Title : Ice Cream for Love
Cast : Inoo Kei X Oku Manami
Genre : Romance
Rating : G
Summary : Inoo Kei bertemu dengan seorang perempuan yang sedang membolos sekolah hanya karena sebuah es krim!
A/N 1 : Jangan bunuh aku plis, karena aku memasangkan Inoo dan Maachan ;;;;;A;;;;;;
A/N 2 : Ini karena beberapa saat yang lalu aku dan temanku berangan-angan bila Inoo yang cantik dan Manami yang sangat cantik bersama, pasti sangat lucu. Apalagi karena mereka berdua sama-sama hentai /whacked/ *sembunyi*
-----------------------------------------------------------------------------------------
Matahari bersinar sangat terik. Inoo Kei berjalan keluar dari dalam kereta ketika kereta itu tiba di salah satu stasiun kereta yang berada di dekat Universitas Meiji. Kei berjalan dengan tergesa-gesa. Ia bangun terlambat karena semalam ia mengerjakan tugas dari dosen pembimbingnya.
Kei berlari ketika ia sudah berada di luar stasiun. Ia ingin segera sampai di kampus untuk menyerahkan tugas yang sudah ia kerjakan dengan susah payah kepada dosen pembimbingnya.
BRUK
“Aaa, es krim ku,”
“Sumimasen, sumimasen,” Kei membungkuk untuk meminta maaf lalu kembali berlari menuju Universitas Meiji.
Orang itu menunduk melihat es krim vanilla miliknya yang telah jatuh karena ditabrak oleh Kei. Ia kemudian menoleh memandang Kei yang sudah berlari jauh. Rambut ikalnya yang kecokelatan melambai terkena angin ketika ia memicingkan mata untuk melihat Kei yang semakin menjauh.
**********
Kei meregangkan kedua tangannya setelah ia diperbolehkan pulang oleh dosen pembimbingnya. Ia merasa sangat kelelahan. Yang ia inginkan saat ini hanyalah pulang ke apartemennya dan segera tidur.
Kei menyambar tasnya lalu berjalan keluar dari kampus. Kali ini ia berjalan dengan santai, seakan tak ada lagi beban yang menjadi tanggungannya. Ia berjalan menuju stasiun kereta melewati jalan yang ia lewati tadi pagi. Tapi ketika ia sedang berkhayal tentang makanan yang akan ia makan malam nanti, seseorang berdiri tepat di depannya. Lebih tepatnya, menghadang dirinya.
Kei memperhatikan gadis yang ada di hadapannya itu. Gadis itu memakai seragam sekolah, tapi ini terlalu dini untuk seorang pelajar berada di luar sekolah. Gadis itu memiliki rambut panjang ikal berwarna kecokelatan. Dan gadis itu sekarang sedang menatap Kei dengan marah.
“Apa?” tanya Kei singkat. Gadis itu tampak semakin marah mendengar pertanyaan Kei.
“Apa? ‘Apa’ katamu? Kau tidak ingat sudah menjatuhkan es krim yang baru saja aku beli tadi pagi? Dan sekarang kau bilang ‘apa’ ?” nada suara gadis itu semakin naik ketika ia sedang berbicara. Kei menatap gadis itu heran, lalu sedetik kemudian wajahnya menunjukkan raut paham.
“Ah, kau yang tadi pagi. Kan aku sudah bilang maaf padamu,” ujar Kei. Tapi tampaknya gadis itu tidak mau menerima kata-kata Kei karena ia semakin memicingkan matanya.
“Aku mau kau ganti rugi,” kata gadis itu.
“Eh? Ganti rugi?” Kei terkejut.
“Ya. Aku mau kau membelikanku es krim yang ada di kedai itu. Dan kau tidak boleh menolak apa yang aku pesan,” ujar gadis itu dengan nada ancaman. Kei yang tidak suka berdebat, akhirnya mengangguk dengan harapan gadis itu tidak akan mengganggunya lagi.
Setelah Kei membelikan gadis itu es krim (dan es krim yang diminta adalah es krim yang paling mahal yang dijual di kedai itu), gadis itu mengajaknya duduk di bangku yang ada di depan kedai es krim itu.
