Fanfic: Merantai Malaikat (prolog)

Jan 30, 2009 18:11

title: Merantai Malaikat
author: mesti
genre: romance, angst
rating: R, buat jaga2
pairing : Hall x Bou
fandom: juliadoll, ancafe
disclaimer : i do not own them
notes: fanfic ini adalah side story dari fanfic PhsycoSex Y yg ditulis oleh rurumichi (rurumichi.multiply.com). credits to ruru-chan yang udah nulis PshycoSex Y dan udah ngebolehin saia nulis dan ngepost side story ini.. buat yg mo baca PhsycoSex Y, bisa baca di sini

Merantai Malaikat

Prolog

Ia menatap dingin pada sosok rapuh yang berdiri di hadapannya.

Rambut pirang halus, mata besar yang polos, tatapan naif, serta perawakan kecil yang terlihat lembut… Semua mengingatkannya pada sosok malaikat yang menghiasi cover buku bergambar untuk anak-anak.

Malaikat…

Alangkah ironisnya…

Jika sosok itu adalah malaikat, mengapa menatapnya dalam geletar ketakutan? Dalam riak kebencian? Menjeritkan kalimat-kalimat penolakan yang begitu pada dan telanjang?

Seperti kemarin…

Saat ia mengenalkan malaikat itu pada dunia kelam bernama kegilaan. Benar. Saat ia mengajak malaikat itu menjenguk sedikit saja luka yang bernama keputus asaan. Hanya sedikit, tentu…

Lagipula ia hanya menggoreskan segurat merah pada kulit malaikat itu. Secarik merah pada leher. Sejumput merah pada lengan, pada kaki… Memahatkan sedikit demi sedikit goresan luka di permukaan tubuh sang malaikat untuk kemudian menggaraminya dengan kecupan liar. Dan malaikat hanya bisa merintih. Malaikat hanya bisa menangis, meratap, memohon sebuah pembebasan dari teror kenikmatan yang ia persembahkan.

Bagaimana rasanya meratapi kesia-siaan, malaikat kecil? Bagaimana rasanya mengacungkan harapan hampa pada sesiapa yang tak pernah sudi mendengarmu?

Malaikat yang malang, kau tak pernah tahu betapa lama aku berkubang dalam keabsurdan seperti ini, kan?

Dan seulas senyum sinis menyeruak di bibirnya. Lihatlah, malaikat itu sama saja dengan yang lain. Begitu palsu. Me-mekar-kan janji-janji kosong hanya untuk membuatnya kembali terbanting ke bumi. Tapi ia takkan tertipu lagi. Tidak kali ini.

“Aku ingin Hall sembuh..”

Huh…sungguh lucu! Siapa yang kemarin mengatakan ingin melihatnya menderita? Siapa yang kemarin mengucapkan kata-kata ancaman penuh kebencian padanya? Sungguh…

“Munafik.” Begitu saja kata itu meluncur meninggalkan tenggorokannya.

Malaikat tertegun. Luka meruyak di kedua bola matanya.

Malaikat kecilku, apa kau pikir tatapan sedihmu masih bisa mempengaruhiku?

Ia tak percaya pada siapa pun. Tidak di dunia ini. Dunia yang telah mengabaikannya dan menutup rapat semua pintu kebahagiaan baginya. Ia tak pernah mengharapkan apapun lagi dari dunia nyata ini.

Karena itu, ia sungguh terkejut saat mendapati dirinya berada dalam rengkuhan lembut kedua tangan itu. Begitu tenang, hangat, dan tanpa syarat… Sesuatu yang bahkan tak akan berani ia impikan dalam tidurnya.

“Aku menyayangi Hall…”

Benarkah yang ia dengar? Benarkah? Tapi kehangatan lembut yang kini menyelimutinya bukanlah suatu dusta atau fatamorgana. Begitu nyata adanya..

Dalam dekapan malaikat yang telah ia patahkan sayapnya, ia menemukan kembali sebentuk perasaan sejati. Sesuatu yang telah lama ia kubur dan lupakan dalam jurang masa lalu.

Dan bongkahan es yang membekukan jiwanya pun patah, seperti putih warna bumi menjelang dijemput oleh rona musim semi. Meninggalkan bulir-bulir bening yang kini memberati kelopak matanya dan menodai pipinya dengan kilau air mata.

Dengan bibir gemetar, ia berusaha melafalkan nama malaikat itu. Seolah berusaha mencari sebentuk pertolongan dari kebencian buta yang telah mencekiknya selama ini.

“Bou…”
“Bou… Bou…”
...............................................................

halxbou, fanfic

Previous post Next post
Up