Fargo is way too dark for me, but still entertaining with its violent crime and disturbing thriller.
Mengusung tema black-comedy campur crime thriller,
Fargo berkisah tentang seorang pria paruh baya bernama Jerry Lundegaard (
William H. Macy), yang bekerja sebagai Executive Sales Manager pada sebuah perusahaan dealer mobil. Garis merah ceritanya langsung menarik perhatianku sejak lima menit pertama.
Jerry, yang sedang berada dalam posisi sulit dan membutuhkan uang dalam jumlah besar, melakukan kejahatan berencana bersama dua orang asing bernama Gaear Grimsrud (
Peter Stormare) dan Carl Showalter (
Steve Buscemi). Jerry menemui mereka di Fargo, North Dakota. Jerry dikenalkan kepada mereka lewat perantara seorang mekanik mobil yang dikenalnya, bernama Shep Proudfoot (
Steve Reevis). Bertiga ia merencanakan penculikan istrinya, Jean Lundegaard (
Kristin Rudrüd), yang diketahui berasal dari keluarga kaya raya. Dari penculikan tersebut Jerry mengharapkan uang tebusan dari ayah Jean.
Sayang, dunia tidak semudah itu membiarkan Jerry mendapatkan uang kotor tersebut.
Keadaan jadi rumit ketika dalam proses penculikan tersebut, Gaear membunuh 3 orang inosen yang secara tidak langsung menjadi saksi mata dalam kejahatan berencana itu.
Setelah itu, scene berpindah pada seorang kepala kepolisian Brainerd bernama Marge Gunderson (
Frances McDormand), yang bertugas menyelidiki kasus pembunuhan 3 orang tersebut.
Cerita terus bergulir tentang bagaimana Marge mengusut siapa dalang di balik kejahatan itu, dan bagaimana Jerry berusaha mendapatkan uang tebusan dari ayah Jean tanpa melibatkan polisi.
Sebagai penggemar film bertema komedi gelap, aku merasa Fargo “terlalu gelap” bagiku. Mungkin karena itulah, aku tak banyak menangkap dimana unsur komedi dalam film ini.
Akan tetapi, selain itu daripada itu, aku sangat menikmati adegan kejahatannya. Ditambah dengan unsur kekerasan yang sadis dan berdarah dingin, beberapa adegan mampu membuatku menahan napas, bahkan sampai merinding. Ketegangan dalam film ini dibungkus dalam satu paket rapi berlapis adegan sunyi dengan sudut pengambilan gambar yang artsy, dan tindakan di luar dugaan yang berasal dari karakterisasi para tokoh antagonisnya.
Jerry dan Marge pun tidak kalah menariknya, karena sisi humanis merekalah yang menjadikan alur cerita ini tetap realistis dan sarat makna.
My Score: 8/10
Click to view