“Hei, aku mau pulang. Aku banyak tugas kuliah,” ucap Kei. Tapi gadis itu menahan tangan Kei.
“Tunggu dulu. Siapa namamu?” tanya gadis itu.
“Aku? Aku Inoo Kei,” jawab Kei singkat.
“Ooh. Aku Oku Manami. Terima kasih ya sudah mau membelikanku es krim,” ucap gadis bernama Manami itu sambil tersenyum.
Dalam waktu yang dirasa sepersejuta detik, Kei merasa bahwa tiba-tiba dunianya bersinar ketika Manami tersenyum. Tapi hal itu tidak terjadi lama ketika Kei mengangguk dan berjalan pergi.
**********
Hari ini Kei berangkat dengan santai. Ia berjalan dengan santai di antara ribuan orang yang meluber di jalanan. Ia menyandang tasnya dan mulai bersenandung.
“Hei, kau! Inoo Kei-san!”
Kei berhenti. Ia menoleh mencari suara yang memanggilnya. Tapi ia tak butuh waktu lama untuk mencarinya karena ia melihat gadis yang ia temui kemarin tak jauh dari tempatnya berdiri.
“Oh, kau, Oku-san,” ujar Kei datar. Manami menghampiri Kei dan berdiri di depannya dengan cengiran yang terpasang di wajahnya. Kei mengamati Manami. Manami memakai seragam sekolah.
“Kau… Bolos?” tanya Kei sambil mengangkat salah satu alisnya.
“Memangnya kenapa kalau aku bolos? Salah?” Manami bertanya balik sambil berkacak pinggang. Kei menatapnya dengan heran.
“Memangnya kau besok mau jadi apa kalau sekarang saja kau bolos? Kemarin kau bolos juga kan?”
“Ya biarin. Urusanku kan, bukan urusanmu,” jawab Manami sambil memasang wajah jutek.
“Terserah deh. Tidak ada yang mau kau bicarakan padaku kan? Aku mau kuliah dulu. Jyaa,” Kei mulai melangkahkan kakinya ketika tangan Manami menahan pergelangan tangannya.
“Nanti setelah kau pulang kuliah, belikan aku es krim lagi ya. Sama seperti kemarin,” ucap Manami sambil tersenyum manis.
Lagi, dalam waktu yang ia rasakan seperti sepersekian detik, Kei merasa tubuhnya seperti disetrum listrik begitu melihat wajah Manami yang tersenyum. Begitu merasa tubuhnya seperti dialiri gelombang listrik, Kei langsung menarik tangannya dari genggaman Manami kemudian mengangguk singkat dan berjalan cepat meninggalkan Manami.
**********
Kei kembali lewat di jalan yang ia lewati tadi pagi. Awalnya ia menolak untuk kembali membelikan Manami es krim. Tapi toh akhirnya ia berhenti juga di depan kedai es krim yang ia datangi kemarin bersama Manami. Ia mengamati kedai es krim tersebut beberapa saat kemudian menoleh ke beberapa arah seakan mencari sesuatu.
“Kau mencariku?” sebuah tangan menepuk pundak Kei dari belakang, membuat Kei membalikkan badan. Di belakangnya Manami sedang berdiri sambil memandangnya.
“Jadi, kau benar-benar mau membelikanku es krim lagi?” lanjut Manami. Ia mengangkat alisnya dan memandang jahil pada Kei.
“Awalnya sih tidak. Tapi melihat kau yang begitu menyedihkan sampai memintaku untuk membelikanmu es krim lagi, jadi yaaah bagaimana lagi,” jawab Kei sambil berjalan menuju kedai es krim dan memesan dua es krim vanila.
“Apa kau bilang? Menyedihkan? Heh, kau bilang aku menyedihkan?” nada suara Manami meninggi. Tapi kemudian Kei langsung menyodorkan es krim yang sudah ia pesan dan Manami pun akhirnya mengambil es krim itu dari tangan Kei.
“Jadi, kenapa kau bolos sekolah?” tanya Kei setelah mereka berdua duduk di bangku yang ada di depan kedai es krim.
“Aku bosan di sekolah. Di rumah juga bosan. Sekolah yang aku datangi tidak semenarik apa yang aku bayangkan. Anak-anaknya tidak asik, guru-gurunya juga tidak asik,” jelas Manami sembari memakan es krimnya. Kei mengangguk-angguk mendengar cerita Manami.
