teman-temannya dan ia sendiri tidak ambil pusing terhadap apa yang Sayo tulis di surat itu. Lagipula ia memang tidak tertarik pada Morimoto Shintaro ataupun Morimoto Ryutaro. Lebih enak main daripada mikirin cowok kaya gitu.
Ketika ia sudah hampir dekat dengan kelasnya, ia melihat seorang siswa laki-laki yang sepertinya pernah ia lihat di suatu tempat, tapi ia tidak ingat dimana.
“Mana anak yang bernama Kawaguchi Rina?”
Rina berhenti tepat setelah memasuki kelasnya. Ia berbalik dan memandang orang yang mencarinya. Kenapa orang itu mencarinya?
“Rina-chan? Itu, orangnya ada di depanmu,” jawab salah seorang teman laki-laki Rina di kelas itu. Orang yang mencari Rina itu pun memandang Rina.
“Oh, kamu. Sini, ikut aku,” Orang itu memegang pergelangan tangan Rina dan membawanya menjauh dari kelas. Orang itu membawa Rina ke atap sekolah.
“Da-dare ka?,” tanya Rina begitu mereka tiba di atap sekolah dan orang itu melepaskan tangan Rina. Orang itu memasukkan tangannya ke dalam saku dan mengeluarkan sebuah surat.
“Ah, itu kan surat yang aku kasih ke Morimoto-senpai kemarin. Kenapa ada di kamu?” Rina mengangkat tangan kanannya dan menunjuk orang yang sedang memegang surat yang seharusnya untuk Morimoto Shintaro.
“Baka … Kau menulis surat untuk sahabatku itu, tapi kau salah orang. Kemarin kau memberikannya padaku, bukan pada Shinta. Kau ini… Kenapa sih, aku harus berurusan denganmu. Sudah dua kali aku berurusan denganmu,” orang itu menunjukkan ekspresi jengkel pada Rina. Tapi Rina hanya terdiam dengan bingung.
“Dua kali? Memangnya kapan?” tanya Rina.
“Baka … Anak ini memorinya pendek atau bagaimana sih. Yang menghalangi jalanku masuk kelas memasak itu kan kau. Sekarang malah kau salah ngasih surat,” ucap laki-laki itu dengan raut wajah yang semakin jengkel.
“Aah, ternyata itu. Aku dari tadi mikir, kayanya pernah ketemu tapi dimana ya. Ternyata kamu anak yang waktu itu,” Rina menepukkan kedua tangannya sambil tersenyum senang.
“Memangnya ini waktunya senang? Dasar anak baru,” ucap laki-laki itu ketus.
“Hehehe, bawain dari lahir kok,” ujar Rina kini sambil tertawa.
“Malah ketawa. Haduh ini anak,” laki-laki itu mengacak rambutnya.
Teng… Teng… Teng…
“Baka yabe ! Pelajaran pertama Okamoto-sensei pula. Belum ngerjain pr bahasa inggris lagi. Aish…” laki-laki itu langsung berlari meninggalkan Rina. Rina yang masih berdiri diam di atap sekolah hanya memandang laki-laki itu dengan heran.
“Dia orang mana sih? Logatnya aneh,” ucap Rina. Kemudian ia melihat sebuah buku tipis yang tergeletak di lantai. Rina memungut buku itu dan membukanya. Di dalamnya terdapat banyak gambar anjing, kura-kura, karate, dan sepak bola. Rina membuka halaman pertama buku itu.
“Matsushima Sou…”
#TBC