January 2014
waktu adalah obat yang akan menyembuhkan segalanya, mereka bilang.
aku percaya, bukan persahabatan jika tidak pernah merasakan sebuah pertengkaran. dan ini yang terbesar. tumben sonozaki io tidak mengalah dari itoh sakura, dariku. aku, yang berego tinggi, mencoba membuat tembok di antara aku dan io. masalahnya sepele. karena cemburu. cemburu pada buku-buku yang beberapa minggu belakangan lebih membuat io tertarik dibanding ajakanku untuk bertemu. tidak di hari biasa, bahkan akhir pekan. dua-tiga-empat-sepuluh kali ajakanku ditolak. kuambil jalan: mengganti nomor ponsel, mencari teman yang lain meski agak gagal, mengandalkan bara sebagai tempat bicara walau rasanya tidak begitu berguna, dan tak pernah mencoba muncul kembali. kupikir, jika aku benar-benar tidak mengganggu, io akan rindu dengan sendirinya dan menghampiriku lebih dulu. waktu akan menyembuhkan segalanya, mereka bilang.
February 2014
tapi waktu pun bisa menjadi racun yang menyakitkan, kubilang.
aku percaya, ini bukan persahabatan yang sebenarnya, itulah yang kusadari saat merasakan tanganku dingin menggenggam tangannya yang jauh lebih dingin. badanku hampir jatuh karena lemas, sedangkan ia kaku terbaring di atas ranjang dalam peti kayu. mata sembab dan tangisan yang pecah membuat bisik maaf yang berjuta kali kuucap makin melirih. aku tidak bisa menyalahkan io yang mendadak lebih berteman dengan buku-buku dan aku disini bisa-bisanya cemburu dengan benda mati. aku tidak bisa menyalahkan io yang sekarang sendirian dan aku yang mulai akrab dengan yang lain sedangkan io dari jauh bisa saja menyaksikan, ditemani sakitnya. aku tidak bisa menyalahkan io yang berburu buku-buku mengenai sakitnya agar ketika sembuh bisa bersama denganku lagi sampai lama sedangkan hingga di akhir aku tak ada untuk menemani.
karena aku tidak tahu.
io boleh menyalahkan inisiatif burukku. io boleh mengadu pada tuhan bahwa aku orang yang jahat. io pun boleh menghantuiku atas semua kesalahan, hanya agar kami dapat bertemu lagi.