“Tapi kau tidak bisa terus-terusan bolos sekolah. Bagaimana kau kuliah nanti kalau kau bolos sekolah,” ucap Kei sambil memandang orang-orang yang sibuk lalu lalang di depannya.
“Ngomong-ngomong, kau kuliah jurusan apa? Itu seragam Meiji, kan?” tanya Manami.
“Ya. Aku kuliah jurusan arsitektur,” jawab Kei singkat.
“Waah, kau calon arsitek ya? Pasti kau rajin dan pintar. Hebat. Ternyata kau selain baik, kau juga hebat dalam pelajaran ya,” ucap Manami. Matanya menyorotkan kekaguman. Kei melirik jam tangannya. Ia terbelalak.
“Gawat. Sebentar lagi teman-temanku mau datang ke apartemenku. Sudah dulu ya, Oku-san. Sampai jumpa,” Kei berdiri dan berlari menuju stasiun kereta bawah tanah. Manami memandang punggung Kei yang semakin jauh.
“’Sampai jumpa’?” gumam Manami sambil tersenyum.
**********
Kei merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur setelah teman-teman SMA-nya pulang. Ia memandang langit-langit kamar, merenung dalam diam. Berkali-kali kelebatan wajah Manami muncul di matanya. Berkali-kali pula ia mencoba untuk mengusir kelebatan wajah Manami dari pikirannya. Tapi ia tidak bisa. Manami terlalu manis dan terlalu kuat untuk dihapus dari pikirannya.
Ia memang awalnya sebal terhadap Manami yang tiba-tiba memintanya membelikan es krim sebagai ganti rugi. Tapi ia juga harus mengakui bahwa dialah yang awalnya menjatuhkan es krim milik Manami. Dan ternyata gara-gara es krim, ia jadi mengenal sosok Oku Manami walaupun baru dua hari. Waktu yang terlalu singkat untuk mengatakan bahwa ia telah mengenal seseorang secara pribadi.
Kei berguling ke kanan. Wajah Manami yang tersenyum tetap tidak bisa hilang dari pikirannya. Dan kemudian tiba-tiba muncul satu pikiran yang entah Kei dapatkan dari mana. Kei mulai berpikir bahwa ia menyukai Oku Manami.
Ia selalu merasa seperti disengat listrik ketika melihat Manami yang tersenyum kepadanya. Ia tak bisa menolak permintaan Manami untuk membelikannya es krim lagi. Bahkan ia tampaknya peduli pada masalah Manami. Kei tidak bisa menyimpulkan kata-kata lain selain kata ‘suka’.
Kei berguling ke kiri. Kali ini sebuah suara di dalam pikirannya berbicara. Ia harus bisa memiliki Manami, karena ia menyukainya.
“Tapi aku baru mengenalnya dua hari,” gumam Kei lirih sembari mengacak rambutnya.
Suara di dalam pikirannya kembali bicara. Bahwa ia dan Manami bisa saling mengenal lebih dekat setelah Manami menjadi miliknya. Kalau dilihat dari cara Manami bicara dan tersenyum, tampaknya ia juga memiliki perasaan pada Kei.
Kei telentang dan kembali memandang langit-langit kamar. Itu ide yang bagus. Tak ada salahnya dicoba.
**********
Kei berangkat dengan terburu-buru. Bukan karena ia terlambat, tapi karena ia ingin bertemu dengan Manami sesegera mungkin.
Kei sampai di depan kedai es krim. Tapi ia tidak menemukan sosok Manami. Ia pun akhirnya memutuskan untuk menunggu beberapa saat. Tapi sampai jam mata kuliahnya hampir dimulai pun, Kei tidak menemukan sosok Manami. Akhirnya dengan berat hati ia berlari meninggalkan kawasan kedai es krim itu menuju Universitas Meiji.
Jam berlalu terasa begitu lama bagi Kei. Ia terus menerus melirik jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. Ia benar-benar tak sabar menunggu sampai kuliahnya selesai.
Ketika jam kuliahnya telah selesai dan ia tidak ada mata kuliah lagi pada hari itu, Kei pun bergegas pergi dari kelas menuju kedai es krim yang biasa ia dan Manami datangi. Tapi ketika Kei sampai di sana pun, ia sama sekali tidak menemukan sosok Manami. Ia pun akhirnya memutuskan untuk menunggu Manami di bangku di depan kedai es krim.
Satu detik …
Dua detik …
Satu jam …
Dua jam …
Tiga jam …
Kei menghembuskan nafas panjang dan melihat jarum jam tangannya yang sudah hinggap di angka 4. Kei menghembuskan nafas panjang sekali lagi. Tampaknya ia harus menyerah hari ini.
Ketika ia sudah bangkit berdiri dan hendak melangkah pergi, seseorang memanggil namanya.
“Inoo Kei-san?”
Kei berbalik dan ia melihat sosok yang sedari tadi ia tunggu. Manami berdiri di sana sambil menyandang tas sekolah. Rambutnya dikucir setengah dan ia memandang heran pada Kei.
“Apa yang kau lakukan di sini, Inoo-san?” tanya Manami. Kei menghembuskan nafas lega dan berjalan menghampiri Manami. Ia meraih kedua tangan Manami dan menggenggamnya.
“Syukurlah. Dari mana saja kau?” tanya Kei kemudian.
“Aku? Aku pergi sekolah. Setelah kau marahi kemarin, akhirnya aku putuskan untuk masuk sekolah hari ini,” jawab Manami.
“Kau masuk sekolah? Yokatta… Kukira kau hanya akan mengabaikan kata-kataku kemarin,” ucap Kei sambil tersenyum menampakkan deretan giginya yang putih.
“Ngomong-ngomong, untuk apa kau ada di sini, Inoo-san?” tanya Manami lagi. Kei menatap mata Manami sebelum akhirnya ia memberanikan diri untuk bicara.
“Aku di sini menunggumu, Oku-san. Aku ingin menyampaikan sesuatu padamu. Aku ingin sejak saat ini kita saling memanggil dengan nama kecil. Tidak ada lagi Inoo-san, tidak ada lagi Oku-san. Yang ada hanya Kei dan Manami. Aku ingin mengenalmu lebih jauh. Karena aku sadar bahwa aku tertarik padamu. Bahwa kau telah menawan hatiku. Bahwa kau telah mencuri perhatianku. Bahwa kau telah mengalihkan duniaku,” ucap Kei lembut. Manami memandang Kei dengan raut wajah terkejut.
“Aku menyukaimu, Manami. Maukah kau menerima perasaanku ini?” tanya Kei kemudian.
Hening. Hanya terdengar suara orang-orang yang lalu lalang di sekitar mereka.
Kemudian Manami menunduk.
“Maaf…” ucap Manami lirih, tapi cukup keras untuk didengar Kei.
Kei terkejut. Ia sama sekali tidak berpikir bahwa kata itu yang akan keluar dari bibir mungil Manami. Ia sama sekali tidak menyangkanya.
Genggaman tangan Kei pada tangan Manami mulai melemah. Tapi kemudian Manami menahan kedua tangan Kei. Manami mendekat pada Kei dan berjinjit. Ia berbisik pada telinga Kei.
“Maaf, aku tidak bisa menolakmu,”
Kedua bola mata Kei langsung terbelalak mendengar kata-kata Manami. Ia memandang Manami yang sudah tidak berjinjit dan kini sedang tersenyum padanya. Ia mengerjap-erjapkan matanya sesaat kemudian ia tersenyum senang. Sesaat kemudian ia merengkuh Manami ke dalam pelukannya.
“Terima kasih, Manami. Terima kasih,” ucap Kei sambil mengelus rambut Manami. Manami mengangguk.
“Kalau begitu, Kei, belikan aku es krim donk. Untuk merayakan ini,” ucap Manami sambil tersenyum lucu. Kei tertawa.
“Ayo,”
Kei meraih tangan Manami dan menggandengnya. Mereka berdua pun berjalan menuju kedai es krim untuk membeli dua buah es krim. Kedai es krim yang membuat mereka saling kenal. Kedai es krim yang menjadi tempat pertemuan mereka. Dan es krim yang menjadi pintu pertemuan mereka berdua.